Menlu AS John Kerry (kanan) menuduh
pemerintah Suriah yang dibantu Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri)
telah melakukan pembantaian di Aleppo. (Reuters/Sputnik/Kremlin/Alexei
Druzhinin)
"Sama sekali tidak ada justifikasi atau apapun untuk kebrutalan yang tidak pandang bulu dan kejam terhadap warga sipil oleh rezim (Assad) dan sekutunya, Rusia dan Iran, beberapa minggu ini, atau bahkan lima tahun ini," kata Kerry di Washington, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (16/12).
Washington terpaksa hanya menonton Suriah dan sekutunya menyerang Aleppo sehingga pemberontak terus terdesak. Akhirnya pemerintah dan pemberontak yang ditengahi Rusia dan Iran menyepakati gencatan senjata untuk mengevakuasi warga sipil sekaligus memberi kesempatan pemberontak untuk meninggalkan kota.
Namun, korban sipil yang menderita akibat gempuran pemerintah pun tidak bisa dikatakan sedikit. "Rezim Assad sesungguhnya, tak lain, sedang melakukan semacam pembantaian," kata Kerry.
Dia juga mengatakan Amerika Serikat telah mencari cara untuk mengatakan kekerasan yang cepat, bisa diferivikasi dan bertahan lama di Aleppo. Saat ini, dia mengakui, serangan udara dan penembakan artileri telah berhenti sementara konvoi pengungsi mulai bergerak.
Namun, ada juga laporan yang menyebut konvoy korban luka ditembaki oleh pasukan pemerintah atau sekutunya, kata Kerry. Aktivis dan warga yang masih berada di lokasi mengatakan milisi pro-pemerintah juga telah mengeksekusi puluhan warga sipil.
Rusia telah menampik serangan udaranya menewaskan warga sipil dalam jumlah yang besar dan justru menuduh pemberontak memanfaatkan penduduk Aleppo sebagai tameng hidup.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengatakan pihaknya akan memperlakukan pemberontak yang memilih untuk menetap di Aleppo sebagai "teroris."
Credit CNN Indonesia
John Kerry: Rezim Assad Lakukan Pembantaian di Aleppo!
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Forbes Kerry menuduh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad melaksanakan pembantaian singkat di Aleppo. Kerry juga juga menuduh sekutu Assad, Rusia dan Iran melakukan kebrutalan biadab terhadap warga sipil di wilayah itu.Kecaman Menlu AS itu muncul di saat ribuan orang dievakuasi di bawah kesepakatan gencatan senjata di wilayah Aleppo. Wilayah yang semula jadi basis oposisi atau pemberontak Suriah itu sudah dikepung pasukan Assad selama beberapa tahun terakhir.
Kerry mengaku bersemangat membela upaya diplomatik AS untuk mengakhiri perang di Suriah. Meskipun, kata dia, upaya itu telah sia-sia karena Assad didukung Rusia, Iran dan milisi Syiah.
Dukungan sekutu-sekutu Assad itu telah memaksa Washingtonuntuk “menonton dari pinggir lapangan” ketika rezim Suriah dan sekutunya melancarkan serangan besar di Aleppo timur.
”Sama sekali tidak ada pembenaran apapun untuk kebrutalan sembarangan dan biadab terhadap warga sipil yang ditunjukkan oleh rezim (Suriah) dan oleh sekutunya, Rusia dan Iran, yang terjadi selama beberapa minggu terakhir, atau memang selama lima tahun terakhir,” kata Kerry dalam jumpa pers di Washington, seperti dikutip Reuters, Jumat (16/12/2016).
”Kami melihat adanya pelepasan gairah sektarian,” lanjut Kerry. ”Rezim Assad sebenarnya melakukan secara singkat dari pembantaian,” ujar Kerry mengacu pada apa yang terjadi di Aleppo timur.
Rezim Suriah dalam beberapa hari ini terus jadi sorotan dunia, setelah ada laporan bahwa pasukan loyalis Assad mengeksekusi puluhan warga sipil di Aleppo.
Sementara itu, Rusia telah membantah bahwa serangan yang diluncurkan telah menewaskan warga sipil dalam jumlah besar. Rusia menuduh balik bahwa kubu pemberontak menyandera orang-orang di Aleppo timur sebagai perisai manusia.
Pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia akan memperlakukan pemberontak yang tinggal di Aleppo timur sebagai ”teroris”.
Credit sindonews.com