Warga Aleppo dievakuasi dari Suriah. (Foto: Reuters/Abdalrhman Ismail)
Pertemuan ketiganya yang diinisiasi oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengklaim berhasil mencapai kesepakatan yang dituangkan dalam "Deklarasi Moskow".
Penetapan prinsip-prinsip dalam setiap perjaian serta dukngan untuk memperluas gencatan senjata merupakan poin dari kesepakatan tersebut.
"Iran, Rusia, dan Turki siap mendampingi persiapan kesepakatan antara pemerintah Suriah dan oposisi dan bersedia untuk menjadi penjamin," ungkap Lavrov seperti dilansir The Telegraph.
Untuk mendukung upaya perdamaian ketiga negara diketahui telah mengundang semua negara yang memiliki pengaruh dalam mewujudkan kesepakatan.
Turki yang merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) diketahui sejak lama ada dibalik grup pemberontak yang menginginkan rezim Assad segera lengser dari kursi kekuasaan. Sementara Rusia dan Iran sejauh ini kerap mendukung Assad mempertahankan kekuasannya di Suriah.
Pemerintah Rusia dan Turki dalam sebulan terakhir sepakat untuk membuka jalur evakuasi terhadap ribuan warga sipil Suriah yang ingin meninggalkan Aleppo.
Selama sepekan terakhir tercatat ada 25 ribu warga Aleppo yang memutuskan untuk mengungsi. Alasan utama tak lain demi meninggalkan hidup di tengah ketidakpastian krisis di Suriah.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Amerika Serikat yang tidak dilibatkan dalam diskusi ini mengaku tidak khawatir dengan adanya upaya perundingan perdamaian bagi Suriah.
Upaya pembicaraan tentang Suriah yang bertele-tele dan dianggap tanpa makna disebut menjadi alasan utama Rusia tidak melibatkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Lavrov menegaskan ketiga negara saat ini setuju jika prioritas utama krisis Suriah yakni memerangi terorisme, bukan pada upaya memaksa pemimpinnnya meletakkan jabatan.
Reuters melaporkan sejatinya deklarasi yang disepakati tiga negara bisa menyelesaikan masalah Suriah dan tetap menghormati kedaulatan wilayah negara tersebut.
Credit CNN Indonesia