Jumat, 26 Desember 2014

Kala Kuntoro Merebut Restu Hasan Tiro di Stockholm

 Kala Kuntoro Merebut Restu Hasan Tiro di Stockholm 
 Kuntoro Mangkusubroto (kanan) mengaku bertemu dan meminta restu pemimpin tertinggi Gerakan Aceh Merdeka, Hasan Tiro, pada saat dirinya menjadi Ketua Badan Rehabillitasi dan Rekonstruksi NAD-NIAS, 2007 silam. (Detik Foto/Rachman Haryanto)
 
 
Jakarta, CB -- Saat itu baru dua tahun Kepala Badan Rekosntruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusubroto berbenah di tanah rencong. Pada medio 2007, tiba-tiba ia mengingat masih ada yang belum sempat dikerjakannya. Tugas itu adalah bertemu dan tentunya meminta restu pemimpin tertinggi Gerakan Aceh Merdeka, Hasan Tiro.

“Hal itu tetap perlu saya lakukan demi keamanan, terutama bagi para pekerja asing,” kata Kuntoro saat ditemui CNN Indonesia, Senin pekan lalu di Jakarta.

Dengan berbagai cara kemudian ia mengusahakan pertemuan penting itu. Dari satu dua kontaknya di Aceh, akhirnya kesempatan itu pun ia peroleh.

Tanpa membuang waktu, Kuntoro terbang ke Stockholm. Cerita menarik hadir saat ia menanyakan perlu bawa oleh-oleh apa untuk sang Wali Nanggroe. “Saya pikir harus bawa duit, mati kalau memang harus bawa duit,” katanya.

“Bawa saja peta kamu,” kata sang penjaga kontak seperti yang ditirukan Kuntoro.

Kepergian Kuntoro ke Swedia diakuinya tanpa restu Jakarta. Di Aceh, Meski perdamaian sudah diteken Agustus 2005, tapi ketegangan antara mantan kombatan dan tentara masih saja terasa. “Hal itu yang perlu dipecahkan sebab pekerjaan rekonstruksi melibatkan pihak asing, satu saja celaka bahaya bagi bantuan,” katanya.

Tiba di Swedia

Sesampainya di ibu kota Swedia, Kuntoro berasa menjadi pemeran film spionase. Proses untuk bertemu dengan Hasan Tiro menurutnya sangat unik dan berbelit. Itu dibuat mungkin demi keamanan sang pemimpin tertinggi itu sendiri. “Semua jalur pertemuan direkayasa. Mulai dari hotel, lalu meeting point, jalur perjalanan dan penjemputan semua diatur rapi,” katanya.

Kuntoro lantas di bawa ke sebuah apartemen di pinggiran kota Stockholm. Dari beberapa informasi dan literatur serta situs yang memuat soal cerita pertemuan ini, apartemen tempat tinggal Hasan Tiro beralamatkan di Apartemen Alby Blok 11 Norsborg, Stockholm, Swedia. Sebuah tempat yang sudah ia tinggali selama lebih dari dua puluh tahun.

“Setelah naik lift, saya akhirnya berhenti di depan sebuah pintu besi yang dikunci dari luar, setelah dibuka seorang tua memakai jas berdasi nampak menunggu saya,” kata Kuntoro menerangkan detil pengalamannya.

Kuntoro masih ingat, percakapan berlangsung selama satu jam dalam bahasa Inggris. Hal itu memang diwanti betul sejak ia berada di Banda Aceh. Entah kenapa. Turut hadir dalam pertemuan singkat namun hangat itu, dr. Zaini Abdullah yang kini menjabat sebagai Gubernur Aceh.

Dalam pertemuan yang dinilai Kuntoro penuh antusias itu, Hasan Tiro membuka kado persembahan sang kepala BRR, yakni peta rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh. Di depan Kuntoro ia lantas meminta penjelasan. Setelah dijelaskan, Hasan Tiro terlihat puas dan tanpa terasa satu jam berlalu begitu saja.

“Saya minta tolong dibantu agar para pekerja asing tak diganggu dan semua pihak termasuk kombatan menjaga perdamaian, setelah itu memang benar tenang,” kata Kuntoro. “Menariknya tak ada sama sekali titipan atau vested interest soal Aceh dari Hasan Tiro kepada saya.”

Sejatinya, itu adalah pertemuan rahasia. Sehingga tak pada sembarang orang Kuntoro bercerita soal bagaimana ia bisa mendapat restu dari Hasan Tiro orang nomor satu dalam Gerakan Aceh Merdeka. “Saya lakukan demi Aceh, realistik saja, apabila tak aman atau ada satu saja pekerja donor yang ditembak lalu mati, semua bantuan untuk Aceh bisa berhenti,” katanya mengulang perkataannya.



Credit CNN Indonesia