SHARM EL SHEIKH
- Mesir memberikan sinyal dukungan untuk Riyadh terkait perseteruan
antara Arab Saudi dan Iran yang semakin memanas. Presiden Mesir Abdel
Fattah el-Sisi memperingatkan Iran untuk stop ikut campur urusan
internal dan keamanan di negara-negara Timur Tengah.
Namun, dia menegaskan bahwa Mesir tidak menginginkan perang di kawasan tersebut.
Dalam beberapa hari ini, Arab Saudi menyalahkan Iran setelah kelompok Houthi Yaman menyerang wilayah Riyadh dengan rudal balistik. Beruntung, senjata itu berhasil ditembak jauh pasukan Angkatan Udara Saudi tanpa menimbulkan korban jiwa dan kerusakan besar.
Saudi menganggap serangan itu sebagai tindakan perang Iran melawan Kerajaan, karena serangan rudal dari Houthi tak mungkin terjadi tanpa dukungan Teheran. Pada saat yang sama, pejabat Saudi menuduh Libanon dan gerakan Hizbullah mengumumkan perang terhadap Kerajaan Saudi.
Pemimpin Mesir tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak menginginkan lebih banyak ketegangan pecah di Timur Tengah. Kendati demikian, itu tidak berarti ancaman terhadap negara-negara Arab dapat ditoleransi.
”Kawasan ini memiliki cukup ketidakstabilan dan tantangan karena kita tidak memerlukan komplikasi baru yang melibatkan Iran atau Hizbullah, sehingga kita tidak menambahkan tantangan baru ke wilayah ini," kata el-Sisi dalam sebuah konferensi pers di resor Laut Merah, di Sharm el-Sheikh.
”Saya menentang perang, kita bisa menyelesaikan krisis dengan dialog,” lanjut el-Sissi saat ditanya tentang kemungkinan perang dengan Iran atau Hizbullah, seperti dikutip AP, Kamis (9/11/2017).
“Keamanan Teluk berada di garis merah dan yang lainnya harus berhenti ikut campur urusan internal kami dan tidak bekerja untuk meningkatkan ketegangan. Kami di Mesir percaya bahwa keamanan Arab dan ancaman terhadap negara-negara Teluk (Arab) merupakan ancaman bagi negara-negara keamanan nasional kami sendiri,” ujarnya.
Namun, dia menegaskan bahwa Mesir tidak menginginkan perang di kawasan tersebut.
Dalam beberapa hari ini, Arab Saudi menyalahkan Iran setelah kelompok Houthi Yaman menyerang wilayah Riyadh dengan rudal balistik. Beruntung, senjata itu berhasil ditembak jauh pasukan Angkatan Udara Saudi tanpa menimbulkan korban jiwa dan kerusakan besar.
Saudi menganggap serangan itu sebagai tindakan perang Iran melawan Kerajaan, karena serangan rudal dari Houthi tak mungkin terjadi tanpa dukungan Teheran. Pada saat yang sama, pejabat Saudi menuduh Libanon dan gerakan Hizbullah mengumumkan perang terhadap Kerajaan Saudi.
Pemimpin Mesir tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak menginginkan lebih banyak ketegangan pecah di Timur Tengah. Kendati demikian, itu tidak berarti ancaman terhadap negara-negara Arab dapat ditoleransi.
”Kawasan ini memiliki cukup ketidakstabilan dan tantangan karena kita tidak memerlukan komplikasi baru yang melibatkan Iran atau Hizbullah, sehingga kita tidak menambahkan tantangan baru ke wilayah ini," kata el-Sisi dalam sebuah konferensi pers di resor Laut Merah, di Sharm el-Sheikh.
”Saya menentang perang, kita bisa menyelesaikan krisis dengan dialog,” lanjut el-Sissi saat ditanya tentang kemungkinan perang dengan Iran atau Hizbullah, seperti dikutip AP, Kamis (9/11/2017).
“Keamanan Teluk berada di garis merah dan yang lainnya harus berhenti ikut campur urusan internal kami dan tidak bekerja untuk meningkatkan ketegangan. Kami di Mesir percaya bahwa keamanan Arab dan ancaman terhadap negara-negara Teluk (Arab) merupakan ancaman bagi negara-negara keamanan nasional kami sendiri,” ujarnya.
Credit sindonews.com