TOKYO
- Keputusan militer Jepang tak menembak jatuh peluru kendali (rudal)
Korea Utara (Korut) yang menerobos wilayah udara Hokkaido, pagi ini
(15/9/2017), menjadi teka-teki. Terlebih insiden ini sudah yang kedua
kali setelah tanggal 29 Agustus lalu.
Jepang dengan radar canggih serta didukung satelit peringatan dini Amerika Serikat (AS) yang terus memantau gerak-gerik militer Korut, mustahil jika Tokyo tidak mendeteksi ada rudal musuh menerobos wilayah udaranya sebelum akhirnya jatuh ke Samudra Pasifik.
Jaringan radar yang luas di Korea Selatan juga mendukung Jepang untuk mengambil keputusan untuk menembak jatuh senjata Pyongyang yang bisa membahayakan keselamatan warga Hokkaido dan sekitarnya.
Faktanya, pemerintah Jepang hanya menyebarkan peringatan atau alarm otomatis secara berantai ke ponsel-ponsel warganya. Alarm dalam bentuk pesan tertulis dan suara itu juga disiarakan melalui stasiun radio dan televisi. Isi pesan alarm pemerintah adalah instruksi agar warga Jepang berlindung.
Militer negeri Matahari Terbit ini sejatinya juga telah mengerahkan sistem rudal pertahanan udara Patriot Advanced Capacity-3 atau PAC-3 di pusat-pusat permukiman dan kompleks militer. Tapi, sistem rudal PAC-3 terkesan hanya jadi pajangan saat rudal balistik jarak menengah (IRBM) Hwasong-12 (HS-12) Pyongyang melintas di atas wilayah Hokkaido.
Ketika insiden serupa pada 29 Agustus lalu, Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengatakan kepada publik bahwa tidak ada upaya untuk menembak jatuh rudal Korut dengan alasan tidak ditargetkan terhadap Jepang.
Komentar itu juga sejalan dengan saran agar Jepang dan AS menahan diri sambil mempelajari kemampuan rudal rezim Kim Jong-un tersebut.
Tapi, ada analisis lain yang menyebut teknologi sistem rudal pertahanan standard SM PAC-3 Jepang diragukan kemampuannya.
Setiap rudal balistik terbang dengan sangat cepat, dan sangat tinggi. Waktu reaksi akan diperlu secepat kilat. Tidak ada waktu untuk kompromi dengan keputusan politik. Tidak ada waktu juga bagi untuk konsultasi dengan sekutunya jika benar-benar menganggap rudal balistik Korut berbahaya.
Namun kecepatan terbang dan tinggi rudal HS-12 Pyongyang diduga di luar jangkauan kemampun sistem pencegat rudal PAC-3 yang disiagakan di Pangkalan Udara Chitose, Hokkaido. Sistem anti-rudal di kapal perusak Jepang dan AS juga diragukan kemampuannya.
Jepang dengan radar canggih serta didukung satelit peringatan dini Amerika Serikat (AS) yang terus memantau gerak-gerik militer Korut, mustahil jika Tokyo tidak mendeteksi ada rudal musuh menerobos wilayah udaranya sebelum akhirnya jatuh ke Samudra Pasifik.
Jaringan radar yang luas di Korea Selatan juga mendukung Jepang untuk mengambil keputusan untuk menembak jatuh senjata Pyongyang yang bisa membahayakan keselamatan warga Hokkaido dan sekitarnya.
Faktanya, pemerintah Jepang hanya menyebarkan peringatan atau alarm otomatis secara berantai ke ponsel-ponsel warganya. Alarm dalam bentuk pesan tertulis dan suara itu juga disiarakan melalui stasiun radio dan televisi. Isi pesan alarm pemerintah adalah instruksi agar warga Jepang berlindung.
Militer negeri Matahari Terbit ini sejatinya juga telah mengerahkan sistem rudal pertahanan udara Patriot Advanced Capacity-3 atau PAC-3 di pusat-pusat permukiman dan kompleks militer. Tapi, sistem rudal PAC-3 terkesan hanya jadi pajangan saat rudal balistik jarak menengah (IRBM) Hwasong-12 (HS-12) Pyongyang melintas di atas wilayah Hokkaido.
