Ilustrasi oksigen terionisasi (hijau) yang ditemukan di galaksi tua SXDF-NB1006-2. washingtonpost.com
CB, Washington DC
- Oksigen telah terdeteksi di galaksi yang letaknya sangat jauh dari
bumi, tepatnya 13,1 miliar tahun cahaya. Galaksi ini menunjukkan
tanda-tanda oksigen tertua yang pernah ditemukan oleh para ilmuwan. Ini
adalah hal besar.
Segera setelah Big Bang, elemen paling ringan - helium, litium dan hidrogen - hadir. Unsur yang lebih berat, seperti karbon dan oksigen, diperlukan untuk pembentukan kehidupan. Tapi unsur-unsur ini tidak terbentuk sampai bintang-bintang pertama berusia cukup untuk menghasilkannya dengan cara fusi.
Penelitian baru terhadap galaksi SXDF-NB1006-2, yang diterbitkan dalam jurnal Science, membantu mendekatkan kita ke penentuan asal usul molekul yang memberi kehidupan ini.
Setelah Big Bang, semuanya terasa panas. Tapi setelah beberapa ratus ribu tahun, kemudian menjadi dingin dan tenang. Gas telah menahan partikel dengan muatan listrik menjadi hidrogen netral. Memasuki zaman kegelapan, alam semesta perlahan-lahan membawa gas hidrogen netral berkumpul ke dalam rumpun gravitasi.
Beberapa ratus juta tahun kemudian alam semesta akhirnya mendapatkan cukup hidrogen di satu tempat untuk membentuk bintang pertama. Bintang mengionisasi gas di sekitar mereka dalam sebuah fenomena yang dikenal sebagai reonization kosmik.
Ketika ditemukan pada tahun 2012, SXDF-NB1006-2 adalah galaksi tertua dan paling jauh yang pernah diamati. Rekor itu telah pecah beberapa kali.
Galaksi itu pertama kali ditemukan oleh Subaru Telescope karena cahaya hidrogen terionisasi yang dilepaskan oleh bintang-bintang muda, tetapi temuan lanjutan dengan teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) juga mengungkap cahaya oksigen yang terionisasi.
Galaksi itu tidak mengandung banyak oksigen - hanya sekitar 10 persen dari oksigen yang ditemukan di bawah matahari kita.
"Jumlah kecil ini diperkirakan karena alam semesta masih muda dan memiliki sejarah singkat pembentukan bintang pada waktu itu," kata penulis studi Naoki Yoshida dari Universitas Tokyo dalam sebuah pernyataan.
"Bahkan, simulasi kami memprediksi jumlahnya sepuluh kali lebih kecil dari Matahari. Tapi kami memiliki hal lain, yang tak terduga: Jumlah yang sangat kecil dari debu."
Kandungan oksigen SXDF-NB1006-2 ini hanya bisa didukung oleh keberadaan beberapa bintang yang belasan kali lebih besar dari matahari.
"SXDF-NB1006-2 akan menjadi prototipe dari sumber cahaya yang bertanggung jawab atas reionization kosmik," kata penulis studi Akio Inoue dari Osaka Sangyo University dalam sebuah pernyataan.
Mempelajari galaksi seperti ini dalam resolusi yang lebih tinggi diharapkan menjelaskan zaman kegelapan dari alam semesta kita.
Credit TEMPO.CO