Menhan Malaysia menyebut wacana
pembentukan patroli gabungan negara ASEAN tengah dibahas sebagai upaya
menghadapi ancaman meningkatnya terorisme di kawasan. (Foto: AFP
PHOTO/Roslan RAHMAN)
Jakarta, CB --
Negara anggota ASEAN dikabarkan tengah
mempertimbangkan melakukan patroli maritim dan udara bersama menyusul
meningkatnya ancaman teror di kawasan tersebut.
"Kita harus mengerahkan seluruhnya untuk mencegah ISIS mendarat di kawasan ini. Negara ASEAN berkomitmen menguatkan upaya [pencegahan] ini, dengan memulai patroli maritim gabungan di kawasan dalam waktu dekat," ucap Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Hussein di Kuantan, Rabu (14/6).
"Setelah itu, kami [ASEAN] mungkin akan meluncurkan patroli udara gabungan di kawasan," katanya menambahkan.
Strategi ini meniru patroli maritim gabungan antara Filipina, Indonesia, dan Malaysia yang telah berjalan sejak beberapa waktu lalu. Hishammuddin mengatakan, skema tersebut terbukti efektif menumpas kejahatan pembajakan kapal di sekitar perairan selatan Filipina, Sabah, dan Selat Malaka.
Beberapa tahun terakhir, Asia Tenggara menjadi sasaran meningkatnya kemunculan gerakan ekstremis.
Tak sedikit kelompok militan di kawasan mulai menyatakan mendukung kelompok teroris binaan Abu Bakr al-Baghdadi yang bermarkas di Irak dan Suriah tersebut.
Sejumlah pihak khawatir bahwa ISIS tengah menguatkan jaringannya di sejumlah kawasan seperti di Asia Tenggara, menyusul semakin tertekannya kelompok tersebut di Timur Tengah akibat gempuran koalisi negara Barat.
Apalagi sejak memasuki Ramadan sekitar akhir Mei lalu, ISIS dan pendukungnya terlihat menggencarkan serangannya di berbagai belahan dunia termasuk Asia Tenggara, khususnya Filipina.
Sejak akhir Mei lalu, pemberontak Maute terus memberi perlawanan sengit pada militer Filipina di Marawi, Mindanao.
Kelompok yang berafiliasi dengan ISIS ini bahkan sempat menancapkan bendera hitam yang menyalahi lafaz 'la ilaha ilallah' atau 'tiada Tuhan selain Allah' khas kelompok itu di hampir seluruh penjuru kota.
Beberapa pengamat menganggap, jika insiden di Marawi ini berkepanjangan, ditakutkan akan menjadi basis baru bagi ISIS di kawasan dan menjadi daya tarik bagi militan di negara tetangga untuk ikut bergabung di sana.
Karena itu, Hishammuddin menegaskan, ASEAN juga harus bisa meyakinkan negara lainnya luar kawasan mengenai bahaya dan ancaman terorisme ini.
"Jika ini dibiarkan tidak terkendali, bukan hanya kawasan ASEAN yang akan terpengaruh tapi juga negara tetangga seperti China, Selandia Baru, dan Australia," kata Hishammuddin, seperti dikutip Strait Times.
"Kita harus mengerahkan seluruhnya untuk mencegah ISIS mendarat di kawasan ini. Negara ASEAN berkomitmen menguatkan upaya [pencegahan] ini, dengan memulai patroli maritim gabungan di kawasan dalam waktu dekat," ucap Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Hussein di Kuantan, Rabu (14/6).
"Setelah itu, kami [ASEAN] mungkin akan meluncurkan patroli udara gabungan di kawasan," katanya menambahkan.
Strategi ini meniru patroli maritim gabungan antara Filipina, Indonesia, dan Malaysia yang telah berjalan sejak beberapa waktu lalu. Hishammuddin mengatakan, skema tersebut terbukti efektif menumpas kejahatan pembajakan kapal di sekitar perairan selatan Filipina, Sabah, dan Selat Malaka.
Beberapa tahun terakhir, Asia Tenggara menjadi sasaran meningkatnya kemunculan gerakan ekstremis.
Tak sedikit kelompok militan di kawasan mulai menyatakan mendukung kelompok teroris binaan Abu Bakr al-Baghdadi yang bermarkas di Irak dan Suriah tersebut.
Sejumlah pihak khawatir bahwa ISIS tengah menguatkan jaringannya di sejumlah kawasan seperti di Asia Tenggara, menyusul semakin tertekannya kelompok tersebut di Timur Tengah akibat gempuran koalisi negara Barat.
Apalagi sejak memasuki Ramadan sekitar akhir Mei lalu, ISIS dan pendukungnya terlihat menggencarkan serangannya di berbagai belahan dunia termasuk Asia Tenggara, khususnya Filipina.
Sejak akhir Mei lalu, pemberontak Maute terus memberi perlawanan sengit pada militer Filipina di Marawi, Mindanao.
Kelompok yang berafiliasi dengan ISIS ini bahkan sempat menancapkan bendera hitam yang menyalahi lafaz 'la ilaha ilallah' atau 'tiada Tuhan selain Allah' khas kelompok itu di hampir seluruh penjuru kota.
Beberapa pengamat menganggap, jika insiden di Marawi ini berkepanjangan, ditakutkan akan menjadi basis baru bagi ISIS di kawasan dan menjadi daya tarik bagi militan di negara tetangga untuk ikut bergabung di sana.
Karena itu, Hishammuddin menegaskan, ASEAN juga harus bisa meyakinkan negara lainnya luar kawasan mengenai bahaya dan ancaman terorisme ini.
"Jika ini dibiarkan tidak terkendali, bukan hanya kawasan ASEAN yang akan terpengaruh tapi juga negara tetangga seperti China, Selandia Baru, dan Australia," kata Hishammuddin, seperti dikutip Strait Times.
Credit CNN Indonesia