BEIJING
- Sebuah laporan menuding bahwa Pemerintah China melakukan pembantaian
massal terhadap ribuan orang yang tidak bersalah untuk dipanen organnya
guna kepentingan transplantasi.
Laporan itu dibuat oleh
mantan politikus Kanada sekaligus pengacara HAM; David Matas, dan
wartawan Ethan Gutmann. Menurutu mereka, transplantasi organ dilakukan
di China 10 kalinya dari angka resmi yang diungkap Pemerintah China.
”(Partai Komunis) mengatakan jumlah total transplantasi legal adalah
sekitar 10.000 per tahun. Tapi kami bisa dengan mudah melampaui angka
resmi China hanya dengan melihat dua atau tiga rumah sakit terbesar,”
kata Matas dalam sebuah pernyataan.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa 60.000 sampai 100.000 organ ditransplantasikan setiap tahun di rumah sakit China.
Masih menurut laporan itu, puluhan ribu transplantasi organ yang tidak
dilaporkan secara resmi oleh Pemerintah China berasal dari tahanan yang
dieksekusi karena keyakinan agama atau pandangan politik mereka.
”Perbedaan meningkat itu membawa kami untuk menyimpulkan bahwa telah
terjadi pembantaian yang jauh lebih besar dari praktisi Falun Gong untuk
organ mereka dari yang kami perkirakan pada awalnya,” lanjut laporan
itu, seperti dikutip news.com.au, Selasa (28/6/2016).
”Kesimpulan akhir adalah bahwa Partai Komunis China telah melibatkan
negara dalam pembunuhan massa tak bersalah, terutama dari kelompok
latihan spiritual Falun Gong, juga Uighur, Tibet, dan House Christian
untuk diambil organnya guna transplantasi.”
Para penulis
laporan itu mengklaim bahwa para praktisi Falun Gong yang ditahan
dipaksa untuk menjalani tes medis sebelum hasilnya masuk database
sebagai sumber organ.
Gutmann menambahkan pengambilan organ di
China terjadi kembali hampir 20 tahun ketika Falun Gong—sebuah gerakan
spiritual berdasarkan tradisi China—mendapatkan momentum.
”Partai Komunis China khawatir akan pertumbuhan gerakan (Falun Gong) dan
takut atas supremasi ideologi yang dilarang pada tahun 1999 tersebut,”
kata Gutmann.
”Praktisi Falun Gong yang ditangkap ratusan ribu
dan diminta untuk mengakui kesalahan. Jika mereka tidak (mengakui),
mereka disiksa,” ujarnya.
”Jika mereka masih tidak mengakui
kesalahan, mereka ‘menghilang’. Dugaan muncul pada tahun 2006 bahwa
‘menghilang’ karena dibunuh, organ mereka dijual dalam jumlah besar
terutama untuk transplantasi turis asing. Hal ini berlaku umum bahwa
China membunuh tahanan untuk (panen) organ,” imbuh Gutamann.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying
mengatakan bahwa negaranya memiliki hukum dan peraturan yang ketat
tentang masalah ini.
”Adapun kesaksian dan laporan yang
diterbitkan, saya ingin mengatakan bahwa cerita tentang pengambilan
organ secara paksa di China tersebut adalah khayalan dan tidak berdasar,
mereka tidak memiliki dasar faktual,” katanya pada sebuah konferensi
pers.
Credit Sindonews