Senin, 19 Desember 2016

Dubes AS di Israel Era Trump Ingin Pindah Kantor ke Yerusalem


 
Dubes AS di Israel Era Trump Ingin Pindah Kantor ke Yerusalem  
Wacana pemindahan kantor Kedubes AS, yang sudah berdiri selama 68 tahun di Tel Aviv, ke Yerusalem sudah diserukan Trump selama masa kampanyenya. (Reuters/Nir Elias)
 
Jakarta, CB -- David Friedman, sosok yang ditunjuk Donald Trump menjadi Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel di pemerintahannya kelak, menyatakan tak sabar untuk segera melaksanakan tugasnya di Yerusalem.

"(Saya) berharap untuk melaksanakan tugas ini dari kantor kedutaan besar AS di ibu kota abadi Israel, Yerusalem," ujar Friedman dalam pernyataan resmi tim transisi Trump, Kamis (15/12).

Pernyataan ini mengindikasikan ia ingin memindahkan kantor Kedubes AS yang selama ini berada di Tel Aviv ke Yerusalem, langkah yang akan mendukung klaim Israel terhadap kota yang diperebutkan dengan Palestina itu.

Friedman, yang merupakan pengacara sekaligus pakar ekonomi soal kebangkrutan, merespons penunjukkannya sebagai duta besar AS untuk Israel dengan menyatakan bahwa ia akan bekerja tanpa lelah untuk "memperkuat ikatan tak terpisahkan antara kedua negara dan memajukan perdamaian di kawasan ini."

"(Friedman) telah menjadi teman lama dan penasihat saya yang terpercaya. Koneksinya yang kuat dengan Israel akan menjadi dasar bagi misi diplomatiknya dan menjadi aset yang luar biasa untuk negara kita, seiring dengan upaya kita memperkuat hubungan dengan sekutu dan berusaha menciptakan perdamaian di Timur Tengah," bunyi pernyataan yang dirilis tim transisi Trump.

Wacana pemindahan kantor Kedubes AS, yang sudah berdiri selama 68 tahun di Tel Aviv, ke Yerusalem sudah diserukan Trump selama masa kampanyenya. Trump juga berjanji tidak akan menekan Israel untuk membicarakan upaya perdamaian dengan Palestina.

Taipan real-estate itu bahkan berjanji dia akan menjadikan Yerusalem sebagai kota abadi Israel.

Janji Trump ini bertentangan dengan kebijakan pemerintahan AS dan komunitas internasional. Seluruh kantor kedutaan besar negara lain di Israel berlokasi di Tel Aviv, sebagai upaya menampik klaim Israel yang menganggap Yerusalem sebagai ibu kota abadi mereka.

Klaim Israel itu tidak pernah diakui oleh komunitas internasional karena Yerusalem juga diklaim sebagai ibu kota oleh Palestina.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar berhaluan kiri Israel, Haaretz, pada Juni lalu, Friedman ditanya apakah Trump akan mendukung terciptanya negara Palestina yang merdeka. Pertanyaan ini sejalan dengan landasan kebijakan luar negeri AS yang mendukung solusi dua-negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

"Jawabannya adalah, bukan tanpa persetujuan Israel. Jika Israel tidak ingin melakukannya, dia [Trump] tak akan berpikir mereka [Israel] harus melakukannya... Dia [Trump] tidak berpikir ini merupakan suatu keharusan bagi Amerika untuk menjadikan Palestina negara yang merdeka," ucap Friedman, dikutip dari Reuters.

Kedutaan besar Israel di Washington belum merilis komentar terkait hal ini. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memiliki hubungan renggang dengan Presiden petahana AS, Barack Obama, sebelumnya telah mengindikasikan keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan AS di bawah pemerintahan Trump.

Friedman dinilai sebagai tokoh yang berpandangan ekstrem kanan terhadap berbagai isu soal Israel dan Palestina. Ia mendukung pembangunan permukiman dan pendudukan Israel di Tepi Barat.

Israel menduduki setengah bagian Yerusalem dalam perang dengan Arab tahun 1967 kemudian mencaploknya pada 1980. Sementara, AS dan sebagian besar negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tak mengakui pencaplokan itu.

Sejumlah calon presiden AS sebelumnya juga sempat berjanji bahwa kedubes AS akan dipindahkan ke Yerusalem. Namun, mereka tak memenuhi janji itu dengan dalih bahwa sengketa status Yerusalem harus diselesaikan terlebih dahulu oleh kedua pihak yang bertikai.

