Jumat, 10 November 2017

Daftar Korban Konsolidasi Kekuasaan Putra Mahkota Arab Saudi



Daftar Korban Konsolidasi Kekuasaan Putra Mahkota Arab Saudi
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman membuat gebrakan dengan menangkapi orang-orang yang diduga terlibat korupsi. Grafis/KORAN SINDO



PEMERINTAH Arab Saudi di bawah komando Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyatakan perang terhadap korupsi. Komite Anti Korupsi Saudi Arabia baru-baru ini menangkap 11 pangeran dan 4 menteri terkait kasus rasuah. Gebrakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman itu disebut-sebut merupakan bagian konsolidasi kekuasaanya menuju proyek masa depan negeri Petro Dollar sebagai negara modern dengan melenyapkan oposisi.

Konsolidasi kekuasaan putra mahkota ini memakan korban. Siapa saja mereka?

1. Pangeran Alwaleed bin Talal

Alwaleed bin Talal merupakan pemilik perusahaan investasi Kingdom Holding. Alwaleed ditangkap atas tuduhan pencucian uang, penyuapan, dan pemerasan pejabat. Majalah Forbes memperkirakan Alwaleed memiliki harta USD17 miliar atau sekitar Rp229,5 triliun (kurs Rp13.500/USD). Selain berinvestasi di Twitter dan Apple, ia juga mempunyai saham di bank Citygroup, jaringan hotel Four Seasons dan perusahaan media milik Rupert Murdoch, News Corporation. Di London, Pangeran Alwaleed adalah pemilik hotel mewah, Savoy.

2. Ibrahim al-Assaf (Mantan Menteri Keuangan Arab Saudi)
Ibrahim al-Assaf ditangkap atas dugaan korupsi perluasan Masjidil Haram. Ibrahim al-Assaf yang juga direksi perusahaan minyak Saudi Aramco diduga melakukan penggelapan dan mendapat keuntungan dari proyek perluasan Masjidil Haram di Mekkah. Terkait proyek perluasan ini, Ibrahim al-Assaf diduga memanfaatkan posisinya untuk mendapat keuntungan dalam transaksi tanah. Namun belum ada detail lebih lanjut mengenai kasusnya.

3. Pangeran Turki bin Abdullah (Mantan Gubernur Riyadh)
Mantan Gubernur Riyadh Pangeran Turki bin Abdullah dituduh melakukan korupsi proyek Metro di Riyadh. Pangeran Turki dianggap telah memberikan kontrak kepada perusahannya sendiri. Tak disebutkan berapa besar proyek tersebut.

4. Pangeran Miteb bin Abdullah (Menteri Garda Nasional)
Pangeran Miteb bin Abdullah yang juga Menteri Garda Nasional ditangkap oleh Komite Anti-Korupsi Saudi karena diduga terlibat korupsi pengadaan Walkie-Talkie senilai USD10 miliar (sekitar Rp135,2 triliun). Pangeran Miteb diduga memberikan kontrak palsu kepada perusahaannya sendiri untuk menggarap proyek tersebut. Selain itu, Pangeran Miteb juga diduga terlibat dalam kongkalikong pengadaan perlengkapan militer antipeluru senilai miliaran riyal. Miteb dianggap telah melakukan penggelapan dan mempekerjakan karyawan 'hantu'.

5. Pangeran Fahd bin Abdullah bin Mohammed al Saud (Mantan Wakil Menteri Pertahanan)
Pangeran Fahd adalah lulusan Staf Angkatan Laut AS dan Komando College. Dia memegang gelar master dalam ilmu militer. Dia memiliki aktivitas bisnis saat bertugas di pos ini. Dia menjadi komandan angkatan laut di Royal Saudi Navy pada  April 2002. Pada 20 April 2013, dia ditunjuk sebagai wakil Menteri Pertahanan. Namun pada 17 Agustus 2013 dia digantikan oleh Salman bin Sultan, putra almarhum Pangeran Sultan.

6. Pangeran Turki bin Nasser (Mantan Kepala Presidensi Meteorologi dan Lingkungan Hidup)
Turki bin Nasser menjadi kepala operasi staf udara, proyek perisai perdamaian dan proyek hawk perdamaian pada 1994. Dirinya kemudian menjabat sebagai wakil komandan di Royal Saudi Air Force pada 1996. Setelah meninggalkan angkatan udara, Turki bin Nasser dijadikan kepala presidensi meteorologi dan lingkungan. The Guardian melaporkan Turki bin Nasser memiliki hampir 200 mobil klasik, sebuah jet bisnis pribadi Boeing 20 juta pound, sebuah kapal pesiar besar, sebuah rumah mewah di Beverly Hills dan beberapa rumah di berbagai kota seperti Barcelona, Riyadh, Dharan dan London. Rumahnya di London adalah di Sussex Square, dekat kawasan elite Hyde Park.

