Kamis, 15 Juni 2017

Tentara Amerika Serikat siaga dekat Marawi, tidak terlibat pertempuran



Tentara Amerika Serikat siaga dekat Marawi, tidak terlibat pertempuran
Asap hitam membubung dari bangunan yang terbakar di wilayah komersial di jalan Osmena, kota Marawi, Filipina, Rabu (14/6/2017). (REUTERS/Romeo Ranoco)


Marawi, Filipina (CB) - Sejumlah tentara Amerika Serikat tengah bersiaga di dekat Marawi di kawasan selatan Filipina, meski tidak terlibat langsung dalam operasi militer kelompok bersenjata yang menguasai sebagian kota tersebut selama lebih dari tiga pekan.

Sebelumnya pihak militer Filipina juga mengatakan bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan teknis dalam upaya pembebasan kota Marawi dari kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS.

"Ada beberapa personil militer Amerika Serikat yang mengoperasikan peralatan untuk memperoleh informasi," kata juru bicara angkatan bersenjata Filipina, Brigadir Jenderal Restituto Padilla, pada Rabu.

"Saya belum mengetahui jumlah pastinya. Mereka diperbolehkan membawa senjata untuk melindungi diri, namun tidak boleh ikut bertempur," kata dia.

Tentara Amerika Serikat itu berasal dari kontingen pasukan khusus yang bermarkas di kota Zamboanga.

Sementara itu seorang sumber pejabat di Washington mengatakan bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan berupa sebuah pesawat mata-mata P-3 dan juga pengumpulan informasi intelejen dari pesawat nir-awak itu.

Pesawat itu kemudian jatuh pada Sabtu setelah putus kontak komunikasi dengan operatornya, kata sumber yang sama.

Pada Rabu, pasukan pemerintah Filipina menyerang posisi gerilyawan di Marawi dengan menggunakan bom, tembakan tank, dan juga helikopter tempur. Sejumlah tembakan jitu jarak jauh juga terdengar.

Pertempuran mereda pada siang hari setelah turun hujan lebat.

Rabu adalah hari ke-23 pertempuran pembebasan Marawi, dan hingga kini belum ada tanda-tanda keberhasilan dari kubu pemerintah.

"Kami tidak lagi menetapkan target waktu. Mungkin operasi ini akan membutuhkan waktu lama," kata Padilla, merujuk pada janji militer untuk membebaskan kota Marawi selambatnya 12 Juni atau bertepatan dengan hari kemerdekaan Filipina.

Di Washington, seorang sumber pejabat keamanan mengatakan bahwa pertempuran di Marawi tidak mengalami kemajuan signifikan.

"Hingga kini tidak bisa disimpulkan pemerintah telah mendapatkan kemajuan yang signifikan," kata sumber tersebut.

"ISIS menunjukkan determinasi dan kesuksesan yang besar dalam merebut dan mempertahankan kota Mosul di Irak. Upaya mereka di Marawi juga punya kualitas yang sama," kata dia.

Jatuhnya kota Marawi membuat negara-negara Asia Tenggara waspada. Mereka khawatir ISIS tengah berupaya mendirikan benteng pertahanan baru di pulau Mindanao yang tentu akan mengancam stabilitas kawasan.

Pihak militer mengatakan 290 orang telah tewas, termasuk 206 anggota gerilyawan, 58 tentara, dan 26 warga sipil dalam operasi militer pembebasan Marawi.

Sekitar 100 gerilyawan di telah terkepung, kata militer, bersama dengan sekitar 300-600 warga sipil.

Kantor berita ISIS, Amaq, mengklaim bahwa pihaknya menguasai dua pertiga kota Marawi. Sementara pihak pemerintah mengestimasi sekitar 20 persen wilayah yang dikuasai kelompok itu.

Konflik di wilayah selatan Filipina bukan hal baru, Pemerintah telah berperang dengan gerilyawan Maoist dan Muslim selama hampir 50 tahun di sana.

