Selasa, 30 Desember 2014

Lima teknologi yang dibawa Baruna Jaya IV


Lima teknologi yang dibawa Baruna Jaya IV
Dokumentasi (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
 
 
Jakarta (CB) - Kapal riset Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) yang akan ikut mencari AirAsia QZ8501 dilengkapi lima jenis teknologi untuk pencarian obyek di bawah permukaan laut.

"Ada lima teknologi jadi yang dibawa, tapi dua diantaranya, side-scan sonar dan ultra-short baseline, harus digunakan bersamaan saat dioperasikan," kata Kepala Seksi Program Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M Ilyas kepada Antara, kemarin.

Pada kapal riset Baruna Jaya IV, ia mengatakan sudah dilengkapi multibeam echo sounder 150D dengan kemampuan mengukur kedalaman air hingga 3.000 meter dengan tingkat resolusi hingga lima meter. Sonar dapat menyapu tujuh kali (dengan sapuan melebar) kedalaman laut yang dilalui.

"Sapuan ke samping seperti setrika tujuh kali dari kedalaman lokasi laut. Jadi jika kedalamannya 200 meter bisa menyapu hingga 1.400 meter," terang dia.

Multibeam echo sounder ini memang melekat di kapal Baruna Jaya IV. Namun BPPT, ia mengatakan juga memiliki multibeam echo sounder portable yang bisa digunakan untuk kedalaman kurang dari 200 meter di bawah air.

"Untuk kedalaman 70 sampai 80 meter, bukan untuk laut dalam, tapi alat ini saya rasa cukup untuk digunakan di perairan Belitung Timur hingga Selat Karimata. Sapuan sonarnya sama, tujuh kali melebar dari kedalaman laut," ujar Ilyas.

Alat kedua yang dibawa Baruna Jaya IV adalah side-scan sonar yang dapat beroperasi hingga kedalaman kurang dari 2.000 meter. Alat ini hanya beroperasi baik saat digunakan dengan ultra-short baseline (USBL) atau biasa disebut sistem posisi bawah laut.

"Sapuan alat ini memang hanya 400 meter namun tampilan obyeknya lebih jelas. Ini jadi semacam GPS di bawah laut juga, sehingga hasilnya lebih presisi (tepat)," ujar dia.

Alat keempat yang dibawa adalah marine magnetometer geometric, khusus untuk mendeteksi logam dengan ukuran besar dan berfungsi membaca tanda anomali logam di bawah laut.

"Alat ini sudah sering digunakan juga oleh pihak swasta, biasa digunakan inspeksi pipa atau kabel bawah laut," ujar dia.

Lalu, teknologi kelima yang ikut di bawa adalah Sistem Remotely Operated Vehicle (ROV), kamera yang berjangkauan puluhan meter dengan visual baik untuk memastikan obyek yang muncul dari anomali logam yang dihasilkan marine magnetometer geometric. Selain BPPT, alat ini juga dimiliki Pusat Penelitian Geologi Kementerian ESDM.

Baruna Jaya IV bergabung melakukan pencarian AirAsia QZ8501 yang hilang kontak dengan Menara Pengawas Udarar (ATC) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu pagi lalu.

Basarnas yang memimpin pencarian pesawat Airbus 320--200 tersebut telah melakukan pencarian di tujuh sektor pada Senin  dengan menggunakan pesawat, helikopter, dan kapal-kapal milik TNI, Polri, Basarnas.

Tim SAR dari Malaysia, Singapura, dan Australia juga turut mencari QZ8501 yang hilang kontak dengan membawa 155  orang.

 Credit ANTARA News