MOSKOW
- Militer Rusia mengungkap “kebetulan yang aneh” dalam serangan 13
drone oleh kelompok militan pemberontak terhadap dua pangkalan militer
Rusia di Suriah. Kejanggalan itu adalah munculnya pesawat mata-mata
Amerika Serikat (AS) di sekitar area serangan.
Keberadaan pesawat P-8 Poseidon Angkatan Laut AS itu terlacak radar militer Rusia.
Ke-13 pesawat nirawak mini menyerbu Pangkalan Udara Khmeimim dan Pangkalan Angkatan Laut Tartus di Suriah pada 5 Januari malam hingga 6 Januari dini hari. Kedua pangkalan itu merupakan rumah bagi pasukan Rusia di Suriah.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan segerombolan kendaraan udara tak berawak (UAV) tersebut berhasil diatasi, di mana belasan drone telah ditembak jatuh tanpa menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan di Pangkalan Udara Khmeimim dan Pangkalan Angkatan Laut di Tartus.
Kementerian itu mengatakan, teknologi canggih digunakan dalam serangan tersebut. Meski mengungkap kejanggalan munculnya pesawat mata-mata AS saat serangan terjadi, Moskow tidak menuduh Washington terlibat.
Menurut kemengerian itu, serangan seperti itu membutuhkan pelatihan di bidang teknik di salah satu negara maju.”Tidak semua orang juga bisa mendapatkan koordinat (serangan) dari data pengawasan luar angkasa,” kata Kementerian Pertahanan Rusia merinci kejanggalan dari serangan 13 drone.
Pesawat pengintai Poseidon Angkatan Laut AS terlacak radar Rusia terbang di atas wilayah antara pangkalan Rusia di Khmeimim dan Tartus selama sekitar empat jam bersamaan dengan durasi serangan beladan pesawat tak berawak tersebut.
Ini untuk pertama kalinya para militan di Suriah menggunakan teknologi canggih dalam pertempuran. “Pesawat tak berawak itu dapat diperoleh hanya dari negara yang memiliki teknologi mutakhir,” lanjut Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip Russia Today, Rabu (10/1/2018).
Sebelumnya, pada hari Selasa, AS mengaku prihatin atas serangan tersebut. Juru bicara Pentagon Mayor Adrian Rankin-Galloway, mengklaim bahwa perangkat dan teknologi tersebut dapat diperoleh dengan mudah di pasar terbuka.”Teknologi UAV komersial ini yang digunakan Islamic State (ISIS) dalam misinya,” katanya.
Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa pasokan militer AS yang ditujukan untuk mendukung milisi “moderat” Suriah berakhir di tangan teroris.
Keberadaan pesawat P-8 Poseidon Angkatan Laut AS itu terlacak radar militer Rusia.
Ke-13 pesawat nirawak mini menyerbu Pangkalan Udara Khmeimim dan Pangkalan Angkatan Laut Tartus di Suriah pada 5 Januari malam hingga 6 Januari dini hari. Kedua pangkalan itu merupakan rumah bagi pasukan Rusia di Suriah.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan segerombolan kendaraan udara tak berawak (UAV) tersebut berhasil diatasi, di mana belasan drone telah ditembak jatuh tanpa menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan di Pangkalan Udara Khmeimim dan Pangkalan Angkatan Laut di Tartus.
Kementerian itu mengatakan, teknologi canggih digunakan dalam serangan tersebut. Meski mengungkap kejanggalan munculnya pesawat mata-mata AS saat serangan terjadi, Moskow tidak menuduh Washington terlibat.
Menurut kemengerian itu, serangan seperti itu membutuhkan pelatihan di bidang teknik di salah satu negara maju.”Tidak semua orang juga bisa mendapatkan koordinat (serangan) dari data pengawasan luar angkasa,” kata Kementerian Pertahanan Rusia merinci kejanggalan dari serangan 13 drone.
Pesawat pengintai Poseidon Angkatan Laut AS terlacak radar Rusia terbang di atas wilayah antara pangkalan Rusia di Khmeimim dan Tartus selama sekitar empat jam bersamaan dengan durasi serangan beladan pesawat tak berawak tersebut.
Ini untuk pertama kalinya para militan di Suriah menggunakan teknologi canggih dalam pertempuran. “Pesawat tak berawak itu dapat diperoleh hanya dari negara yang memiliki teknologi mutakhir,” lanjut Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip Russia Today, Rabu (10/1/2018).
Sebelumnya, pada hari Selasa, AS mengaku prihatin atas serangan tersebut. Juru bicara Pentagon Mayor Adrian Rankin-Galloway, mengklaim bahwa perangkat dan teknologi tersebut dapat diperoleh dengan mudah di pasar terbuka.”Teknologi UAV komersial ini yang digunakan Islamic State (ISIS) dalam misinya,” katanya.
Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa pasokan militer AS yang ditujukan untuk mendukung milisi “moderat” Suriah berakhir di tangan teroris.
Credit sindonews.com