Empat pelaku penyerangan dengan
sengaja menambrakan mobil dan meledakan bom pada suatu gedung pemerintah
China di wilayah otonomi Xinjiang. (cctv via Reuters TV)
Pemerintah lokal Xinjiang menuturkan, insiden ini terjadi pada Rabu (28/12) sekitar pukul 16.00 waktu setempat di wilayah Karakax. Melalui situsnya, pemerintah melaporkan tiga orang terluka dan satu orang tewas akibat insiden itu. Sementara keempat pelaku tewas ditembak mati.
Dalam kesempatan berbeda, kantor berita pemerintah, Xinhua, menggambarkan kejadian ini sebagai 'serangan teroris.'
Ratusan orang tewas dalam beberapa tahun terakhir di Provinsi Xinjiang akibat bentrokan antar suku minoritas Uighur dan suku mayoritas Han. Provinsi kaya minyak ini ditempati oleh sedikitnya 10 juta penduduk Muslim Uighur dan 8 juta warga etnis Han.
Pemerintah China menyalahkan kelompok separatis Uighur dalam berbagai serangan beberapa tahun terakhir, termasuk September 2015 yang menewaskan 50 orang.
Sementara sebagian besar aktivis HAM di sana menyebut tekanan dan diskriminasi pemerintah terhadap kebebasan beragama dan berbudaya pada etnis itu yang memicu kerusuhan terjadi.
Meskipun Beijing membantah tudingan penindasan pada suku Uighur, China dalam berbagai kesempatan kerap membatasi kebebasan beribadah warga Uighur.
Setiap bulan Ramadhan, China mengeluarkan maklumat yang melarang siswa berpuasa atau mengikuti ibadah di masjid.
Sementara itu, wilayah XInjiang sangat sulit diterobos oleh wartawan asing untuk meliput sehingga sangat sulit untuk memverifikasi dan memantau secara independen keamanan di sana.
"Saya sangat meragukan laporan pemerintah atas jumlah korban dan alasan insiden penyerangan itu yang kurang transparansi," kata Juru bicara Kongres Uighur Dunia Dilxat Raxit.
Credit CNN Indonesia