Duterte memperingatkan kemungkinan
pecahnya perang sipil jika baku tembak antara militer Filipina dan
kelompok militan di Marawi tak kunjung usai dan meluas. (Reuters/Erik De
Castro)
Jakarta, CB --
Presiden Rodrigo Duterte memperingatkan kemungkinan
pecahnya perang sipil jika baku tembak antara militer Filipina dan
kelompok militan Maute di Marawi tak kunjung usai dan meluas hingga ke
seluruh Mindanao.
Duterte mengatakan, perang sipil sangat mungkin terjadi karena jika kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS mulai merambah ke wilayah lain, warga Kristen akan bersiaga dengan mempersenjatai diri.
"Semuanya akan kacau karena orang Kristen di Mindanao juga akan mempersenjatai diri sendiri. Kita tidak bisa membiarkan itu karena jika warga sipil mempersenjatai diri, akan ada perang sipil," ujar Duterte di hadapan para tentara yang terluka akibat bentrokan dengan Maute di Marawi.
Untuk mencegah terjadinya perang sipil, Duterte mendesak jajaran kabinetnya untuk segera merampungkan perundingan damai dengan kelompok pemberontak Fron Pembebasan Islam Moro (MILF) yang dipimpin oleh Al-Hajj Murad Ebrahim.
Duterte mengatakan, perang sipil sangat mungkin terjadi karena jika kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS mulai merambah ke wilayah lain, warga Kristen akan bersiaga dengan mempersenjatai diri.
"Semuanya akan kacau karena orang Kristen di Mindanao juga akan mempersenjatai diri sendiri. Kita tidak bisa membiarkan itu karena jika warga sipil mempersenjatai diri, akan ada perang sipil," ujar Duterte di hadapan para tentara yang terluka akibat bentrokan dengan Maute di Marawi.
Untuk mencegah terjadinya perang sipil, Duterte mendesak jajaran kabinetnya untuk segera merampungkan perundingan damai dengan kelompok pemberontak Fron Pembebasan Islam Moro (MILF) yang dipimpin oleh Al-Hajj Murad Ebrahim.
Dengan demikian, Duterte dapat meminta bantuan MILF untuk bernegosiasi hingga bisa meredam kekuatan kelompok-kelompok militan yang terinspirasi ISIS, seperti Maute dan Abu Sayyaf.
"Kami berharap dapat mempercepat proses damai dan saya akan mengatakan kepada Murad dan MILF, 'Kalian urus semua wilayah yang kalian inginkan, di pusat Mindanao, Lanao, Cotabato, Sultan Kudarat," tutur Duterte, Kamis (22/6).
Selama belasan tahun, pemerintah Filipina dan MILF memang sudah menggodok perjanjian yang akan memberikan kewenangan bagi kelompok pemberontak tersebut untuk mendirikan pemerintahan otonom di sejumlah wilayah. Namun, perundingan itu tak kunjung rampung.
Menurut Duterte, lebih baik pemerintah merelakan sejumlah wilayah menjadi daerah otonom ketimbang harus melihat perang sipil pecah di selatan negaranya.
Duterte juga mengatakan, ia sesungguhnya tidak ingin memberlakukan darurat militer di Mindanao pasca pecahnya bentrokan antara tentara dan Maute di Marawi. Namun, ia terpaksa melakukannya agar perang tidak meluas.
"Saya sangat tidak ingin memberlakukan darurat militer. Saya terpaksa karena jika tidak, kekacauan di Mindanao akan meluas. Kita kemudian akan kesulitan," katanya, sebagaimana dikutip Inquirer.
Credit CNN Indonesia