Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Rabu, 10 April 2019
Tak Ultimatum Keras Turki soal S-400, Pentagon Salahkan Trump
WASHINGTON
- Beberapa pejabat Departemen Luar Negeri dan Pentagon secara pribadi
menyalahkan Presiden Donald Trump karena gagal menerbitkan ultimatum
keras kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 buatan
Rusia. Beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapnya
kepada ABC News.
Selama berbulan-bulan, pejabat senior,
termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Michael Pompeo
dan Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan Patrick Shanahan, telah
memperingatkan Turki agar tidak memilih sistem rudal Rusia yang tidak
sesuai dengan sistem pertahanan NATO. Mereka menyatakan keprihatinan
bahwa Turki, sekutu NATO, nekat membeli sistem rudal Rusia daripada
sistem rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS).
Perdana Menteri
Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah
bertemu di Moskow pada hari Senin untuk membahas pengiriman sistem rudal
S-400 ke Ankara.
Sejak
Erdogan secara pribadi merundingkan pembelian senjata pertahanan
canggih Moskow dengan Trump, para pejabat Departemen Luar Negeri dan
Pentagon berharap ada tekanan dari Trump untuk "membunuh" kesepakatan
pembelian tersebut.
Tetapi, selama percakapan telepon pada 22
Februari antara kedua pemimpin tersebut, Erdogan justru menyampaikan
keluhan soal ancaman sanksi yang dirancang Kongres AS. Menurut tiga
pejabat AS, Erdogan menyampaikan kepada Trump bahwa Kongres melanggar
kekuasaan eksekutif presiden dengan mengeluarkan ancaman sanksi terhadap
Turki atas kesepakatannya dengan Rusia.
Erdogan, dalam
percakapan telepon, diyakini mengatakan kepada Trump bahwa kemungkinan
sanksi dari Kongres berdasarkan undang-undang sanksi bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act
(CAATSA) itu adalah "tidak konstitusional". "Karena menghilangkan
kekuatan eksekutif Anda," kata dua pejabat AS menirukan Erdogan dalam
percakapan telepon itu.
Menurut dua pejabat itu, Trump kemudian
menjawab bahwa dia akan berbicara dengan Kongres. "Tanggapan presiden
tidak terjebak sehingga Erdogan melihat apa yang dipertaruhkan," kata
pejabat lain yang mengetahui percakapan telepon tersebut.
Tidak
jelas apakah presiden bisa menghentikan kesepakatan pembelian sistem
pertahanan rudal S-400 Moskow oleh Ankara karena Turki adalah negara
berdaulat.
Gedung Putih, pada Selasa (9/4/2019), tidak menanggapi permintaan ABC News untuk berkomentar.
Menjelang percakapan telepon antara Trump dengan Erdogan, sumber pemerintah Amerika mengatakan kepada ABC News
bahwa ada upaya besar dari pejabat Departemen Luar Negeri dan Pentagon
untuk mempersiapkan apa yang akan disampaikan presiden Trump, termasuk
kemungkinan konsekuensi.
Pompeo dan Shanahan sebelumnya juga
telah berbicara dengan Erdogan tetapi tanpa kemajuan nyata. "Itulah
sebabnya peran Trump dalam hal ini sangat kritis, karena Erdogan tidak
mendengarkan para utusan yang ditemuinya," kata seorang pejabat yang
terlibat dalam masalah ini.
Para
ahli militer khawatir sistem rudal Rusia itu dapat mengekspos
pertahanan Barat kepada Moskow, karena S-400 berpotensi dapat mengancam
teknologi jet tempur siluman F-35.
Sitem pertahanan S-400 mampu menembak jatuh pesawat terbang, drone, dan rudal jelajah dengan jangkauan tembakan misilnya mencapai hingga 250 mil.
China yang telah membeli senjata pertahanan Mosokow itu sudah dijatuhi sanksi oleh Washington.
"Saya
tidak menyarankan bahwa Turki tidak dapat dipercaya, tetapi saya
mengatakan bahwa Anda mengambil risiko lain dengan sistem Anda, dengan
apa yang mungkin merupakan teknologi kami yang paling sensitif," kata
Jenderal Curtis Scaparrotti, komandan Komando Eropa AS.