Menurutnya, hak bermanuver itu sejalan dengan perjanjian antara Indonesia dan Malaysia pada Februari 1982 terkait hak-hak Malaysia di perairan, kepulauan teritorial, wilayah udara di atas laut teritorial, dan perairan kepulauan yang terletak antara Indonesia dan wilayah Malaysia barat dan Malaysia timur.
“Di bawah perjanjian itu, Malaysia memiliki hak untuk melakukan manuver udara, termasuk latihan taktis, melalui wilayah udara di atas laut teritorial, perairan kepulauan dan wilayah Republik Indonesia,” demikian pernyataan Hishamuddin, seperti dikutip The Diplomat, Selasa (28/6/2016).
Menurut Hishamuddin, yang terjadi di atas perairan Natuna pada Sabtu lalu adalah indentifikasi visual pesawat, bukan pencegatan.
Dia juga mengklaim bahwa pilot jet tempur Indonesia yang tidak merespons ketika dihubungi pilot pesawat Malaysia. Setelah tidak merespons, kedua pesawat F-16 Indonesia kemudian menyebar dari wilayah udara tanpa insiden lebih lanjut.
”Harus dicatat bahwa MEGA 207 tidak dicegat oleh TNI-AU,” lanjut pernyataan Hishamuddin mengacu pada tanda panggilan dari pesawat C-130.
”Sebuah perintah intersepsi untuk memaksa turun kami, C-130 RMAF, tidak terjadi. Itu adalah identifikasi visual belaka pesawat kami,” imbuh pernyataan Hishamuddin.
Credit Sindonews
Malaysia Bantah Pesawatnya Dicegat 2 Jet Tempur Indonesia
KUALA LUMPUR - Pemerintah Malaysia membantah pesawat militernya C-130 dicegat oleh dua pesawat jet tempur F-16 Indonesia di atas perairan Natuna. Padahal, kemarin Malaysia mengakui pencegatan pesawatnya itu.Menteri Pertahanan Malaysia, Hishamuddin Hussein, dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Senin menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia membantah pencegatan pesawatnya oleh jet tempur Indonesia pada hari Sabtu.
Kepala Angkatan Udara Malaysia (RMAF), Jenderal Roslan Saad, cenderung berhati-hati mengeluarkan pernyataan dengan tidak menyebut adanya pencegatan pesawat militer. Jenderal Roslam memilih untuk menyelidiki lebih dulu dan menolak memberikan rincian.
Laporan penyelidikan itulah yang kemudian menjadi acuan Hishamuddin untuk membantah pencegatan pesawat C-130 Malaysia oleh dua jet tempur F-16 Indonesia. Meski Hishamuddin kemarin membenarkan pencegatan pesawat tersebut.
Dalam pernyataan itu, pesawat C-130 berangkat dari pangkalan Angkatan Udara Subang pada pukul 10.10 pada hari Sabtu untuk misi pelatihan yang telah dijadwalkan dengan melakukan penerbangan ke Pangkalan Udara Labuan.
Pada 12:03, pilot pesawat C-130 mengidentifikasi visual jet tempur F-16, 24 mil dari Kepulauan Natuna pada ketinggian 23.000 kaki. Jet tempur F-16 lainnya tampak di belakang pesawat C-130.
Malaysia mengklaim, pilot C-130 sudah berupaya menghubungi kedua pilot F-16 Indonesia. ”(Tapi) gagal menerima respon," bunyi pernyataan Menteri Pertahanan Malaysia itu, seperti dikutip The Diplomat, Selasa (28/6/2016).
”Kedua pesawat (F-16) kemudian menyebar dari wilayah udara tanpa insiden lebih lanjut.”
”Harus dicatat bahwa MEGA 207 tidak dicegat oleh TNI-AU,” lanjut pernyataan itu mengacu pada tanda panggilan dari pesawat C-130.
”Sebuah perintah intersepsi untuk memaksa turun kami, C-130 RMAF, tidak terjadi. Itu adalah identifikasi visual belaka pesawat kami,” imbuh pernytaan Hishamuddin.
Credit Sindonews
Indonesia dan Malaysia Beda Klaim Pencegatan Pesawat di Natuna
JAKARTA - Militer Indonesia dan militer Malaysia ternyata beda klaim soal pencegatan pesawat C-130 Malaysia oleh dua jet tempur F-16 Indonesia di atas perairan Natuna.Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispen AU) Indonesia, Marsma Wieko Sofyan membenarkan adanya intersepsi atau pencegatan pesawat C-130 Malaysia oleh dua jet tempur di wilayah udara kawasan Natuna pada hari Sabtu.
Menurutnya, pesawat Malaysia telah melanggar wilayah udara Indonesia.
”Kemarin (Sabtu) sempat terjadi pelanggaran wilayah udara oleh pesawat TUDM Malaysia jenis C-130, pesawat sempat diperingati oleh pesawat F-16 TNI AU atas pelanggaran wilayah udara tersebut," ujar Wieko, kemarin.
Wieko mengatakan, pilot-pilot jet tempur Indonesia berusaha untuk berkomunikasi kepada pilot pesawat Malaysia.”Tidak mendapatkan respon dari Malaysia pesawat,” katanya.
Klaim militer Indonesia ini berbeda dengan klaim militer Malaysia. Semula, Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussein mengakui adanya pencegatan pesawat militer Malaysia oleh dua jet tempur Indonesia di atas perairan Natuna. Namun, Menhan Malaysia itu tiba-tiba mengeluarkan bantahan.
Menurut Hishamuddin, yang terjadi di atas perairan Natuna adalah indentifikasi visual pesawat, bukan pencegatan.
Dia juga mengklaim bahwa pilot jet tempur Indonesia yang tidak merespons ketika dihubungi pilot pesawat Malaysia. Setelah tidak merespons, kedua pesawat F-16 Indonesia kemudian menyebar dari wilayah udara tanpa insiden lebih lanjut.
”Harus dicatat bahwa MEGA 207 tidak dicegat oleh TNI-AU,” lanjut pernyataan Hishamuddin mengacu pada tanda panggilan dari pesawat C-130, seperti dikutip The Diplomat, Selasa (28/6/2016).
”Sebuah perintah intersepsi untuk memaksa turun kami, C-130 RMAF, tidak terjadi. Itu adalah identifikasi visual belaka pesawat kami,” imbuh pernyataan Hishamuddin.
Credit Sindonews