Jumat, 26 Desember 2014

AL India meluaskan 'Melangkah ke Timur'



KSAL India: Laksamana Robin K. Dhowan memberikan hormat kepada barisan kehormatan sewaktu kunjungannya ke Komando Angkatan Laut Barat di Mumbai pada 19 Mei 2014. [AFP]
KSAL India: Laksamana Robin K. Dhowan memberikan hormat kepada barisan kehormatan sewaktu kunjungannya ke Komando Angkatan Laut Barat di Mumbai pada 19 Mei 2014. [AFP]


CB - Dalam kebijakan penting yang bergeser, KSAL India Laksamana Robin K. Dhowan mengatakan armadanya tidak lagi terbatas hingga Lautan Hindia, tetapi siap memperkuat kebijakan India, "Melangkah ke Asia" dengan pengerahan ke seluruh dunia
Berkenaan dengan Laut Tiongkok Selatan, Dhowan mengatakan kebebasan navigasi adalah hal yang penting, dan AL India akan memantau pengembangannya di sana. New Delhi memiliki kepentingan minyak bumi di Laut Tiongkok Selatan yang kaya dengan kandungan hidrokarbon, dan menginginkan agar laut tetap terbuka sesuai dengan Konvensi PBB Tentang Hukum Laut [UNCLOS].
Pernyataan Dhowan dikeluarkan hanya beberapa bulan setelah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Perdana Menteri Narendra Modi mengutip kebijakan India, “Melangkah ke Timur” dalam pernyataan bersama. Berbicara kepada para wartawan di New Delhi pada tanggal 3 Desember, Dhowan mengatakan AL tidak akan menampik untuk dikerahkan ke mana saja untuk mengimbangi kebijakan Modi.
Dhowan ditanya, apakah AL siap berekspansi ke wilayah timur dari Selat Malaka.
“Kami telah menunjukkan kesiapan kami. Bilamana terdapat kepentingan maritim India di sana, kami akan berada di sana untuk mengimbanginya. Kami telah menunjukkan jejak operasional kami hingga ke Hawaii ketika berpartisipasi dalam RIMPAC 2014,” katanya. “Daerah kepentingan utama kami adalah wilayah Lautan Hindia, daerah kepentingan kedua adalah di mana saja kami memiliki kepentingan maritim. Fleksibilitas kekuatan laut tidak bisa terhambat pada jarak tertentu.”
KSAL India secara berturut-turut mendefinisikan daerah kepentingan negara mereka, antara Selat Hormuz di Teluk Persia dan Selat Malaka – yang secara umum berarti bahwa Lautan Hindia, Laut Arab dan Teluk Bengali – tetapi, tidak merupakan persaingan dengan kepentingan Tiongkok di Pasifik Barat. Selat Malaka merupakan titik pertemuan pelayaran paling ramai di dunia; lebih dari 60.000 kapal melintasi selat sempit ini setiap tahun. India dan Tiongkok mengklaim pengaruh mereka di perairan, masing-masing hingga ke selat bagian barat dan timur.
Dhowan menjelaskan perluasan jejak operasional, dan mengatakan “tahun ini, kapal-kapal perang AL mengunjungi Vladivostok di timur jauh Rusia, Australia di selatan, Hawaii di timur, hingga ke Teluk Persia dan Pantai Timur Afrika.”
Selain itu, India telah meningkatkan hubungan militernya dengan Jepang, Vietnam dan Australia.
Perdagangan dan kepentingan minyak mendorong kepentingan India di timur Malaka
Di samping pergeseran strategis ke timur yang menghubungkan India dengan Jepang dan Australia, kepentingan India di negara-negara sebelah timur Malaka dipacu oleh perluasan hubungan dagang dengan 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan Jepang serta memelihara hubungan dagang dua arah yang ada saat ini dengan Tiongkok. Anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Brunei.
Pada Agustus 2014, Bank Standard Chartered asal Britania Raya memperkirakan ekspor India ke ASEAN akan naik secara dramatis selama 10 tahun ke depan, mencapai $280 miliar USD per tahun. Saat ini, perdagangan India-ASEAN mencapai jumlah sekitar $80 miliar USD setiap tahun.
Laporan ini menunjukkan potensi ekspor India dalam enam bidang: produk minyak bumi, kimia organik, kendaraan [termasuk suku cadang mobil], farmasi, batu permata dan pakaian.
Laporan tersebut mencatat konektivitas yang lebih besar di wilayah melalui jalur cepat trilateral dan koridor Mekong kemungkinan akan meningkatkan perdagangan di koridor India-ASEAN. India dan ASEAN sudah menerapkan perjanjian perdagangan bebas.
Akses ke sumber daya energi menyebabkan persaingan antara Tiongkok dan India, karena kedua negara ini melakukan perburuan sumber daya secara global untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal minyak, gas alam dan batu bara. Suatu perjanjian yang ditandatangani oleh Perusahaan Minyak dan Gas Alam India, Videsh dan PetroVietnam awal tahun ini, akan meleluasakan India untuk meningkatkan eksplorasi minyaknya di Laut Tiongkok Selatan.
Sejumlah perusahaan India sudah memprospek batu bara di Australia, dan India memegang 20 persen kepentingan dalam gas alam dan minyak di Saakhalin, Rusia.
Tiongkok mengimbangi di Lautan Hindia
Tatkala India melihat ke timur, Tiongkok mengimbanginya dengan melihat ke barat Malaka, dan terus meningkatkan pengerahan kapal perang serta kapal selam di Lautan Hindia dan Teluk Bengali. “Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat sudah mengerahkan kapal selam kelas Song [penyerbu diesel-listrik], dalam tiga hingga empat bulan terakhir. Ini merupakan bagian pengamanan kepentingan maritim mereka," kata Dhowan pada konferensi pers bulan Desember.
India memantau pelabuhan-pelabuhan Tiongkok di Pakistan, Myanmar, Bangladesh dan Sri Lanka.
AL India sudah meluaskan pelatihan tahunannya, Tropex. Bukannya mengadakan latihan di Teluk Bengali dan Laut Arab, tahun ini Tropex melakukan latihan air biru meluas hingga ke Lautan Hindia dengan sejumlah besar pesawat udara, termasuk yang baru diperoleh, pesawat pengintai multi-misi Boeing, P-8I, kapal selam nuklir INS Chakra, dan kapal induk.
Menjelaskan tentang pentingnya Lautan Hindia, Dhowan mengatakan, "Sekitar 66 persen dari semua perdagangan minyak dunia, 50 persen dari semua lalu lintas kontainer dunia, dan 33 persen lalu lintas kargo, transit melintasi ini.”
Banyak angkatan laut – 125 kapal dari sekitar 20 negara – hadir di Lautan Hindia untuk menjaga kepentingan maritim mereka, tambahnya.
India mencemaskan serangan al-Qaeda di laut
Setelah al-Qaeda melancarkan operasinya untuk menguasai kapal perang Pakistan di pelabuhan Karachi bulan September lalu, para perwira AL India mencemaskan tentang terorisme maritim dan telah memperhitungkan ancaman tersebut dalam persiapannya.
Dhowan mengatakan, para perwira AL India kini lebih menyadari ketika kapal mereka didekati oleh angkatan laut lainnya di perairan internasional.
“Biasanya, di perairan internasional kita menyapa mereka dengan ucapan selamat pagi,” kata Dhowan. “Tapi, dalam lingkungan yang sudah berubah ini, kita mungkin tidak lagi menyapa mereka dengan ucapan selamat pagi. Malahan, kami mungkin harus mencari tahu secara pasti, siapakah pihak tersebut.”

Credit APDForum