Sejak bulan lalu, ketegangan telah meliputi kompleks Masjid Al Aqsha.
CB,
TEL AVIV -- Aktivis sayap kanan Israel meminta pemerintahan Perdana
Menteri Benjamin Netanyahu membangun sebuah sinagoge di kompleks Masjid
Al- Aqsha. Menurut mereka kehadiran sinagoge diperlukan untuk kegiatan
ibadah kaum Yahudi.
Harian
The Jerusalem Post pada Selasa (5/3) melaporkan, para aktivis sayap kanan Israel mendesak Netanyahu merealisasikan keinginan mereka. Namun,
Jurusalem Post tak menyebutkan nama-nama aktivis tersebut.
Sejak
bulan lalu, ketegangan telah meliputi kompleks Masjid Al Aqsha. Hal itu
terjadi setelah pasukan keamanan Israel menutup semua gerbang menuju
situs suci ketiga umat Islam itu pada 18 Februari.
Tak
hanya menutup akses, pasukan Israel bahkan sempat menyerang sejumlah
Muslim yang sedang menunaikan shalat di masjid tersebut. Kejadian itu
dikecam oleh Palestina. Namun, otoritas Israel tak memberi keterangan
resmi tentang alasan di balik tindakannya.
Itu bukan
pertama kalinya Israel menutup akses menuju Masjid Al-Aqsha. Tahun lalu
Israel tercatat beberapa kali melakukan hal yang sama dengan dalih
keamanan.
Pada Juli 2017, Israel bahkan sempat memasang
detektor logam di gerbang menuju kompleks Al-Aqsha. Hal itu dilakukan
setelah terjadi aksi penikaman oleh tiga warga Palestina terhadap dua
personel polisi Israel hingga tewas. Ketiga warga Palestina itu pun
akhirnya meninggal setelah ditembak pasukan Israel.
Pemasangan
detektor logam di Masjid Al-Aqsha diprotes keras oleh warga Palestina.
Mereka menilai tindakan Israel itu jelas telah mengintervensi kegiatan
ibadah umat Muslim.
Mereka pun menolak memasuki
Masjid Al-Aqsha. Sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel, umat Muslim
di sana melaksanakan shalat di luar kompleks Al-Aqsha.
Namun
pada akhirnya bentrokan tetap tak terelakkan. Sebanyak empat warga
Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat diserang pasukan
Israel saat berdemo memprotes pengoperasian detektor logam di Masjid
Al-Aqsha.