Delapan belas anggota Front Nusra tewas dan enam ditawan dalam bentrokan itu, sementara 14 anggota ISIS juga tewas, kata sumber keamanan seperti dilaporkan Reuters.
Pertempuran itu dimulai pada Minggu dekat kota Jrajeer, Suriah, di pegunungan Qalamoun di dekat perbatasan Suriah-Lebanon, sebelum menyebar ke kota Lebanon dari Ras Baalbek ke Arsal, kata sumber itu.
Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa Front Nusra pada Minggu berjuang mendapatkan kembali beberapa kawasannya, yang dikuasai ISIS. Dalam pertempuran itu, mereka mengatakan 10 petempur Front Nusra dan delapan petempur ISIS tewas.
Perbatasan itu tidak jelas batas-batasnya di wilayah pegunungan dan pertempuran sering menyebar ke Lebanon.
Front Nusra, kelompok setia kepada penerus Osama bin Laden, dan kelompok ISIS adalah dua kekuatan paling kuat melawan pasukan pemerintah di Suriah. Kelompok tersebut juga berperang satu sama lain sejak perpecahan pada 2013, yang sebagian besar dipicu perebutan kekuasaan di antara pemimpin.
Petempur Front Nusra dan kelompok ISIS secara berkala bertempur di Arsal hingga bukit tandus di luar kota. Mereka menyerbu kota pada 2014 sebelum mundur ke bukit setelah bentrokan dengan tentara.
Namun, sumber keamanan mengatakan Front Nusra dan ISIS terus memiliki keberadaan yang kuat di kota, tempat ribuan pengungsi Suriah hidup dalam keadaan mengerikan.
Menurut Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Lebanon menampung lebih dari 1,1 juta pengungsi Suriah.
Tak kurang dari 13,5 juta orang Suriah memerlukan bantuan; 72 persen di antara mereka tak memiliki akses ke air minum dan dua juta anak tidak bersekolah, kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan Stephen OBrien ketika ia mengunjungi Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada Desember lalu.
Dampak perang Suriah telah melampaui perbatasan negeri itu. Sebanyak 4,6 juta orang Suriah dilaporkan telah menyelamatkan diri dari negeri tersebut, sehingga menciptakan krisis pengungsi sangat besar bagi negara tetangganya dan Eropa.
Credit ANTARA News