Rabu, 08 November 2017

Trump Sukses Jual Peralatan Militer ke Korea Selatan


Trump Sukses Jual Peralatan Militer ke Korea Selatan

THAAD merupakan sistem pertahanan udara paling canggih yang dikembangkan Amerika Serikat. rudal THAAD tidak menghancurkan rudal balistik hulu ledak, tapi dengan energi kinetik pada fase terminal. U.S. Department of Defense, Missile Defense Agency. U.S. Department of Defense, Missile Defense Agency/Handout via Reuters



CB, Jakarta -Korea Selatan sepakat untuk membeli sejumlah peralatan militer strategis Amerika Serikat dengan harga miliar dollar Amerika Serikat. Istana presiden Korea Selatan, Cheong Wa Dae menjelaskan, kesepakatan itu dihasilkan dalam pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Moon Jae-in dan Presiden Donald Trump pada hari Selasa, 7 November 2017.

Peralatan militer yang akan dibeli Korea Selatan dari Amerika Serikat tidak disebutkan secara rinci. Dalam pernyataannya, Cheong Wa Dae  hanya menyebut peralatan yang akan dibeli itu adalah aset untuk mengamati dan kapal selam nuklir.
"Ini perlu untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Korea Selatan dan kemampuan pertahanan dua negara," kata Moon kepada wartawan setelah bertemu Trump, seperti dikutip dari Korea Times.
Baca: Batal Kunjungi DMZ Perbatasan Korea Selatan, Trump Dikritik
Menurut Trump, Amerika memiliki banyak peralatan militer yang sangat bagus. Ia pun mengungkapkan rencana Seoul untuk membeli peralatan militer dari Amerika dengan harga miliar dolar Amerika.
"Korea Selatan akan memesan peralatan senilai miliaran dolar, terus terang saja bagi mereka itu punya banyak makna, dan bagi kami itu artinya pekerjaan, itu artinya mengurangi defisit perdagangan kami dengan Korea Selatan," kata Trump.

Trump dan Moon juga sepakat untuk meluaskan dan memperkuat penempatan aset Amerika Serikat di Semenanjung Korea dan sekitarnya.
Kunjungan Trump ke Korea Selatan merupakan yang pertama kali dan kunjungan pertama presiden Amerika Serikat sejak 25 tahun terakhir.



Credit  TEMPO.CO

Trump ke Korea Selatan, katakan solusi harus ditemukan pada kebuntuan nuklir


Trump ke Korea Selatan, katakan solusi harus ditemukan pada kebuntuan nuklir
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Ibu Negara Amerika Serikat, Melania Trump, menaiki Air Force One saat mereka berangkat menuju Seoul dari Pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat Yokota berlokasi di Fussa, pinggiran kota Tokyo, Jepang, Selasa (7/11/2017). (REUTERS/Toru Hanai)
... semuanya akan berhasil, hal itu selalu berhasil, dan harus berhasil...

Kamp Humphreys, Korea Selatan (CB) - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Selasa, mendarat di Korea Selatan, tempat terdekat dengan garis depan kebuntuan nuklir dengan Korea Utara, dan dia mengatakan, solusi harus ditemukan pada ancaman keamanan oleh Pyongyang.

Ketika mendarat di Pangkalan Udara Osan di luar Seoul, Trump dan istrinya, Melania Trump, turun dari Air Force One dan berjalan di atas karpet merah, saat Trump memulai kunjungan 24 jam yang dapat memperparah ketegangan dengan Korea Utara.

Trump kemudian terbang dengan helikopter ke Kamp Humphreys, pangkalan militer terbesar Amerika Serikat di sana dan bertemu dengan tentara Amerika Serikat serta tentara Korea Selatan, bersama dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in.

Gedung Putih mengatakan, perjalanan Trump dimaksudkan untuk menunjukkan tekad Amerika Serikat atas pendekatan garis kerasnya terhadap ancaman nuklir dan misil Korea Utara.

Namun banyak di wilayah itu muncul kekhawatiran retorika Trump yang lebih lanjut dapat meningkatkan potensi konflik militer yang menghancurkan di Semenanjung Korea.

Saat bertemu dengan komandan militer tentang masalah Korea Utara, Trump mengatakan kepada wartawan: "Akhirnya semuanya akan berhasil, hal itu selalu berhasil, dan harus berhasil." Dia tidak menjelaskan maksudnya lebih jauh.

