Azas, Suriah (CB) - "Tentara Nasional" yang sedang
dibentuk para pemberontak Suriah dengan bantuan Turki bisa menjadi
rintangan berjangka waktu lama bagi upaya Presiden Bashar al-Assad
memulihkan kawasan di bagian baratlaut jika mereka dapat mengakhiri
permusuhan yang telah lama merusak kelompok oposisi.
Usaha tersebut merupakan inti dari rencana oposisi dukungan Turki untuk menjamin dan memerintah sebuah wilayah yang membentuk bagian dari benteng terakhir pemberontak di Suriah.
Kehadiran pasukan Turki di darat telah membantu melindunginya dari serangan pasukan pemerintah.
Presiden Bashar, yang didukung Rusia dan Iran, telah berjanji akan menguasai kembali "setiap inci" Suriah, dan kendati sekarang ia telah merebut sebagian besar wilayah negaranya, kehadiran Turki akan membuat rumit tiap ofensif pemerintah di bagian barat laut.
Peran Turki telah melampaui dukungan bagi pasukan sekutu Suriah untuk membangun kembali sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit. Sedikitnya lima cabang kantor pos Turki telah dibuka di kawasan itu.
Kolonel Haitham Afisi, panglima Tentara Nasional, mengatakan pembentukan pasukan tersebut bukan perkara gampang selama tahun lalu.
"Kami masih dalam tahap permulaan. Kami menghadapi banyak kesulitan-kesulitan tapi kami terus bekerja untuk mengatasinya," kata Afisi kepada Reuters dalam wawancara di kota Azaz dekat perbatasan Turki.
Baru-baru ini, ia harus mengeluarkan perintah yang menginstruksikan para petempur menghentikan "melepaskan tembakan secara acak", memakai seragam dan bekerja sama dengan polisi militer yang baru dibentuk dan merupakan "kekuatan hukum dan keadilan serta bukan saingan bagi faksi lain".
Faksi-faksi juga dilarang mengoperasikan penjara-penjara dan pengadilan mereka dan melakukan penangkapan di luar jalur hukum.
Proyek itu juga menghadapi serangan: sejumlah orang yang direkrut menderita cedera pada 5 Agustus ketika upacara pelantikan mereka di kota al-Bab digempur. Afisi mengatakan serangan itu adalah pekerjaan dari "musuh revolusi, apakah dari dalam atau luar". Pelaku serangan itu telah teridentifikasi tapi ia menolak menyebutkan siapa pelakunya.
Tentara Nasional itu beranggota sekitar 35.000 petempur yang berasal dari faksi-faksi paling besar dalam perang yang telah membunuh ratusan ribu orang dan memaksa 11 juta orang meninggalkan rumah-rumah mereka selama tujuh tahun terakhir.
Banyak usaha sebelumnya untuk mempersatukan para pejuang telah gagal, dirintangi persaingan antarfaksi dan sering diganngu agenda negara-negara asing yang pernah mendukung banyak pemberontak dalam perang Suriah.
Usaha tersebut merupakan inti dari rencana oposisi dukungan Turki untuk menjamin dan memerintah sebuah wilayah yang membentuk bagian dari benteng terakhir pemberontak di Suriah.
Kehadiran pasukan Turki di darat telah membantu melindunginya dari serangan pasukan pemerintah.
Presiden Bashar, yang didukung Rusia dan Iran, telah berjanji akan menguasai kembali "setiap inci" Suriah, dan kendati sekarang ia telah merebut sebagian besar wilayah negaranya, kehadiran Turki akan membuat rumit tiap ofensif pemerintah di bagian barat laut.
Peran Turki telah melampaui dukungan bagi pasukan sekutu Suriah untuk membangun kembali sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit. Sedikitnya lima cabang kantor pos Turki telah dibuka di kawasan itu.
Kolonel Haitham Afisi, panglima Tentara Nasional, mengatakan pembentukan pasukan tersebut bukan perkara gampang selama tahun lalu.
"Kami masih dalam tahap permulaan. Kami menghadapi banyak kesulitan-kesulitan tapi kami terus bekerja untuk mengatasinya," kata Afisi kepada Reuters dalam wawancara di kota Azaz dekat perbatasan Turki.
Baru-baru ini, ia harus mengeluarkan perintah yang menginstruksikan para petempur menghentikan "melepaskan tembakan secara acak", memakai seragam dan bekerja sama dengan polisi militer yang baru dibentuk dan merupakan "kekuatan hukum dan keadilan serta bukan saingan bagi faksi lain".
Faksi-faksi juga dilarang mengoperasikan penjara-penjara dan pengadilan mereka dan melakukan penangkapan di luar jalur hukum.
Proyek itu juga menghadapi serangan: sejumlah orang yang direkrut menderita cedera pada 5 Agustus ketika upacara pelantikan mereka di kota al-Bab digempur. Afisi mengatakan serangan itu adalah pekerjaan dari "musuh revolusi, apakah dari dalam atau luar". Pelaku serangan itu telah teridentifikasi tapi ia menolak menyebutkan siapa pelakunya.
Tentara Nasional itu beranggota sekitar 35.000 petempur yang berasal dari faksi-faksi paling besar dalam perang yang telah membunuh ratusan ribu orang dan memaksa 11 juta orang meninggalkan rumah-rumah mereka selama tujuh tahun terakhir.
Banyak usaha sebelumnya untuk mempersatukan para pejuang telah gagal, dirintangi persaingan antarfaksi dan sering diganngu agenda negara-negara asing yang pernah mendukung banyak pemberontak dalam perang Suriah.
Credit antaranews.com