Kini, militan Maute dilaporkan hanya menguasai sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. (Reuters/Romeo Ranoco)
Jakarta, CB --
Setelah lima pekan bertempur di Marawi, militer
Filipina berhasil memukul mundur militan Maute dan mengepung kelompok
militan tersebut di salah satu sudut kota.
"Pasukan kami menyerbu dari timur dan utara dan kami sudah mengepung tiga jembatan," ujar salah satu komandan tentara Filipina, Christopher Tampus, sebagaimana dikutip Reuters.
Kini, kata Tampus, militan Maute hanya menguasai sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. Sisa pasukan Maute pun kini diperkirakan sudah menurun drastis, hingga hanya sekitar 100 orang.
Militer Filipina menganggap perkembangan ini sebagai satu kemenangan. Namun, negara tetangga seperti Malaysia justru khawatir para militan yang mulai terdesak akan kabur ke wilayah mereka.
"Pasukan kami menyerbu dari timur dan utara dan kami sudah mengepung tiga jembatan," ujar salah satu komandan tentara Filipina, Christopher Tampus, sebagaimana dikutip Reuters.
Kini, kata Tampus, militan Maute hanya menguasai sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. Sisa pasukan Maute pun kini diperkirakan sudah menurun drastis, hingga hanya sekitar 100 orang.
Militer Filipina menganggap perkembangan ini sebagai satu kemenangan. Namun, negara tetangga seperti Malaysia justru khawatir para militan yang mulai terdesak akan kabur ke wilayah mereka.
"Kami khawatir mereka akan masuk ke negara ini dengan menyamar menjadi imigran ilegal atau nelayan asing," ucap Komandan Keamanan Sabah Timur, Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid.
Namun, militer Filipina akan berusaha untuk memberangus kelompok Maute sebelum perayaan Idul Fitri. Mereka optimistis, terutama setelah mengetahui strategi tempur Maute.
Para militan itu masih menggunakan strategi klasik, menembak dan melemparkan bom tangan dari dalam sekolah atau masjid.
Mereka juga kerap memaksa warga sipil berjaga di ruas-ruas jalan untuk menjadi tameng manusia jika militer datang.
Strategi ini dapat terbaca setelah militer berhadapan langsung dengan militan Maute sejak bentrokan pecah pada 23 Mei lalu.
Bentrokan ini bermula ketika militer Filipina melancarkan operasi penangkapan pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.
Tak berapa lama setelah bentrokan pecah, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, langsung mendeklarasikan darurat militer.
Credit CNN Indonesia
Filipina Bikin ISIS Terpojok di Marawi, Malaysia Ketir-ketir
MARAWI - Militan loyalis kelompok Islamic State
atau ISIS telah terpojok setelah digempur militer Filipina selama lima
minggu terakhir. Namun, serangan Filipina itu membuat Malaysia khawatir
kelompok ISIS menyeberang ke wilayah mereka di Sabah.
Kekhawatiran Kuala Lumpur muncul ketika Filipina, Indonesia dan Malaysia sendiri sepakat meluncurkan patroli bersama untuk mengendalikan pergerakan kelompok militan di wilayah kepulauan mereka.
Para menteri luar negeri ketiga negara juga berkumpul di Manila pada hari Kamis (22/6/2017) untuk melakukan pembicaraan.
”Kami khawatir mereka bisa masuk ke negara (Malaysia) dengan menyamar sebagai imigran gelap atau nelayan asing,” kata Kepala Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid, seperti dilansir Bernama.
Esscom telah membuat daftar buron yang mencakup dua pentolan militan yang mempelopori usaha untuk menduduki Marawi.
Mereka adalah pemimpin kelompok Abu Sayyaf Isnilon Hapilon, yang diproklamirkan sebagai emir ISIS Asia Tenggara, dan Abdullah Maute, yang pengikutnya sekitar 400-500 milisi. Kedua pentolan militan pro-ISIS ini dianggap terlibat pembunuhan orang-orang non-Muslim dan penyanderaan puluhan warga sipil di Marawi.
Pertempuran di Marawi pecah mulai 23 Mei 2017. Menurut data militer Filipina, total korban tewas telah mencapai sekitar 369 orang, dengan tiga perempatnya berasal dari kubu kelompok militan.
Juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera mengatakan bahwa jumlah militan yang berada di Marawi telah menyusut menjadi sedikit di atas 100 orang.
Pejabat militer Filipina Letnan Kolonel Christopher Tampus menambahkan; ”Wilayah mereka telah berkurang menjadi hanya 1km persegi.”
”Pasukan kami datang dari timur dan utara dan kami menghalangi tiga jembatan,” katanya, seperti dikutip Reuters.
Kekhawatiran Kuala Lumpur muncul ketika Filipina, Indonesia dan Malaysia sendiri sepakat meluncurkan patroli bersama untuk mengendalikan pergerakan kelompok militan di wilayah kepulauan mereka.
Para menteri luar negeri ketiga negara juga berkumpul di Manila pada hari Kamis (22/6/2017) untuk melakukan pembicaraan.
”Kami khawatir mereka bisa masuk ke negara (Malaysia) dengan menyamar sebagai imigran gelap atau nelayan asing,” kata Kepala Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid, seperti dilansir Bernama.
Esscom telah membuat daftar buron yang mencakup dua pentolan militan yang mempelopori usaha untuk menduduki Marawi.
Mereka adalah pemimpin kelompok Abu Sayyaf Isnilon Hapilon, yang diproklamirkan sebagai emir ISIS Asia Tenggara, dan Abdullah Maute, yang pengikutnya sekitar 400-500 milisi. Kedua pentolan militan pro-ISIS ini dianggap terlibat pembunuhan orang-orang non-Muslim dan penyanderaan puluhan warga sipil di Marawi.
Pertempuran di Marawi pecah mulai 23 Mei 2017. Menurut data militer Filipina, total korban tewas telah mencapai sekitar 369 orang, dengan tiga perempatnya berasal dari kubu kelompok militan.
Juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera mengatakan bahwa jumlah militan yang berada di Marawi telah menyusut menjadi sedikit di atas 100 orang.
Pejabat militer Filipina Letnan Kolonel Christopher Tampus menambahkan; ”Wilayah mereka telah berkurang menjadi hanya 1km persegi.”
”Pasukan kami datang dari timur dan utara dan kami menghalangi tiga jembatan,” katanya, seperti dikutip Reuters.
Credit sindonews.com