JAKARTA
- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan akan segera menambah
kekuatan militer di sekitar Kepulauan Natuna. Hal tersebut merupakan
intruksi dari Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas di atas KRI Imam
Bonjol sekaligus meninjau Perairan Natuna pada Kamis 23 Juni 2016 lalu.
Tak main-main, kini TNI telah mengerahkan lima unit kapal perang di
Perairan Natuna.
"Jadi saya melaporkan dan diperintah Presiden, prioritas akhir tahun ini dan 2017 harus ada pembangunan di Natuna," kata Gatot di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (27/6/2016).
"(Sekarang) ada lima KRI di sana," imbuh Gatot.
Gatot membeberkan, selain Natuna ada wilayah lain yang diminta dikembangkan, yaitu Morotai, Biak, Saumlaki dan Selaru. Di antara yang perlu dikembangkan adalah pangkalan militer.
Gatot menyebutkan soal pesawat kepresidenan yang tidak bisa mendarat langsung di sekitar Natuna sebagai contoh keterbatasan fasilitas pangkalan militer yang terdapat di pulau terdepan Indonesia tersebut.
"Runway perlu ada perpanjangan lagi, perlu ada pesawat tempur lagi, perlu ada tambahan bahan bakar, perlu ada dermaga. Seperti kemarin Presiden kan nggak bisa merapat kan, jadi ini perlu dibuat," kata Gatot.
"Juga diperlukan radar. Jadi ada yang akan ditarik dari Jakarta ini karena ada yang kosong wilayah pantauannya," imbuh Gatot.
Menuru Gatot, rencana pengembangan Natuna itu akan dibahas lagi dalam rapat terbatas di Istana pada Rabu 29 Juni mendatang, sebagai kelanjutan rapat di atas KRI Imam Bonjol.
"Jadi saya melaporkan dan diperintah Presiden, prioritas akhir tahun ini dan 2017 harus ada pembangunan di Natuna," kata Gatot di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (27/6/2016).
"(Sekarang) ada lima KRI di sana," imbuh Gatot.
Gatot membeberkan, selain Natuna ada wilayah lain yang diminta dikembangkan, yaitu Morotai, Biak, Saumlaki dan Selaru. Di antara yang perlu dikembangkan adalah pangkalan militer.
Gatot menyebutkan soal pesawat kepresidenan yang tidak bisa mendarat langsung di sekitar Natuna sebagai contoh keterbatasan fasilitas pangkalan militer yang terdapat di pulau terdepan Indonesia tersebut.
"Runway perlu ada perpanjangan lagi, perlu ada pesawat tempur lagi, perlu ada tambahan bahan bakar, perlu ada dermaga. Seperti kemarin Presiden kan nggak bisa merapat kan, jadi ini perlu dibuat," kata Gatot.
"Juga diperlukan radar. Jadi ada yang akan ditarik dari Jakarta ini karena ada yang kosong wilayah pantauannya," imbuh Gatot.
Menuru Gatot, rencana pengembangan Natuna itu akan dibahas lagi dalam rapat terbatas di Istana pada Rabu 29 Juni mendatang, sebagai kelanjutan rapat di atas KRI Imam Bonjol.
Credit Sindonews