Selasa, 22 Maret 2016
Eks Menteri Kremlin: Risiko Perang Nuklir AS dan Rusia Meningkat
BRUSSELS - Kebuntuan Rusia dengan Barat terutama Amerika Serikat (AS) atas krisis Ukraina telah membawa risiko perang nuklir di Eropa menjadi lebih meningkat sejak 1980-an. Demikian disampaikan mantan Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Ivanov.
”Risiko konfrontasi dengan penggunaan senjata nuklir di Eropa lebih tinggi daripada di tahun 1980-an,” kata Menlu Kremlin periode 1998-2004 itu di Brussels.
Ivanov sekarang menjabat sebagai kepala sebuah think-tank yang berbasis di Moskow, yang didirikian oleh Pemerintah Rusia.
Kekhawatiran pecahnya perang nuklir antara AS dan Rusia di Eropa itu diperkuat dengan data lembaga Stockholm International Peace Research. Di mana, pengurangan senjata nuklir kedua negara itu justru melambat.
Pada Januari 2015, AS dan Rusia masing-masing memiliki lebih dari 7 ribu hulu ledak nuklir. Jumlah itu merupakan 90 persen dari total senjata nuklir dunia.
”Kami memiliki hulu ledak nuklir yang berkurang, tetapi risiko untuk digunakan menjadi tumbuh,” kata Ivanov dalam sebuah forum di Brussels yang dihadiri Menteri Luar Negeri Ukraina dan Polandia serta seorang anggota parlemen AS pada hari Sabtu, sebagaiman dilansir Reuters, Senin (21/3/2016).
Ivanov menyalahkan perisai pertahanan rudal AS yang hendak disebar di Eropa sebagai pemicu risiko perang nuklir dengan Rusia. Salah satu perisai rudal itu telah ditempatkan di Polandia dan akan beroperasi pada 2018.
AS dan NATO berdalih, perisai rudal di Polandia dipasang untuk melindungi Eropa dari ancaman serangan rudal balistik Iran. Kedua pihak juga menegaskan, bahwa perisai rudal itu tidak ditargetkan terhadap Rusia.
”Ini meyakinkan, setelah AS menyebarkan sistem pertahan rudal di Polandia, Rusia akan menanggapi dengan mengerahkansistem pertahanan rudal sendiri di Kaliningrad,” ujar Ivanov, mengacu pada wilayah Rusia di kawasan Baltik.
Credit Sindonews