ANKARA
- Pejabat Turki mengatakan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jim
Mattis, meyakinkan Turki bahwa senjata yang diberikan kepada pejuang
Kurdi Suriah akan ditarik kembali. Senjata-senjata tersebut akan ditarik
kembali setelah ISIS berhasil digulingkan dari benteng utama mereka di
Suriah, Raqqa.
Hal itu diungkapkan Mattis dalam sebuah surat. Dalam surat itu, Mattis juga meyakinkan Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik bahwa AS secara teratur akan menyediakan daftar senjata kepada militan Kurdi kepada Turki. Sementara penasihat militer AS di lapangan akan memastikan bahwa senjata tersebut tidak berada di luar zona pertempuran Suriah.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Turki Ertan Omeroglu mengkonfirmasi surat tersebut seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).
Keputusan AS untuk meluncurkan serangan guna menguasai Raqqa bekerja sama dengan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi telah memperumit hubunganya dengan Ankara. Turki memandang kelompok pejuang Kurdi tersebut sebagai perpanjangan tangan dari kelompok teroris Kurdi yang beroperasi di Turki.
Ankara takut senjata yang diberikan kepada pejuang Kurdi akan berakhir di tangan para pemberontak di Turki dan telah mengancam akan menanggapi setiap ancaman.
Seorang pejabat Ankara mengatakan Mattis mengatakan kepada ISIS bahwa 80 persen kekuatan yang akan merebut Raqqa akan terdiri dari orang-orang Arab dan pasukan Arab akan menguasai kota tersebut.
Jika dikonfirmasi, pernyataan Mattis mengenai senjata-senjata tersebut akan diambil kembali setelah peperangan Raqqa berakhir dengan konflik dengan komentar baru-baru ini yang dibuat oleh pejabat koalisi pimpinan AS melawan ISIS.
Juru bicara koalisi bulan lalu, Kolonel John Dorrian mengatakan, senjata yang dipasok ke Kurdi tidak akan diambil kembali oleh AS setelah misi spesifik selesai. Namun AS akan memantau dengan hati-hati di mana dan bagaimana mereka digunakan.
Ada beberapa laporan yang kredibel sejak aliansi militer pimpinan AS dibentuk untuk membantu memerangi ISIS di Suriah dan Irak dari senjata buatan Amerika yang jatuh ke tangan milisi, dan bahkan ISIS sendiri dalam jumlah yang lebih kecil.
Dalam beberapa kasus, senjata AS dipasok ke pasukan Kurdi berakhir dengan milisi Syiah yang juga sedang memerangi ISIS, namun terlibat dalam pembunuhan dan penyiksaan Muslim Sunni di daerah yang direbut dari ISIS.
Hal itu diungkapkan Mattis dalam sebuah surat. Dalam surat itu, Mattis juga meyakinkan Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik bahwa AS secara teratur akan menyediakan daftar senjata kepada militan Kurdi kepada Turki. Sementara penasihat militer AS di lapangan akan memastikan bahwa senjata tersebut tidak berada di luar zona pertempuran Suriah.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Turki Ertan Omeroglu mengkonfirmasi surat tersebut seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).
Keputusan AS untuk meluncurkan serangan guna menguasai Raqqa bekerja sama dengan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi telah memperumit hubunganya dengan Ankara. Turki memandang kelompok pejuang Kurdi tersebut sebagai perpanjangan tangan dari kelompok teroris Kurdi yang beroperasi di Turki.
Ankara takut senjata yang diberikan kepada pejuang Kurdi akan berakhir di tangan para pemberontak di Turki dan telah mengancam akan menanggapi setiap ancaman.
Seorang pejabat Ankara mengatakan Mattis mengatakan kepada ISIS bahwa 80 persen kekuatan yang akan merebut Raqqa akan terdiri dari orang-orang Arab dan pasukan Arab akan menguasai kota tersebut.
Jika dikonfirmasi, pernyataan Mattis mengenai senjata-senjata tersebut akan diambil kembali setelah peperangan Raqqa berakhir dengan konflik dengan komentar baru-baru ini yang dibuat oleh pejabat koalisi pimpinan AS melawan ISIS.
Juru bicara koalisi bulan lalu, Kolonel John Dorrian mengatakan, senjata yang dipasok ke Kurdi tidak akan diambil kembali oleh AS setelah misi spesifik selesai. Namun AS akan memantau dengan hati-hati di mana dan bagaimana mereka digunakan.
Ada beberapa laporan yang kredibel sejak aliansi militer pimpinan AS dibentuk untuk membantu memerangi ISIS di Suriah dan Irak dari senjata buatan Amerika yang jatuh ke tangan milisi, dan bahkan ISIS sendiri dalam jumlah yang lebih kecil.
Dalam beberapa kasus, senjata AS dipasok ke pasukan Kurdi berakhir dengan milisi Syiah yang juga sedang memerangi ISIS, namun terlibat dalam pembunuhan dan penyiksaan Muslim Sunni di daerah yang direbut dari ISIS.
Credit sindonews.com