Selasa, 13 Juni 2017

Sepak Terjang Militan Indonesia di Marawi Memikat Loyalis ISIS


Sepak Terjang Militan Indonesia di Marawi Memikat Loyalis ISIS
Pasukan Filipina melakukan pemeriksaan di jalur utama di Kota Marawi, Sabtu (10/6/2017). Foto/REUTERS/Romeo Ranoco


JAKARTA - Sepak terjang para militan kelompok teror asal Indonesia di kalangan kelompok Maute di Kota Marawi, dinilai menjadi pemikat para loyalis kelompok Islamic State atau ISIS untuk menjadikan Filipina selatan basis ideal mereka. Ada sekitar 40 militan Indonesia yang ikut perang di Marawi.

Menurut para analis, puluhan militan itu dikirim oleh kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD).  Kelompok tersebut bersama kelompok Maute berambisi menciptakan negara bagian ISIS di Filipina selatan setelah kelompok di Timur Tengah kehilangan banyak wilayah.

”Bagi militan Indonesia, dan dalam konteks Asia Tenggara, Filipina selatan adalah yang paling ideal untuk tujuan itu,” kata Taufik Andrie, Direktur Eksekutif Institute for International Peace Building, sebuah kelompok think tank.

Pada hari Minggu, militer Filipina berkabung untuk menghormati 13 marinirnya yang tewas dalam pertempuran dengan kelompok Maute pada Jumat lalu. Ini adalah salah satu kerugian terbesar bagi pasukan Manila yang mencoba merebut kembali Marawi dari militan Maute.

Ketika pertempuran di Marawi memasuki minggu ketiga, badan keamanan regional telah mengungkap data intelijen bahwa milisi asing seperti dari Indonesia, Malaysia, Chechnya, Maroko dan Arab Saudi berada di dalam kelompok Maute.

Ukuran kekuatan kelompok Maute di Marawi tidak bisa dipekirakan secara jelas. Namun, otoritas setempat menduga ada ratusan hingga ribuan militan yang menduduki kota itu.

Pada pekan lalu, 28 warga Malaysia dilaporkan telah bergabung dalam konflik di Marawi. Sedangkan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) Indonesia Komjen Pol Suhardi Alius pada Kamis lalu mengatakan 40 warga Indonesia yang ikut berperang di Marawi adalah pengikut JAD.

Kelompok tersebut dipimpin oleh Aman Abdurrahman, seorang ideolog yang dipenjara. Dia dianggap sebagai sosok yang memerintahkan pengikutnya untuk melakukan serangan bom bunuh diri di Jakarta pada bulan Januari tahun lalu. Dia juga dianggap terkait dengan serangan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, 23 Mei 2017, yang menewaskan tiga polisi.

JAD telah dimasukkan dalam daftar pantauan kontra-terorisme Amerika Serikat karena ada hubungannya dengan ISIS.

Para ahli mengatakan nama kelompok Maute dibentuk berdasarkan nama pendirinya, Moro Abdullah dan Omarkhayam Maute.

Joseph Franco, seorang peneliti di Centre of Excellence for National Security yang berbasis di Singapura, mengatakan bahwa kedua bersaudara itu telah bersumpah setia kepa ISIS dua tahun lalu.

Menurut Franco, perang gerilya tanpa henti di pulau Mindanao juga menarik perhatian pemimpin Abu Sayyaf Isnilon Hapilon yang kemudian bergabung dengan kelompok Maute.

Surat kabar Australia mengutip Iqbal Hussaini, seorang militan Indonesia yang dilatih di sebuah kamp militan di Mindanao beberapa tahun yang lalu, mengatakan bahwa pengepungan Marawi telah menghidupkan kembali semangat pada “jihadis” Indonesia. 

Iqbal yang dipenjara karena menyelundupkan senjata dari Filipina selatan ke kelompok Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia, mengatakan bahwa banyak rekan-rekan sebangsanya ingin bergabung dengan kelompok Maute.

”Banyak yang mencari (jalan) ‘jihad’ berikutnya,” katanya. ”Kemungkinan Marawi akan menjadi basis ISIS sangat, sangat tinggi,” ujarnya, yang dikutip dari The Straits Times, Senin (12/6/2017).



Credit  sindonews.com