Lebih banyak lagi rotasi bus dan ambulans dibutuhkan dalam beberapa hari ke depan, kata Robert Mardini, direktur regional ICRC untuk Timur Dekat dan Timur Tengah.
Dia baru saja dibriefing oleh kepala delegasi ICRC Suriah Marianne Gasser di Aleppo.
"Inilah langkah pertama kami, ini positif," kata Mardini, setelah yang pertama dari dua evakuasi dari bagian timur Aleppo yang kini dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah.
ICRC mengatakan konvoi ketiga sudah menuju Aleppo.
Evakuasi pertama terdiri dari bus-bus dan 13 ambulan berhasil melewati daerah barat kota yang dikuasai pemerintah menuju wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak di mana pengungsi akan memilih ke mana mereka pergi selanjutnya.
Sebuah tim terdiri dari 14 staf ICRC dan 100 relawan dari Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) ambil bagian dalam operasi ini. Mereka membutuhkan alat berat untuk menyingkirkan puing-puing demi memuluskan perjalanan bus pengangkut pengungsi yang hendak ke Aleppo timur yang merupakan jalan maut, kata Mardini.
Gasser juga mengawasi pengungsian dari Madaya dan kota tua Homs selama perang yang sudah brlangsung enam tahun itu.
"Laporan yang kami dapatkan dari dalam kota dan yang diceritakan kolega-kolega kami kepada saya sungguh menyayat hati. Orang-orang benar-benar kelaparan, kecewa, dalam kondisi terburuk," kata Mardini.
"Namun mereka akhirnya gembira sekali menyaksikan kami, mereka berterimakasih kepada kami telah sampai di sana, kendati kami telah mengecewakan mereka, karena ini agak terlalu terlambat, tetapi ini tetap penting," sambung dia.
Pihak berwenang Suriah melakukan skrining ringan kepada para pengungsi untuk memeriksa mana di antara pengungsi yang tidak memiliki identitas resmi.
"Sejauh ini, mayoritas besar yang diungsikan hari ini adalah penduduk sipil," kata dia.
Credit ANTARA News
Ribuan penduduk Aleppo mulai diungsikan
Sebuah konvoi terdiri dari rangkaian ambulans dan bus membawa sekitar 1.000 orang meninggalkan daerah kekuasaan pemberontak yang sudah porak poranda itu yang dikepung dan dibombardir selama berbulan-bulan oleh pasukan pemerintah Suriah.
Televisi pemerintah Suriah kemudian melaporkan bahwa dua konvoi berikutnya terdiri dari 15 bus juga telah meninggalkan Aleppo timur. Konvoi kedua telah mencapai daerah al-Rashideen yang dikuasai pemberontak.
Para wanita berteriak bersuka cita begitu bus-bus itu melewati daerah yang dikuasai pemerintah dan beberapa di antara mereka melambaikan bendera Suriah. Assad berkata dalam video bahwa merebut kembali Aleppo adalah momen bersejarah.
Seorang perempuan tua yang berkumpul dengan lainnya di sebuah wilayah pemerintah yang menyaksikan konvoi itu menengadahkan kedua tangannya sembari berkata, "Tuhan selamatkan kami dari krisis ini dan dari militan. Mereka hanya membawa kami ke kehancuran."
Wissam Zarqa, seorang guru bahasa Inggris di zona pemberontak, mengatakan kebanyakan orang bergembira meninggalkan kota itu dengan aman. Namun dia berkata, "Beberapa di antara mereka marah karena harus meninggalkan kota mereka. Saya melihat beberapa di antara mereka menangis. Ini juga yang sebagian merupakan perasaan saya."
Sebelumnya ambulans-ambulans yang berusaha mengevakuasi penduduk ditembaki oleh para petempur yang loyal kepada pemerintah Suriah sehingga melukai tiga orang.
"Ribuan orang membutuhkan evakuasi, namun yang pertama dan paling mendesak adalah yang terluka, yang sakit dan anak-anak, termasuk bayi," kata Jan Egeland, penasihat kemanusiaan PBB untuk Suriah.
Di belakang yang mereka tinggalkan adalah gedung-gedung kosong, reruntuhan beton dan dinding-dinding penuh lubang peluru, di mana puluhan ribu orang tinggal sampai hari terakhir di bawah bombardemen hebat, bahkan setelah fasilitas medis dan penyelamatan ambruk.
Pusat perekonomian bersinar yang terkenal dengan situs-situs kunonya itu hancur lebur akibat perang yang sudah menewaskan lebih dari 300.000 orang, menciptakan krisis pengungsi terburuk di dunia dan mendorong lahirnya ISIS.
Credit ANTARA News