Jumat, 26 Desember 2014

Peluncur Rudal Balistik Rusia Iskander-M Ciptakan Keresahan bagi NATO dan AS



Peluncur Rudal Balistik Rusia Iskander-M Ciptakan Keresahan bagi NATO dan AS
Iskander mampu membawa dua roket yang dapat ditujukan pada dua sasaran berbeda. Foto: RIA Novosti


CB - Sejumlah kompleks peluncur rudal balistik teater Iskander-M milik brigade pasukan roket Distrik Militer Rusia Barat kembali ke pangkalan militer permanennya dalam wilayah Rusia bagian dalam.

Sebelumnya, subdivisi brigade yang dipersenjatai Iskander tersebut dikerahkan menuju Kaliningradskaya Oblast untuk melakukan pemeriksaan kesiapan tempur dadakan pada 5-10 Desember lalu, berdasarkan perintah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Federasi Rusia.

Kepala Pasukan Senjata Roket dan Artileri Angkatan Darat Rusia Mayjen Mikhail Matveyevskiy menyatakan pada TASS, menjelang 2018 badan militer Rusia akan memiliki setidaknya sepuluh brigade pasukan roket. Mereka akan dibagi ke seluruh Distrik Militer Rusia dan setiap distrik akan memiliki dua hingga tiga brigade roket. Saat ini, secara keseluruhan terdapat lima distrik dalam militer Rusia.
Pasukan tersebut akan dipersenjatai kompleks peluncur rudal balistik Iskander-M, yang menggantikan kompleks peluncur rudal taktis 9K79 Tochka dan 9K79-1 Tochka-U yang sudah menua.

Penerus “Oka”


Membandingkan kompleks rudal Iskander dengan Tochka jelas tak beralasan, karena Iskander jauh lebih efektif dibanding kompleks peluncur rudal taktis yang mulai uzur tersebut. Iskander merupakan pewaris dari kompleks peluncur rudal balistik teater Oka atau OTR-23 (yang diklasifikasikan sebagai SS-23 Spider oleh NATO), yang dihancurkan pada 1989 berdasarkan perjanjian Soviet-AS mengenai likuidasi roket jarak pendek dan menengah.

Oka, yang memiliki jarak tembak maksimal 400 kilometer, sebenarnya tidak termasuk dalam perjanjian likuidasi roket jarak pendek dan menengah itu, karena perjanjian tersebut berlaku untuk rudal yang memiliki jarak tembak 500-5.500 kilometer. Namun, AS menuntut agar Oka dimasukan ke dalam daftar likuidasi roket, meski sebenarnya Oka sendiri bahkan belum masuk dalam persenjataan pasukan Rusia. AS meresahkan kemampuan unik kompleks ini, yang dapat ditempatkan di atas truk yang dapat berenang dan melewati berbagai jenis jalan darat. Oka dikendalikan oleh tiga personel, sedangkan hulu ledak roketnya dapat berisi fragmen ledak, sejumlah peledak kecil lain, dan bahan ledak khusus (nuklir). Bahkan bisa dikatakan tidak ada cara untuk menghentikan roket ini.

Berdasarkan perjanjian Soviet-AS, terdapat 239 rudal balistik Oka yang dihancurkan. Bersamaan dengan itu, 106 kompleks peluncur roket dan seluruh peralatan untuk pembuatan roket tersebut juga diledakan, dan seluruh dokumentasi pembuatan roket ini pun dimusnahkan.

Setelah melewati satu dekade, Rusia merancang penerus Oka yakni Iskander-M. Kompleks peluncur rudal balistik ini mewarisi hampir semua kelebihan unik dari leluhurnya tersebut. Hal yang membedakan Iskander dengan Oka ialah penampakan luar. Oka dipasang pada kendaraan lapis baja roda empat, sedangkan Iskander dipasang pada kendaraan biasa.  Kendaraan darat ini tidak bisa berenang seperti layaknya kendaraan lapis baja milik Oka. Sementara itu, platform roket di kedua kompleks tersebut sama persis. Namun, berbeda dengan OTR-23 yang hanya mampu mengangkut satu roket, Iskander mampu membawa dua roket yang dapat ditujukan pada dua sasaran berbeda. Kedua roket tersebut dapat terbang saling menyusul dalam rentang waktu beberapa detik.

Kemampuan ini bisa diperoleh berkat adanya sistem komputer terintegrasi dengan spesifikasi tinggi dalam kompleks persenjataan tersebut. Namun, kelebihan utama kompleks reinkarnasi Oka ini bukan hanya terletak pada sistem komputerisasi saja, tetapi juga pada sistem roket “fire and forget”.

Senjata Politik


Belum ada sistem roket di dunia ini yang menyerupai Iskander-M. Kemampuan perang Iskander-M yang unik benar-benar meresahkan NATO dan AS. Seorang anggota kongres AS sempat melontarkan pernyataan bahwa rudal jelajah R-500 yang kemungkinan melengkapi “Iskander-M” dinilai telah melanggar perjanjian Soviet-AS terkait likuidasi rudal, karena R-500 memiliki jarak tembak lebih dari 500 kilometer.
Namun, Matveyevskiy mengatakan kepada TASS bahwa roket R-500 tidak memiliki jarak tembak lebih dari 500 kilometer. “Kami tetap mematuhi persyaratan dalam perjanjian tersebut,” tegas Matveyevskiy.