Rabu, 14 Desember 2016

Meski Digempur Rusia, ISIS Kembali Rebut Kota Kuno Palmyra



Meski Digempur Rusia, ISIS Kembali Rebut Kota Kuno Palmyra Pemerintah Suriah berhasil merebut kembali Palmyra pada Maret lalu, dengan bantuan militer Rusia. Pemerintahan rezim Bashar Al-Assad bahkan telah mengirim pasukan untuk menjaga dan mengamankan kota itu. (CNN Indonesia/Ike Agestu)
 
Jakarta, CB -- ISIS kembali merebut kota kuno Palmyra meskipun Rusia meluncurkan puluhan serangan udara untuk memukul mundur kelompok militan itu. Kelompok pemerhati perang Suriah melaporkan bahwa kejatuhan Palmyra ke tangan ISIS terjadi sehari setelah pasukan pemerintah berhasil merebut kota lain di wilayah timur Suriah.

Dalam pernyataan resmi pertama dari pemerintah Suriah yang mengonfirmasi bahwa Palmyra kembali jatuh ke tangan militan, media pemerintah mengutip gubernur Provinsi Homs, yang menyatakan tentara sudah ditarik dari kota itu. Palmyra merupakan kota bersejarah yang terletak di Provinsi Homs.

Kejatuhan kembali Palmyra ke tangan ISIS pada Minggu (11/12) menunjukkan bahwa sistem pertahanan militer Suriah yang dibantu Rusia tidak cukup efektif untuk memberangus militan di kawasan itu.

"Tentara menggunakan segala cara untuk mencegah teroris menginjakkan kaki di Palmyra," ujar Gubernur Homs Talal Barazi, hanya beberapa jam setelah ISIS mengklaim kembali kekuasaannya di kota itu, dikutip dari Reuters.

Barazi kemudian menyatakan militan ISIS mendapatkan bala bantuan dari anggotanya yang tinggal di Raqqa dan Provinsi Deir Zor di Suriah timur yang berbatasan dengan Irak. ISIS mengklaim Raqqa sebagai ibu kota mereka di Suriah.

Kegagalan untuk mempertahankan Palymra diduga lantaran militer Suriah dan Rusia terlalu berfokus merebut kembali kota Aleppo dari pemberontak dalam beberapa bulan terakhir.

Pemerintah Suriah berhasil merebut kembali Palmyra pada Maret lalu, dengan bantuan militer Rusia. Pemerintahan rezim Bashar Al-Assad bahkan telah mengirim pasukan untuk menjaga dan mengamankan kota itu.

Rusia pada Minggu juga menyatakan bahwa jet tempurnya membantu memaksa militan keluar dari pusat kota dalam semalam. Namun, tentara Suriah mengakui ada serangan besar dari militan di beberapa front, sekitar 10 km di wilayah timur kota itu.

Media pro-ISIS, Amaq, menyatakan para militannya telah berhasil merebut benteng kuno Crusader yang menghadap ke pusat kota dan kembali menguasai Palmyra. Klaim ini sejalan dengan laporan dari kelompok pemerhati perang Suriah, Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris.

Palmyra merupakan kota tua yang dipenuhi berbagai situs bersejarah peninggalan zaman Romawi. Reruntuhan bangunan bersejarah menjadi saksi bisu pertempuran perang saudara yang sudah memasuki tahun keenam di Suriah.

Upaya ISIS memasuki kembali Palmyra dimulai dari serangan yang mereka luncurkan pada Kamis (8/12). ISIS kemudian berhasil menguasai ladang minyak dan gas di sekitar kota itu.

ISIS tengah meningkatkan serangan ke arah pangkalan udara T4, salah satu pangkalan terbesar di Suriah, yang digunakan oleh pasukan Rusia, menurut laporan Observatory.

Lebih dari 4.000 militan ISIS kemudian bergabung meluncurkan serangan pada Minggu, menurut laporan kantor berita Rusia mengutip pusat pemantauan Moskow di Suriah.

Amaq mengklaim bahwa ISIS berhasil memperluas kontrol mereka di daerah sekitar tersebut dengan merebut al-Bayarat, daerah segitiga Tadmur di wilayah barat Suriah.

ISIS juga mengklaim mereka merebut 30 tank Rusia, sejumlah rudal permukaan-ke-permukaan Grad, serta beberapa amunisi dan tank perang. ISIS juga mengaku sudah menewaskan sekitar 120 tentara Suriah dalam upaya merebut Palmyra.



Credit  CNN Indonesia



ISIS Rebut 30 Tank Rusia dan Sejumlah Rudal Grad di Palmyra

ISIS Rebut 30 Tank Rusia dan Sejumlah Rudal Grad di Palmyra
Para militan ISIS merebut persenjataan Rusia yang ditinggalkan di Palmyra, Suriah. Foto / IB Times / Amaq
 
PALMYRA - Kelompok Islamic State atau ISIS merebut serangkan persenjataan Rusia, termasuk 30 tank dan sejumlah rudal Grad saat menyerbu Palmyra, Suriah. Kota kuno Palmyra itu sejatinya sudah berhasil dikuasai pasukan Suriah, tapi direbut kembali oleh ISIS dalam serangan 10 Desember lalu.

Kemenangan pasukan Suriah yang dibantu Rusia saat itu bahkan dirayakan dengan menggelar konser di reruntuhan banguanan-bangunan kuno yang dihancurkan ISIS di Palmyra. Namun, kini Suriah kehilangan lagi kota bersejarah itu.

Rusia telah menyalahkan Amerika Serikat (AS) yang mereka tuduh sengaja membiarkan kelompok ISIS dari Irak lari ke Palmyra.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), mengatakan ISIS telah menguasai berbagai persenjataan yang ditinggalkan oleh Rusia di Palmyra.

Kelompok ISIS melalui medianya, Amaq, juga mengonfirmasi bahwa mereka memang berhasil merebut berbagai senjata Rusia. Melalui medianya itu pula, para militan ISIS berpose di samping tank-tank dan kendaraan lapis baja Rusia yang mereka rebut.

Laporan terbaru, yang dikutip dari IB Times, Rabu (14/12/2016), menyebut para militan ISIS sedang menuju ke pangkalan udara T4, Tiyas, yang terletak sekitar 100 km dari Homs dan 60km dari Palmyra, yang digunakan oleh pasukan Rusia. ISIS melalui medianya tersebut juga mengklaim bahwa mereka telah mengambil alih ladang minyak dan gas terdekat.

Militer Rusia dan Suriah belum berkomentar atas jatuhnya persenjataan Moskow di Palmyra ke tangan kelompok ISIS.


Credit  sindonews.com