KABUL - Seorang
pejabat Afghanistan mengatakan, sebanyak tiga warga sipil Afghanistan
tewas saat tentara Amerika Serikat (AS) melepaskan tembakan, setelah
kendaraan yang mereka tumpangi terkena sebuah bom di pinggir jalan.
Attaullah Khogyani, seorang juru bicara Gubernur Provinsi Nangarhar mengatakan, seorang pria dan kedua putranya tewas di rumah mereka di Ghani Khel, akibat terkena tembakan yang dilepaskan tentara AS.
"Setelah ledakan bom menimpa mereka, pasukan Amerika kemudian mulai menembak dan membunuh satu orang dan dua anak di dekatnya," kata Khogyani dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (12/6).
Serangan bom mobil itu sendiri dibenarkan oleh komando militer AS di Kabul. Dimana, mereka mengatakan sebuah konvoi tentara Amerika dan Afghanistan diserang oleh bom pinggir jalan, dan kemudian diserang oleh orang-orang bersenjata.
"Konvoi tersebut kembali menembak untuk membela diri dan tidak ada korban dari sisi AS," kata komando militer AS. Namun, sayangnya komando militer AS tersebut tidak memberikan penjelasan mengenai adanya kemungkinan warga sipil yang tewas akibat baku tembak tersebut.
Attaullah Khogyani, seorang juru bicara Gubernur Provinsi Nangarhar mengatakan, seorang pria dan kedua putranya tewas di rumah mereka di Ghani Khel, akibat terkena tembakan yang dilepaskan tentara AS.
"Setelah ledakan bom menimpa mereka, pasukan Amerika kemudian mulai menembak dan membunuh satu orang dan dua anak di dekatnya," kata Khogyani dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (12/6).
Serangan bom mobil itu sendiri dibenarkan oleh komando militer AS di Kabul. Dimana, mereka mengatakan sebuah konvoi tentara Amerika dan Afghanistan diserang oleh bom pinggir jalan, dan kemudian diserang oleh orang-orang bersenjata.
"Konvoi tersebut kembali menembak untuk membela diri dan tidak ada korban dari sisi AS," kata komando militer AS. Namun, sayangnya komando militer AS tersebut tidak memberikan penjelasan mengenai adanya kemungkinan warga sipil yang tewas akibat baku tembak tersebut.
Credit sindonews.com
AS Tak Tahu Tentaranya Tewaskan Warga Sipil di Afghanistan
WASHINGTON - Militer
Amerika Serikat (AS) mengatakan, mereka belum mengetahui tentara mereka
di Afghanistan menewaskan warga sipil. Tentara AS disebut menewaskan
tiga orang warga sipil saat terjebak baku tembak dengan kelompok milisi
di Afghanstan.
"Belum ada laporan resmi mengenai adanya korban sipil, namun pihak militer menginvestigasi kejadian tersebut," kata militer AS. dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (12/6).
"Kami selalu mengangap adanya korban sipil akibat serngan kami dengan sangat serius, dan semua tuduhan diselidiki secara menyeluruh," sambungnya.
Sebelumnya diwartakan, Attaullah Khogyani, seorang juru bicara Gubernur Provinsi Nangarhar mengatakan seorang pria dan kedua putranya tewas di rumah mereka di Ghani Khel, akibat terkena tembakan yang dilepaskan tentara AS.
"Setelah ledakan bom menimpa mereka, pasukan Amerika kemudian mulai menembak dan membunuh satu orang dan dua anak di dekatnya," kata Khogyani.
PBB sebelumnya dalam laporannya mengatakan korban sipil telah mencapai rekor tertinggi di negara tersebut, saat pertempuran menyebar ke lebih banyak wilayah di Afghanistan.
"Belum ada laporan resmi mengenai adanya korban sipil, namun pihak militer menginvestigasi kejadian tersebut," kata militer AS. dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (12/6).
"Kami selalu mengangap adanya korban sipil akibat serngan kami dengan sangat serius, dan semua tuduhan diselidiki secara menyeluruh," sambungnya.
Sebelumnya diwartakan, Attaullah Khogyani, seorang juru bicara Gubernur Provinsi Nangarhar mengatakan seorang pria dan kedua putranya tewas di rumah mereka di Ghani Khel, akibat terkena tembakan yang dilepaskan tentara AS.
"Setelah ledakan bom menimpa mereka, pasukan Amerika kemudian mulai menembak dan membunuh satu orang dan dua anak di dekatnya," kata Khogyani.
PBB sebelumnya dalam laporannya mengatakan korban sipil telah mencapai rekor tertinggi di negara tersebut, saat pertempuran menyebar ke lebih banyak wilayah di Afghanistan.
Credit sindonews.com