Credit cnnindonesia.com
Buatan 1980, Hercules yang Jatuh Dibeli dari Australia
Wakasau Marsekal Madya (TNI) Hadiyan
Suminta Atmadja memberikan keterangan di Halim Perdanakusuma, Jakarta
(18/12), soal Hercules yang jatuh di Wamena. (Hasan Alhabshy/detikcom)
Pernyataan tersebut sekaligus menampik tudingan bahwa pesawat tersebut merupakan hibah.
“Pesawat Hercules A-1334 merupakan bagian yang kami beli. Yang hibah adalah pesawat sebelumnya,” ujar Hadiyan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (17/12).
Meski demikian Hadiyan enggan membeberkan besaran harga pesawat tersebut. Ia hanya berkata, pesawat tersebut diproduksi tahun 1980 dan sedianya akan ditempatkan di Lanud Abdul Rachman Saleh, Malang.
“Kami tidak tahu harga pesawat itu. Kami hanya mengoperasikan. Rencananya pesawat itu di sekat di Malang,” ujarnya.
Pesawat Hercules C130 A-1334 yang jatuh di Wamena menewaskan 13 orang, termasuk satu penumpang dari Satuan Radar 242 Lanud Abdul Rachman Saleh. Diduga pesawat yang mengangkut beras dan semen dengan berat total 12 ton itu, jatuh setelah terperangkap kabut dan menabrak gunung.
Pada akhir Juni 2015, pesawat Hercules tipe C130 milik TNI Angkatan Udara mengalami kecelakaan hingga akhirnya jatuh di sekitar Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan keterangan TNI AU, jumlah korban meninggal tercatat 13 penumpang.
Credit CNN Indonesia
Nama 12 Awak Pesawat Hercules yang Jatuh di Wamena
Ilustrasi pesawat Hercules. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Lokasi jatuhnya pesawat, setelah diduga terperangkap dalam kabut dan menabrak Gunung Lisua, sudah ditemukan. Demikian pula dengan 12 awak pesawat yang menjadi korban. Tim SAR saat ini mengevakuasi korban di sekitar 10 kilometer dari Kota Wamena.
Mengutip Antara, korban pesawat yang dikemudikan oleh Mayor (pnb) Marlon Kawer itu termasuk Kapten (Png) J. Hotian Saragih, Lettu (Pnb) Hanggo Fitradhi, Lettu (nav) Arif Fajar Prayogi, Peltu Lukman Hakim, Peltu Suyata, Peltu Kusen, Serma Kudori, Peltu Agung Tri, Pelda Agung S, Serma Fatoni, dan kru tambahan Suyanto.
Menurut Twitter TNI AU, pesawat itu sedang dalam misi dukungan logistik. Mereka mengangkut sembako untuk masyarakat Wamena. “Itu memang rutin dilakukan TNI AU,” demikian ditulis. Selain sembako, terdapat pula semen yang berat totalnya mencapai 13 ton.
Pesawat itu sendiri berkapasitas 15 ton.
C-130 Hercules A-1334 sedang melaksanakan misi dukungan logistik berupa sembako dll bagi masy Wamena yg mmg rutin dilaksanakan oleh TNI AU💂— TNI Angkatan Udara (@_TNIAU) December 18, 2016
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian mengatakan, pesawat tersebut tidak dibawa kendali Kodam XVII Cenderawasih. "Dari laporan yang saya terima, pesawat tersebut dalam rangka latihan dan sebelumnya singgah di Timika," ujar Mayjen TNI Siburian.
Sebelumnya diberitakan, pesawat itu hilang kontak setelah mendapat izin mendarat dari menara Wamena. Pesawat itu berada di ketinggian 5.400 kaki. Tim SAR kemudian menemukan lokasi jatuhnya pesawat, di Distrik Minimo, sekitar pukul 08.40 WIT. Seluruh awak tewas.
Credit CNN Indonesia
TNI: Hercules yang Jatuh di Wamena Masih Layak Terbang
Wakasau Marsekal Madya (TNI) Hadiyan
Suminta Atmadja memberikan keterangan di Halim Perdanakusuma, Jakarta
(18/12), soal Hercules yang jatuh di Wamena. (Hasan Alhabshy/detikcom)
Hadiyan mengatakan pesawat yang dibeli dari Royal Australian Air Force pada Februari 2016 lalu itu masih memiliki 69 jam terbang lagi sebelum masuk ke dalam masa perawatan lanjutan.
Dia meminta semua pihak menunggu hasil investigasi penyebab jatuhnya pesawat tersebut. “Selain masalah kondisi mesin ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab jatuhnya pesawat,” kata Hadiyan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (17/12).
|
“Sedang melaksanakan misi navigation exercise yang dikombinasikan dengan melaksanakan dukungan pergeseran logistik untuk Pemda Papua,” ujar Hadiyan.
Hadiyan mengatakan, dukungan pergeseran logistik bagi Pemda Papua merupakan permintaan resmi pemerintah untuk menunjang pembangunan kawasan Papua. Ada beragam jenis perbantuan pergeseran logistik yang dilakukan TNI AU di sana, seperti mengangkut bahan bangunan hingga bahan makanan.
Lebih lanjut Hadiyan menuturkan, pesawat yang mengangkut 12 kru dan satu personel TNI itu seharusnya masih melaksanakan misi sipil hingga 21 Desember 2016. Misi itu terdiri dari beberapa rute, yaitu Jayapura, Marauke, Timika, dan Wamena.
“Tetapi pada pukul 06.09 WIT pesawat sempat tertutup awan dan hilang kontak dan dilaporkan mengalami accident total lost,” ujarnya.
Credit CNN Indonesia