Kamis, 08 Juni 2017

Amerika Akhirnya Khawatir dengan Ancaman Rudal Korut



Amerika Akhirnya Khawatir dengan Ancaman Rudal Korut
Tes pencegat ICBM Amerika Serikat (AS). AS mulai khawatir dengan ancaman rudal Korea Utara. Foto/Sky News


WASHINGTON - Badan Pertahanan Rudal (MDA) Amerika Serikat (AS) akhirnya mulia khawatir dengan ancaman rudal-rudal Korea Utara (Korut). MDA kini wajib berasumsi bahwa Pyongyang mampu menyerang daratan AS dengan rudal balistik antar-benua (ICBM) berhulu ledak nuklir.

Kekhawatiran itu disampaikan Direktur MDA, Laksamana James Syring, di hadapan Kongres AS, hari Rabu waktu Washington. Meski demikian, dia meyakinkan publik bahwa teknologi pertahanan rudal Amerika dapat mengatasi ancaman rudal Pyongyang.

”Adalah kewajiban kita untuk berasumsi bahwa Korut saat ini dapat menjangkau AS dengan sebuah ICBM yang membawa hulu ledak nuklir,” kata Syring kepada Komite Angkatan Bersenjata Kongres AS.

”Kemajuan dalam enam bulan terakhir dengan teknologi rudal balistik Korut telah menimbulkan kekhawatiran besar bagi saya dan orang lain,” lanjut Syring. Paparan MDA di depan parlemen AS itu sehubungan dengan usulan anggaran pertahanan 2018.

Syring yakin AS mampu mempertahankan diri dari ancaman serangan Korut yang dipimpin Kim Jong-un. Terlebih, uji coba pencegat ICBM yang berbasis di California baru-baru ini sukses menghancurkan ICBM yang disimulasikan ditembakkan dari Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall.

Tes pencegat ICBM untuk pertama kalinya dari yang telah direncanakan selama bertahun-tahun itu bertepatan dengan meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea.

”Saya tidak akan mengatakan bahwa kita nyaman menghadapi ancaman tersebut. Saya mengatakan bahwa kita sedang menangani ancaman yang kita ketahui hari ini,” kata Syring, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (8/6/2017).

Syring tidak yakin “pesan” yang dikirim AS ke Korea Utara akan dipahami rezim Kim Jong-un. ”(Sebaliknya) pesan kepada orang Amerika adalah bahwa kita dapat membela mereka 24 jam sehari , 7 hari seminggu,” katanya. 




Credit  sindonews.com