7. Adel Fakieh (Menteri Ekonomi)
Adel bin Muhammad Fakeih adalah seorang insinyur dan mantan Wali Kota Jeddah. Jabatan yang pernah didudukinya antara lain Menteri Tenaga Kerja (2010-2015), Menteri Kesehatan (2014) dan pada April 2015 diangkat sebagai Menteri Ekonomi. Di luar pemerintahan, Fakieh adalah ketua Al Jazeera Bank dan anggota dewan direksi Perdagangan dan Industri Kamar Dagang di Jeddah. Dia menjabat sebagai anggota komisi berbagai organisasi. Dalam laporannya situs marcopolis.net pada 2015 memasukkan nama Fakeih sebagai salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh di Arab Saudi. Kekayaan Fakieh ditaksir mencapai USD470 juta.

8. Khalid al-Tuwaijiri (Mantan Ketua Pengadilan)
Khalid al-Tuwaijri adalah Ketua Pengadilan Royal Arab Saudi di bawah Raja Abdullah dan merupakan pemimpin tertinggi non-pangeran hingga dilengserkan di era kekuasaan Raja Salman pada 2015. Raja Abdullah menunjuknya sebagai Kepala Pengadilan Kerajaan pada 9 Oktober 2005. Seiring waktu, ia juga menjadi Kepala Garda Kerajaan dan beberapa posisi pengadilan lainnya. Di mata para penentangnya, al-Tuwaijiri dituduh berusaha "menghancurkan negara dan menjalankan "proyek westernisasi" di Arab Saudi.

9. Amr al-Dabbagh (Mantan Gubernur Otoritas Investasi Umum Arab Saudi)
Amr Al-Dabbagh adalah seorang pengusaha, mantan menteri, dan penulis. Dia adalah ketua dan CEO Grup Al-Dabbagh yang berbasis di Jeddah. Al-Dabbagh adalah pendiri Yayasan Bintang, sebuah nirlaba yang ditujukan untuk membantu anak-anak kurang beruntung, serta manajer di Philanthropy University, Massive Open Online Course (MOOC) yang menjalin kerja sama dengan Haas School of Business di University of California, Berkeley.

10. Abdullah al-Sultan (Komandan Angkatan Laut Saudi)
Mengutip Al Jazeera, Komandan Angkatan Laut Arab Saudi Abdullah al-Sultan digantikan oleh Fahad al-Ghali. Namun tidak ada alasan jelas soal penyebab penggantiannya.

11. Bakr bin Laden (Chairman Saudi Binladin Group (SBG)
Bakr bin Laden adalah anak dari pendiri SBG, Sheikh Mohammed bin Laden Sayyid. Ayah Bakr memiliki sejumlah anak yang salah satunya Osama bin Laden. SBG merupakan perusahaan konstruksi multinasional yang 'bermarkas' di Jeddah. SBG juga mengerjakan sejumlah proyek strategis pemerintah. Pada 11 September 2015, terjadi kecelakaan crane proyek SBG di Masjidil Haram, Mekkah. Sebanyak 118 orang tewas dan 400 lainnya mengalami luka-luka. Akhir Oktober 2017 lalu Pengadilan Arab Saudi memutuskan SBG sebagai penanggung jawab crane yang jatuh di Mekah dua tahun lalu, tak perlu membayar ganti rugi terhadap korban karena dianggap sebagai bencana alam.

12. Mohammad al-Tobaishi (Mantan Kepala Protokol Royal Court)
Mohammad al-Tobaishi adalah mantan kepala protokol di Royal Court. Saat ini dirinya memimpin Valia Investments Inc, sebuah perusahaan modal ventura.

13. Alwaleed al-Ibrahim (Pemilik Jaringan Televisi MBC)
Seorang pengusaha Arab Saudi dan ketua Middle East Broadcasting Centre (MBC). Dia adalah pemilik saluran TV komersial pertama yang sukses di Timur Tengah. Dia sebelumnya menolak untuk menjual stasiun TV MBC-nya ke putra mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman.

14. Saoud al-Daweesh (Mantan chief executive Saudi Telecom 7010.SE)
Saoud al-Daweesh adalah mantan CEO Saudi Telecom Company SJSC (7010.SE) pada 2009. Namun pada 2012, Saoud mengundurkan diri.

15. Saleh Kamel (Pengusaha)
Miliarder Saudi yang memiliki kekayaan bersih per April 2016 diperkirakan mencapai USD2,1 miliar. Dia adalah ketua dan pendiri Grup Dallah al Baraka (DBHC), salah satu konglomerat terbesar di Timur Tengah. Dia juga ketua Dewan Umum Bank Syariah dan Kamar Dagang Jeddah.

16. Mohammad al-Amoudi (Pengusaha)
Miliarder keturunan Etiopia dan Arab Saudi. Pada 2016 oleh Forbes kekayaan bersihnya ditaksir sekitar USD10,9 miliar. Dia juga tercatat sebagai orang terkaya di Ethiopia, warga negara Arab Saudi terkaya kedua di dunia dan orang kulit hitam terkaya kedua di dunia. Kekayaannya berasal dari bisnis real estate dan minyak. Dia adalah investor asing individual terbesar di Ethiopia dan investor besar di Swedia.

17. Khalid al-Mulheim (Mantan Direktur Jendral Saudi Arabian Airlines)






Credit  sindonews.com