CB, JAKARTA -- Arab Saudi belum lama ini
menginisiasi pembentukan koalisi militer yang terdiri 34 negara
mayoritas penduduknya Muslim guna melawan terorisme. Pengumuman itu
dilakukan Menteri Pertahanan (Menhan) Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Namun, aliansi itu tidak diikuti negara penduduk mayoritas Syiah,
seperti Iran, Irak, dan Suriah.
Menhan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan alasan Indonesia tidak mau bergabung dengan aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi itu. Menurut dia, sistem politik yang menganut asas bebas aktif membuat Indonesia tidak bisa bergabung dengan koalisi itu.
“Bulan lalu saya dari Arab, Saya sampaikan ke Raja (Faisal) dan Menhan Arab, kami tidak bisa gabung koalisi militer. Undang-undang kami tidak bisa,” kata Ryamizard saat menjadi keynote speaker seminar bela negara yang digelar Universitas Pertahanan (Unhan) di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Selasa (29/3).
Dia menyampaikan kepada pemimpin Arab Saudi, Indonesia bisa bergabung untuk sama-sama memerangi gerakan Islam radikal, seperti ISIS. Itu lantaran ancaman ISIS sudah dalam tahap membahayakan kedaulatan negara. Apalagi, sambung dia, di Indonesia juga ada banyak pengikut ISIS dengan bergabung ke Suriah untuk berperang.
“200 ribu saja ada anggota ISIS, dunia ini sudah goyang. Kalau 1 persen saja (penduduk Indonesia) berarti dua juta menjadi radikal, dunia ini kiamat,” kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu.
Ryamizard juga mendengar informasi kalau dirinya saat ini menjadi target pembunuhan ISIS. Hal itu lantaran ia setiap keliling daerah selalu mengingatkan masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan munculnya ajaran radikal.
Dia mengaku heran, ada umat Islam yang terkena bujuk rayuan gabung ISIS dengan mengikuti latihan militer sampai berperang, namun malah kembali ke Indonesia. Dengan bungkus melakukan jihad, kata dia, ada umat yang percaya akan mendapat surga ketika mati dalam perang.
“Saya dijadikan musuh ISIS, ya tidak apa-apa. Bunuh diri saja masuk neraka, apalagi membunuh orang itu lebih berat hukumannya. Dari mana masuk surga? Surga Kalijodo?!” ucap Ryamizard.
Sementara itu, Rektor Unhan Letjen I Wayan Midhio mengharapkan, dengan digelarnya seminar Kurikulum Pertahanan dan Bela Negara menghasilkan kader intelektual bela negara. Sehingga, dapat terwujud sistem pertahanan negara yang kuat dan tangguh dalam mendukung tercapainya tujuan nasional menuju cita-cita bangsa Indonesia.
Menhan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan alasan Indonesia tidak mau bergabung dengan aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi itu. Menurut dia, sistem politik yang menganut asas bebas aktif membuat Indonesia tidak bisa bergabung dengan koalisi itu.
“Bulan lalu saya dari Arab, Saya sampaikan ke Raja (Faisal) dan Menhan Arab, kami tidak bisa gabung koalisi militer. Undang-undang kami tidak bisa,” kata Ryamizard saat menjadi keynote speaker seminar bela negara yang digelar Universitas Pertahanan (Unhan) di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Selasa (29/3).
Dia menyampaikan kepada pemimpin Arab Saudi, Indonesia bisa bergabung untuk sama-sama memerangi gerakan Islam radikal, seperti ISIS. Itu lantaran ancaman ISIS sudah dalam tahap membahayakan kedaulatan negara. Apalagi, sambung dia, di Indonesia juga ada banyak pengikut ISIS dengan bergabung ke Suriah untuk berperang.
“200 ribu saja ada anggota ISIS, dunia ini sudah goyang. Kalau 1 persen saja (penduduk Indonesia) berarti dua juta menjadi radikal, dunia ini kiamat,” kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu.
Ryamizard juga mendengar informasi kalau dirinya saat ini menjadi target pembunuhan ISIS. Hal itu lantaran ia setiap keliling daerah selalu mengingatkan masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan munculnya ajaran radikal.
Dia mengaku heran, ada umat Islam yang terkena bujuk rayuan gabung ISIS dengan mengikuti latihan militer sampai berperang, namun malah kembali ke Indonesia. Dengan bungkus melakukan jihad, kata dia, ada umat yang percaya akan mendapat surga ketika mati dalam perang.
“Saya dijadikan musuh ISIS, ya tidak apa-apa. Bunuh diri saja masuk neraka, apalagi membunuh orang itu lebih berat hukumannya. Dari mana masuk surga? Surga Kalijodo?!” ucap Ryamizard.
Sementara itu, Rektor Unhan Letjen I Wayan Midhio mengharapkan, dengan digelarnya seminar Kurikulum Pertahanan dan Bela Negara menghasilkan kader intelektual bela negara. Sehingga, dapat terwujud sistem pertahanan negara yang kuat dan tangguh dalam mendukung tercapainya tujuan nasional menuju cita-cita bangsa Indonesia.
Credit REPUBLIKA.CO.ID