"Caranya, kita
membuat teknologi yang tadinya mahal, menjadi jauh lebih 'cost
efficient'. Antara lain yang sifatnya 'electronic based', yang kita
harus impor, itu kita ganti dengan software based," ujar Ir. Beno Kunto
Pradekso, Msc EE, yang menjabat sebagai direktur utama PT Solusi 247
dalam diskusi tentang kemaritiman bangsa di Jakarta, Sabtu (20/12).
Lebih
lanjut, Beno mengatakan, penggantian komponen dari basis elektronik
menjadi software ini, bisa mengurangi biaya pembuatan yang semula bisa
mencapai Rp 40 juta menjadi Rp 4 juta.
Hanya
saja, menurut Beno, tak semua komponen eletronik dapat diganti dengan
software. Inilah yang menurutnya, masih menjadi kendala.
Kemudian,
mengenai komponen dasar, dia mengakui tak semua bisa dibuat di
Indonesia, misalnya chip, sehingga terpaksa harus impor.
"Kalau
komponen dasar, seperti chip nya itu, memang harus didatangkan dari
luar. Kita belum bisa membuat chip. Tetapi desainer chip di Indonesia
pun ada. Cuma pabrik chip nya belum ada. Tapi kalau yang lainnya,
misalnya software, itu 100 persen, bisa kita kerjakan di lokal," kata
dia.
Kendati begitu, Beno belum dapat memastikan kapan pihaknya siap menghasilkan radar yang targetnya terjangkau semua nelayan itu.
"Kalau
nanti radarnya bisa jadi, kemudian bisa diproduksi secara massal, itu
harganya pasti akan turun. Dan kita yakin kualitas radar fmcw itu
resolusinya jauh lebih bagus daripada sebelumnya. Dia punya area blank
spot yang jauh lebih kecil karena powernya kecil," kata Beno.
Beno
mengungkapkan, radar merupakan salah satu komponen kapal yang penting
untuk mengetahui masalah yang seringkali terjadi dalam pelayaran.
"Kapal harus memakai radar. Jika radar dipakai, maka akan tahu
masalahnya di mana. Masalahnya, kapal yang memakai radar sedikit," kata
dia.
Credit ANTARA News