Jumat, 18 Maret 2016

Putin: Rusia Dapat Kembali ke Suriah dalam Hitungan Jam


Putin: Rusia Dapat Kembali ke Suriah dalam Hitungan Jam  
Meskipun mulai menarik pasukan, Putin menyatakan bahwa Rusia bisa saja meningkatkan kehadiran militernya kembali di Suriah dalam beberapa jam. (Reuters/Alexander Zemlianichenk)
 
Jakarta, CB -- Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Rusia bisa saja meningkatkan kehadiran militernya kembali di Suriah dalam beberapa jam, meskipun kini militer Rusia mulai menarik diri dari Suriah setelah meluncurkan serangan udara lebih dari lima bulan.

Berbicara di salah satu ruang termegah di Kremlin tiga hari setelah dia memerintahkan sebagian pasukan Rusia untuk menarik diri dari Suriah, Putin mengungkapkan bahwa dia meninggalkan sejumlah kecil pasukan tempur Rusia untuk membatu tentara pemerintah yang loyal kepada Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

"Saya yakin bahwa kita akan melihat keberhasilan yang baru dan serius dalam waktu dekat," kata Putin dalam acara penganugerahan lebih dari 700 anggota militer, Kamis (17/3). Secara khusus, Putin berharap kota kuno Palmyra, yang saat ini masih dikuasai ISIS, segera dapat direbut oleh pasukan Assad.

"Saya berharap bahwa mutiara dari peradaban dunia ini, atau setidaknya apa yang tersisa [di wilayah itu] setelah para bandit ini menguasainya, akan kembali ke rakyat Suriah dan seluruh dunia," kata Putin, merujuk kepada kota Palmyra yang dipenuhi bangunan dan patung masa Romawi.

Dalam pernyataan publik pertamanya sejak memerintahkan penarikan pasukan dari Suriah, Putin untuk pertama kalinya mengungkapkan perkiraan biaya operasi militer Rusia di Suriah, yakni sekitar 33 miliar rubel (Rp6,1 triliun) yang diambil dari anggaran kementerian pertahanan.

Putin juga mengungkapkan bahwa akan terdapat sejumlah biaya tambahan untuk menggantikan amunisi dan senjata serta melakukan perbaikan.

Putin menekankan bahwa serangan udara Rusia terhadap ISIS, Al-Nusra dan kelompok teroris lainnya akan terus gencar dilakukan. Selain itu, Rusia juga akan memberikan bantuan militer kepada pasukan pemerintah Suriah, termasuk membantu mereka merencanakan serangan.

Putin menyatakan dia tidak ingin meningkatkan kembali keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah setelah penarikan pasukan. Meski demikian, lanjut Putin, Rusia akan dengan mudah kembali meningkatkan pasukannya jika memang dibutuhkan.

"Jika perlu, secara harfiah dalam beberapa jam, Rusia dapat membangun kontingen di kawasan itu dalam ukuran [militer] yang proporsional dengan situasi yang berkembang di sana dan menggunakan seluruh kemampuan yang kita miliki," katanya.

Seorang pejabat senior pemerintahan Obama yang tak dipublikasikan namanya menyatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat memantau "sejumlah besar" penarikan pesawat Rusia di Suriah namun mengkonfirmasi bahwa militer Rusia bisa saja kembali ke Suriah dalam hitungan jam.

Meskipun begitu, sejumlah pesawat senjata, baterai roket jarak jauh dan sebagian besar dari 5.000 personil Rusia nampaknya tetap berada di Suriah.

Sumber militer Rusia menyatakan kepada kantor berita Interfax bahwa hanya sekitar 1.000 tentara yang tetap tinggal di Suriah, setengah di antaranya merupakan penasihat militer.

Menuju perdamaian

Putin menyatakan Rusia bahwa meninggalkan sistem pertahanan udara S-400 yang paling canggih di Suriah dan tidak akan ragu untuk menembak jatuh "setiap target" yang melanggar ruang udara Suriah.

Dalam kesempatan itu, Putin juga mengaku bangga atas pengorbanan para tentara Rusia yang tewas dalam operasi militer di Suriah selama lima bulan.

Selain itu, Putin juga memuji Assad atas "upayanya menahan diri demi keinginan yang tulus untuk perdamaian, dan kesiapannya untuk berkompromi dan berdialog." Putin juga mengklaim bahwa keberadaan militer Rusia mengirim sinyal positif bagi semua pihak yang berpartisipasi dalam pembicaraan damai di Jenewa.

"Kalian, tentara Rusia, membuka jalur menuju perdamaian," katanya di hadapan para tentara.

Rusia mengejutkan dunia dengan meluncurkan serangan udara pertama di Suriah pada 30 September tahun lalu. Pengumuman Rusia untuk menarik pasukan ketika pembicaraan damai tengah berlangsung juga terjadi tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya.




Credit  CNN Indonesia