Pada awal Desember, Obama memperbarui kebijakan yang menegaskan bahwa kantor kedubes AS di Israel tidak akan dipindahkan ke Yerusalem selama enam bulan ke depan. Kebijakan itu ditandatangani oleh setiap presiden AS selama dua dekade terakhir.

Kebijakan ini membuat Trump tak bisa memindahkan kantor kedubes AS ke Yerusalem sampai setidaknya Juni tahun depan.

Credit  CNN Indonesia



Palestina: Pemindahan Kedubes AS Rusak Proses Perdamaian


Palestina: Pemindahan Kedubes AS Rusak Proses Perdamaian  
Sekjen Organisasi Pembebasan Palestina Saeb Erekat menyatakan pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem akan merusak proses damai Israel dan Palestina. (Reuters/Ammar Awad)
 
Jakarta, CB -- Pejabat senior Palestina Saeb Erekat memperingatkan rencana pemindahan kantor kedutaan besar AS di Israel ke Yerusalem dapat menghancurkan perundingan damai antara Palestina dan Israel yang tengah berjalan.

Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina itu mengatakan, rencana pemindahan kedubes AS yang digagas Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump ini dinilai hanya akan mendorong wilayah itu pada kekacauan yang kian mendalam. Pasalnya, rakyat Palestina menganggap bagian timur Yerusalem sebagai ibu kota bagi negara masa depannya.

"Memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem sebelum kesepakatan tercapai akan merusak proses perdamaian yang telah berjalan," tutur Erekat kepada wartawan seperti dikutip AFP, Jumat (16/12).

Erekat memperingatkan rencana AS ini bertolak belakang dengan pendirian Washington selama ini yang menganggap pendudukan Israel di wilayah Palestina sebagai "pendudukan ilegal."

"Saya ingin memberitahu Friedman [sosok yang ditunjuk Trump menjadi Duta Besar AS untuk Israel] dan Trump, jika mereka mengambil langkah ini dan menduduki wilayah di Tepi Barat itu sangat melanggar hukum dan hanya membawa wilayah ini pada kekacauan," tegas Erekat.

Wilayah Yerusalem telah lama menjadi perebutan antar kedua negara. Israel merebut Yerusalem timur dari Arab dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian mencaploknya sebagai wilayah teritori. Selama ini, langkah pencaplokan Israel itu tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Meskipun begitu, Palestina tak sepenuhnya yakin bahwa Trump akan menjalankan rencananya itu lantaran sebagai negara yang memiliki lembaga kepemerintahan, AS dinilai akan tetap menjalankan kebijakan sesuai dengan kepentingan nasional mereka.

"Saya berfikir mereka [Trump] tidak akan melakukan ini [pemindahan kedubes AS]. AS merupakan negara yang terdiri dari lembaga kepemerintahan. Mereka dipandu dengan kebijakan dan kepentingan nasional yang sudah ditetapkan," kata Erekat.

Dalam masa pemerintahannya nanti, Trump dinilai tidak akan sepenuhnya menarik dukungan dalam proses perdamaian antara Israel dan palestina.

Namun Washington diperkirakan tidak akan memberikan tekanan pada Israel, 'teman lamanya' itu, guna menghidupkan kembali proses panjang perdamaian yang selama ini dinilai belum juga mencapai titik terang.

Juru bicara tim transisi Trump, Jason Miller menjelaskan bahwa Trump mendukung penuh pencalonan Friedman sebagai wakil AS di Israel dan rencana pemindahan kantor kedutaan AS itu akan tetap diperjuangkan.

Baru-baru ini, Friedman juga menyatakan tak sabar untuk segera melaksanakan tugasnya di Yerusalem. Pernyataan Friedman itu mengindikasikan dirinya ingin memindahkan kantor Kedubes AS yang selama ini berada di Tel Aviv ke Yerusalem, langkah yang akan mendukung klaim Israel terhadap kota yang diperebutkan dengan Palestina itu.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sejumlah pejabat pemerintahan sayap kanannya menyambut baik pencalonan Friedman sebagai perpanjangan tangan AS di negara itu.

Dewan Yesha yang terdiri dari sekitar 400 ribu warga Israel yang menduduki wilayah Tepi barat menganggap penunjukan Friedman sebagai "kabar baik bagi Israel."


Credit  CNN Indonesia