Sekretaris Pers Gedung Putih Josh Earnest menepis tanggapan Trump sebagai tidak serius. Sebaliknya dia menuntut Trump menjawat pertanyaan-pertanyaan seputar peretasan oleh Rusia, bukan malah mempertanyakan intelijen AS.
"Sudah terang adalah fakta --Anda semua memiliki di tape rekaman-- bahwa calon presiden dari Partai Republik itu mendorong Rusia meretas lawannya karena dia percaya itu akan membantu kampanyenya," kata Earnest seraya menyebut itu adalah fakta dasar dari kontes kepresidenan.
Earnest merujuk kalimat Trump musim panas lalu ketika Trump mendesak Moskoo untuk mencari email-email hilang dari server pribadi Hillary Clinton.
Saat itu, para pembantu Trump menegaskan bahwa Trump hanya bercanda. Tapi Earnest menyebut alasan itu tak bisa diterima.
"Saya tak menganggap orang di Gedung Putih menilai lucu bahwa musuh Amerika Serikat terlibat dalam aktivitas siber jahat untuk mendestabilisasi demokrasi kita," serang Earnest dalam laman CNN.
'Itu bukan guyonan. Tak ada orang di Gedung Putih yang menganggap itu gurauan. Tak ada seorang pun dalam komunitas intelijen menganggap itu guyonan," sambung Eearnest.
Ini hari kedua Earnest melontarkan kritik keras kepada Trump menyangkut peretasan, yang mengungkapkan debat hebat menyangkut tindakan Gedung Putih pada bulan-buan menjelang Pemilu.
Mempertahankan asumsi Rusia mempunya motif menaikkan Trump dalam Pilpres, Earnest menegaskan bahwa niat Rusia itu kentara sekali, termasuk kepada Trump.
"Tuan Trump tahu sekali bahwa Rusia terlibat dalam aktivitas siber yang jahat yang membantu dia dan sebaliknya merugikan kampanye Hillary Clinton," kata Earnest.
Dia kemudian menunjuk satu cuitan dari Roger Stone, sekutu Trump, yang berkata tentu saja Rusia meretas kampanye Hillary Clinton.
Kubu Trump balik menyerang Earnest.
"Mengecewakan mendengar dari podium sekretaris pers Gedung Putih," kata Kellyanne Conway, manajer kampanye Trump, kepada Fox News.
"Dia pada dasarnya menyatakan bahwa Presiden terpilih mengetahui hal ini. Mungkin mengkipas-kipasi. Sama sekali tidak bertanggung jawab dan saya kira bos dia, Presiden Obama, menyetujuinya," serang Conway.
Credit ANTARA News
Donald Trump terus pertanyakan motif isu intervensi Rusia
Lewat cuitnnya di Twitter, Trump juga mempertanyakan tanggapan lamban pemerintahan Presiden Barack Obama atas isu peretasan yang dilakukan Rusia terhadap AS.
"Jika Rusia, atau entitas lainnya, telah melakukan peretasan, mengapa Gedung Putih harus menanti begitu lama untuk bertindak?", serang Trump seperti dikutip Reuters.
Dia melanjutkan, "Mengapa mereka hanya mengeluhkan soal ini setelah Hillary (Clinton) kalah?"
Dalam postingnya ke Twitter kali ini, Trump melakukan typo pada kata "wait" (menunggu) menjadi "waite".
Credit ANTARA News