Rabu, 01 Agustus 2018

Suriah: Israel Bantu Para Militan Melarikan Diri ke AS


Suriah: Israel Bantu Para Militan Melarikan Diri ke AS
Area pos pemantauan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Foto/REUTERS

SOCHI - Pemerintah Damaskus mengklaim Israel telah membantu mengevakuasi para militan yang terusir dari Suriah untuk melarikan diri ke Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain. Klaim ini disampaikan Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari.

Menurutnya, serangan dari Angkatan Darat Republik Arab Suriah telah memaksa para militan untuk melarikan diri dari wilayah Suriah melalui Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Dari sana, kata dia, para militan dipindahkan ke Yordania dan kemudian dibawa ke negara-negara lain, termasuk AS.

Israel sebelumnya mengevakuasi ratusan anggota kelompok White Helmets (Helm Putih), kelompok sukarelawan yang didukung Barat. Kelompok ini mempromosikan dirinya sebagai penanggap pertama bagi korban perang di Suriah, tetapi menurut Damaskus kelompok Helm Putih bekerja sama dengan kelompok teroris dan merencanakan serangan "bendera palsu" di Suriah.

Serangan "bendera palsu" adalah serangan yang sengaja dirancang untuk memfitnah kubu lawan dengan tujuan mendapat simpati dari masyarakat internasional yang bisa memicu agresi militer sejumlah negara kepada pihak tertuduh.

Berbicara setelah pertemuan internasional Astana-10 di kota Sochi, Rusia, Jaafari juga mengeluhkan serangan Israel di tanah Suriah. Dia menyampaikan ucapan selamat kepada Tentara Suriah atas kemenangannya dalam melawan para militan di provinsi Daraa selatan, yang sebelumnya berada di bawah kelompok Islamic State atau ISIS.

Jaafari juga mengkritik pendudukan Turki atas wilayah-wilayah di Suriah utara. Menurutnya, Ankara tidak memenuhi kewajibannya mengenai apa yang disebut sebagaai zona de-eskalasi di kawasan itu, termasuk di Provinsi Idlib.

"Otoritas Turki mengirim pasukan bersenjata berat ke sana, dan kita semua menyaksikan tindakan militer Turki di wilayah ini, hingga Afrin, yang mereka tempati. Dan mereka menduduki permukiman lain," ujarnya, seperti dikutip Russia Today, Rabu (1/8/2018).

Jaafari mengatakan bahwa Turki adalah satu-satunya negara yang telah melanggar kewajibannya berdasarkan perjanjian Astana, dan mencatat bahwa mata uang Turki, Lira, telah diperkenalkan di daerah-daerah yang dikendalikan Ankara.

Diplomat Suriah itu menegaskan bahwa AS dan sekutunya harus segera meninggalkan wilayah Suriah, karena kehadiran mereka ilegal menurut hukum internasional. Koalisi pimpinan AS di Suriah belum diundang oleh pemerintah Damaskus, dan belum diberikan otorisasi oleh Dewan Keamanan PBB.

Jaafari ingin melihat Idlib kembali ke pangkuan Suriah melalui rekonsiliasi nasional, tetapi dia juga memperingatkan bahwa Tentara Suriah memiliki kapasitas yang cukup untuk melakukannya dengan cara militer jika diperlukan. 




Credit  sindonews.com