WASHINGTON
- Sebuah dokumen terbaru yang dirilis Pentagon pada hari Kamis
menyatakan Rusia dan China menjadi ancaman utama terhadap kemampuan luar
angkasa Amerika Serikat (AS). Dua negara dituding sedang mengembangkan
kemampuan dan menguji teknologi baru untuk menantang Amerika di luar
angkasa.
"Amerika Serikat menghadapi ancaman yang berkembang pesat terhadap kemampuan ruang angkasa kami. China dan Rusia, pesaing strategis kami, secara eksplisit mengejar kemampuan perang antariksa untuk menetralkan kemampuan ruang AS selama masa konflik," bunyi laporan Pentagon.
"Lawan potensial lainnya juga mengejar kemampuan counter-space seperti jamming, dazzling dan serangan siber," lanjut Pentagon.
Laporan Departemen Pertahanan Amerika itu juga menyebutkan bahwa upaya pengembangan kemampuan Komando Antariksa AS akan fokus pada pengawasan global untuk penargetan rudal dan prioritas lainnya.
"Upaya pengembangan kemampuan departemen akan fokus pada Persistent Global Surveillance untuk penargetan rudal lanjutan," imbuh laporan tersebut.
Pada saat yang sama, Pentagon menjabarkan dalam laporan prioritas utama Komando Antariksa AS.
"Prioritas Ruang Angkasa AS akan meliputi; merancang dan melaksanakan berbagai pelatihan antariksa bersama, dengan dukungan terfokus pada Prakarsa Keamanan Asia Pasifik dan Inisiatif Pencegahan Eropa," papar Pentagon.
Komandan Komando Strategis (STRATCOM) AS Jenderal John Hyten pada hari Selasa lalu mengatakan bahwa Rusia dan China sedang mengembangkan kemampuan dan menguji teknologi baru untuk menantang AS di luar angkasa. Kedua negara, lanjut Hyten, telah meningkatkan investasi dan telah melakukan pengujian teknologi baru dalam domain luar angkasa.
Moskow dan Beijing sendiri telah menyatakan komitmen mereka untuk menggunakan ruang angksa untuk tujuan damai.
Sebagai bagian dari deklarasi Xiamen September lalu, para pemimpin negara-negara BRICS, termasuk China dan Rusia, telah meminta negara-negara kelompok itu untuk melakukan eksplorasi damai di luar angkasa. Deklarasi itu juga menekankan bahwa ruang angkasa haru bebas dari segala jenis senjata dan penggunaan kekuatan sesuai dengan hukum internasional.
Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan dampak bahaya dari ambisi AS yang akan mengeksplorasi ruang angkasa untuk militer."Konfrontasi militer di ruang angkasa mungkin sama berbahayanya dengan perlombaan senjata nuklir yang dimulai Washington pada pertengahan abad lalu," kata kementerian tersebut, seperti dikutip Sputnik, Jumat (10/8/2018).
"Amerika Serikat menghadapi ancaman yang berkembang pesat terhadap kemampuan ruang angkasa kami. China dan Rusia, pesaing strategis kami, secara eksplisit mengejar kemampuan perang antariksa untuk menetralkan kemampuan ruang AS selama masa konflik," bunyi laporan Pentagon.
"Lawan potensial lainnya juga mengejar kemampuan counter-space seperti jamming, dazzling dan serangan siber," lanjut Pentagon.
Laporan Departemen Pertahanan Amerika itu juga menyebutkan bahwa upaya pengembangan kemampuan Komando Antariksa AS akan fokus pada pengawasan global untuk penargetan rudal dan prioritas lainnya.
"Upaya pengembangan kemampuan departemen akan fokus pada Persistent Global Surveillance untuk penargetan rudal lanjutan," imbuh laporan tersebut.
Pada saat yang sama, Pentagon menjabarkan dalam laporan prioritas utama Komando Antariksa AS.
"Prioritas Ruang Angkasa AS akan meliputi; merancang dan melaksanakan berbagai pelatihan antariksa bersama, dengan dukungan terfokus pada Prakarsa Keamanan Asia Pasifik dan Inisiatif Pencegahan Eropa," papar Pentagon.
Komandan Komando Strategis (STRATCOM) AS Jenderal John Hyten pada hari Selasa lalu mengatakan bahwa Rusia dan China sedang mengembangkan kemampuan dan menguji teknologi baru untuk menantang AS di luar angkasa. Kedua negara, lanjut Hyten, telah meningkatkan investasi dan telah melakukan pengujian teknologi baru dalam domain luar angkasa.
Moskow dan Beijing sendiri telah menyatakan komitmen mereka untuk menggunakan ruang angksa untuk tujuan damai.
Sebagai bagian dari deklarasi Xiamen September lalu, para pemimpin negara-negara BRICS, termasuk China dan Rusia, telah meminta negara-negara kelompok itu untuk melakukan eksplorasi damai di luar angkasa. Deklarasi itu juga menekankan bahwa ruang angkasa haru bebas dari segala jenis senjata dan penggunaan kekuatan sesuai dengan hukum internasional.
Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan dampak bahaya dari ambisi AS yang akan mengeksplorasi ruang angkasa untuk militer."Konfrontasi militer di ruang angkasa mungkin sama berbahayanya dengan perlombaan senjata nuklir yang dimulai Washington pada pertengahan abad lalu," kata kementerian tersebut, seperti dikutip Sputnik, Jumat (10/8/2018).
Credit sindonews.com