Sejumlah pengamat mengatakan bahwa aksi militer tidak cukup untuk menciptakan perdamaian di wilayah yang sudah lama diabaikan secara politis dengan angka kemiskinan tinggi.



Credit  antaranews.com



Filipina: pasukan AS berada dekat Marawi, namun tidak terlibat peperangan


Filipina: pasukan AS berada dekat Marawi, namun tidak terlibat peperangan
Pasukan marinir Filipina bergerak di bawah perlindungan tank tempur di kota Marawi yang sempat diduduki pemberontak milisi Maute yang berafiliasi ke ISIS. (Reuters)
Saya tidak tahu jumlah pasti dan misi mereka secara spesifik. Mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri, namun tidak diperbolehkan bertempur, mereka hanya memberikan dukungan."

Marawi (ANTARA News) - Pasukan bersenjata Amerika Serikat berada di daerah dekat kota Marawi, Filipina selatan, namun tidak terlibat dalam memerangi petempur yang telah memegang kendali beberapa bagian kota itu lebih dari tiga minggu belakangan, kata seorang juru bicara militer Filipina.

"Ada beberapa anggota pasukan AS yang mengoperasikan peralatan untuk memberikan informasi terkait situasi kepada pasukan kami," kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla dalam sebuah konferensi pers, lapor Reuters.

"Saya tidak tahu jumlah pasti dan misi mereka secara spesifik. Mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri, namun tidak diperbolehkan bertempur, mereka hanya memberikan dukungan," katanya.

Militer Filipina sebelumnya mengatakan bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri pendudukan beberapa bagian dari kota Marawi oleh petempur yang bersekutu dengan kelompok ISIS.

Belum jelas seberapa dekat keberadaan pasukan AS itu dari medan petempuran. Mereka berasal dari kesatuan pasukan khusus di kota Zamboanga, kata militer Filipina sebelumnya.

Kedutaan Besar AS di Manila tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan keterangan.

Pejabat AS di Washington, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan jatidirinya, mengatakan bahwa Amerika Serikat menyediakan sebuah pesawat pengintai P-3 serta pengumpulan informasi intelijen dari sebuah pesawat nirawak.

Pesawat nirawak itu jatuh pada Sabtu setelah hilang kontak dengan operatornya, kata pejabat tersebut.

Pada Rabu, pasukan pemerintah membombardir posisi pemberontak di Marawi dengan tembakan tank, asap tebal dapat terlihat membumbung dari kota yang dilanda pertempuran. Beberapa tembakan penembak jitu juga dapat terdengar.

Pertempuran di Marawi memasuki hari ke-23, namun masih tidak terlihat tanda bahwa pertempuran akan berakhir dalam waktu dekat.

"Tidak akan ada lagi tenggat waktu," kata Padilla, merujuk janji militer untuk membebaskan kota pada 12 Juni lalu, bertepatan dengan hari kemerdekaan Filipina.

"Mungkin perlu sedikit waktu lagi," ujarnya.

"Kelompok ISIS menunjukkan tekad dan usaha dalam merebut dan mempertahankan Mosul di Irak dan usaha mereka di Marawi memiliki kualitas yang sama," tambahnya.

Pihak militer mengatakan bahwa 290 orang telah tewas sejauh ini, termasuk 206 gerilyawan, 58 tentara dan 26 warga sipil.

Sekitar 100 petempur berada di daerah yang terkepung, kata militer. Diperkirakan 300-600 warga sipil terjebak atau disandera di kota itu.

Filipina telah memerangi pemberontakan kembar dari pemberontak pimpinan Maois dan separatis Muslim di wilayah selatan hampir 50 tahun belakangan. Kritikus berpendapat bahwa aksi militer tidak cukup untuk menghadirkan perdamaian di wilayah yang telah lama mengalami pengabaian politik dan kemiskinan.






Credit  antaranews.com