Trump memuji Moon, mengelu-elukan dia atas "kerja sama yang hebat," meski terdapat perbedaan mengenai bagaimana menghadapi Korea Utara dan pada perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Uji coba nuklir dan misil Pyongyang baru-baru ini, yang bertentangan dengan resolusi PBB dan menyebabkan Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, bertukar hinaan, telah meningkatkan taruhannya dalam tantangan internasional yang paling penting dalam kepresidenan Trump.

Tiga kelompok penyerang kapal induk Amerika Serikat akan mengadakan latihan militer bersama di Pasifik Barat dalam beberapa hari mendatang pada demonstrasi yang jarang terlihat di wilayah itu, menurut keterangan pejabat Amerika Serikat.

Pada perjalanan keduanya di lima negara, Trump mengunjungi Garnisun Kamp Humphreys yang luas, yang terletak sekitar 100 kilometer dari perbatasan dengan Korea Utara yang tertutup.

Trump disambut tepuk tangan dan beberapa sorak sorai saat dia dan Moon memasuki aula asrama saat jam makan siang.

Trump berusaha meningkatkan tekanan pada Pyongyang setelah kunjungannya ke Tokyo, di mana dia menyatakan, Jepang akan menembak misil Korea Utara -dari atas langit- jika mereka membeli persenjataan Amerika Serikat yang dibutuhkan untuk melakukannya, dan menyarankan pemerintah Jepang mengambil sikap yang telah dihindarinya hingga kini.


Credit  antaranews.com

Ribuan Warga Korea Selatan Tolak Kunjungan Trump



CB, Seoul - Ribuan warga Korea Selatan berunjuk rasa menolak kunjungan Donald Trump. Pada unjuk rasa tersebut, mereka menyerukan perdamaian.
Trump, yang tiba di Tokyo pada Ahad, 5 November 2017, akan mengunjungi Korea Selatan dari Selasa, 7 November 2017 sampai Rabu, 8 November 2017 sebagai bagian dari lawatan pertamanya ke Asia sebagai kepala negara, termasuk ke Vietnam, Cina dan Filipina.

Kim Jong Un mengunjungi sebuah pabrik di Pyongyang, 4 November 2017. Kantor berita Korea Utara (KCNA) merilis foto ini dirilis menjelang kedatangan presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Asia. KCNA via Reuters
Dia dijadwalkan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Moon Jae-In dan mengunjungi sebuah pangkalan militer Amerika, sekaligus membahas masalah Korea Utara dan pemimpinnya Kim Jong-un.
Ketegangan meningkat setelah Pyongyang melakukan uji coba atom keenam pada September 2017 dan uji coba beberapa rudal yang mampu mencapai daratan Amerika. Selain itu terjadi perang kata-kata kasar antara Trump dan Kim yang terus digencarkan dalam beberapa waktu terakhir.
Korea Selatan adalah sekutu utama Amerika dan menjadi rumah bagi 28.500 tentara Amerika. Banyak kritikus melihat bahwa ketegangan di Semenanjun Korea itu akibat ulah Trump sehingga berujung perang kata dengan Pyongyang.
"Kami menentang perang! Negosiasikan perdamaian! " kata demonstran di Seoul sambil melambaikan spanduk dan balon-balon yang bertuliskan damai.
Banyak yang menyalahkan Trump dan Kim karena perang kata-katanya telah meningkatkan risiko konflik. Seorang ibu yang anaknya bertugas wajib militer menuduh pemimpin Amerika Serikat itu membahayakan nyawa anaknya.
"Hatiku bergerak setiap Trump berkomentar tentang Korea Utara," katanya, seperti dilansir The Star pada 6 November 2017.
Jumlah massa yang hadir dalam aksi itu diperkirakan mencapai lebih dari 5 ribu orang.


Sejumlah warga Jepang menyambut kedatangan Presiden AS Donald Trump di Kawagoe, Jepang, 5 November 2017. REUTERS/Issei Kato
Secara terpisah, sekelompok aktivis konservatif mengadakan demonstrasi menyambut Trump, mendesak Washington menggunakan senjata nuklir taktis di Korea Selatan untuk mencegah ancaman dari Korea Utara.


Kebuntuan terakhir antara Trump dan Kim telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga Korea Selatan, yang selama beberapa dekade tumbuh acuh tak acuh terhadap ancaman serangan reguler dari Pyongyang.
Tetapi pilihan opsi militer Trump di Semenanjung Korea untuk menghentikan program nuklir Korea Utara, diperkirakan akan menyebabkan korban jiwa besar.




Credit  tempo.co