Ketika insiden serupa pada 29 Agustus lalu, Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengatakan kepada publik bahwa tidak ada upaya untuk menembak jatuh rudal Korut dengan alasan tidak ditargetkan terhadap Jepang.
Komentar itu juga sejalan dengan saran agar Jepang dan AS menahan diri sambil mempelajari kemampuan rudal rezim Kim Jong-un tersebut.
Tapi, ada analisis lain yang menyebut teknologi sistem rudal pertahanan standard SM PAC-3 Jepang diragukan kemampuannya.
Setiap rudal balistik terbang dengan sangat cepat, dan sangat tinggi. Waktu reaksi akan diperlu secepat kilat. Tidak ada waktu untuk kompromi dengan keputusan politik. Tidak ada waktu juga bagi untuk konsultasi dengan sekutunya jika benar-benar menganggap rudal balistik Korut berbahaya.
Namun kecepatan terbang dan tinggi rudal HS-12 Pyongyang diduga di luar jangkauan kemampun sistem pencegat rudal PAC-3 yang disiagakan di Pangkalan Udara Chitose, Hokkaido. Sistem anti-rudal di kapal perusak Jepang dan AS juga diragukan kemampuannya.
”Kami tidak memiliki tembakan untuk melawan IRBM atau MRBM atau SRBM (rudal balistik jarak pendek) dalam hal ini, selama fase dorongan rudal karena berada di luar kemampuan pencegat SM-3,” kata direktur Asosiasi Pengendali Senjata, Kingston Reif, baru-baru kepada The National Interest.
”Untuk pertempuran tengah malam, itu tergantung pada lintasannya, berapa banyak peringatan yang kami hadapi, dan berapa banyak kapal yang dikerahkan dan di mana,” ujarnya.
Selain kemampuan sistem anti-rudal PAC-3 Jepang yang diragukan, kredibilitas pasukan pertahanan AS dan Jepang akan “rusak parah” jika nekat menembak rudal Korut dan hasilnya gagal.
”Jika mereka telah mencoba menjatuhkannya dan gagal, konsekuensinya akan sangat serius,” kata analis pertahanan Nexial Research yang berbasis di Tokyo, Lance Gatling, seperti dikutip news.com.au.
”Ini adalah sistem pertahanan Jepang yang telah menghabiskan banyak uang dan itu telah datang singkat dalam tes pertamanya. Itu tidak akan terlihat bagus di dalam negeri, sementara itu juga akan mendorong orang Korea Utara untuk berpikir bahwa rudal mereka tidak dapat disentuh,” ujar Gatiling.
Credit sindonews.com
Dua Kali Rudal Korut Terobos Langit Hokkaido, tapi Tak Ditembak Jatuh
TOKYO
- Pemerintah Jepang memprotes tembakan peluru kendali (rudal) terbaru
Korea Utara (Korut) yang melewati langit atau wilayah udara Hokkaido,
Jepang, pagi ini (15/9/2017) sebelum mendarat di Samudra Pasifik.
Tembakan rudal yang menerobos wilayah udara Jepang ini merupakan yang
kedua kali dan semuanya tidak ditembak jatuh.
Sebelumnya, pada 29 Agustus 2017 lalu, rudal Pyongyang juga yang menerobos wilayah udara yang sama.
”Provokasi berulang kali dari pihak Korea Utara ini tidak bisa diterima dan kami melakukan demonstrasi dengan kata-kata terkuat,” kata Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
Publik Jepang melaporkan sistem rudal pencegat Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) sejatinya sudah disiagakan sejak wilayah udara Hokkaido diterobos senjata Pyongyang untuk pertama kali. Tapi, sistem antirudal itu tidak diaktifkan untuk menembak jatuh senjata Korut yang bisa membahayakan warga Hokkaido.
”Pada saat ini, kami tidak memiliki informasi tentang kerusakan pada kapal laut atau pesawat terbang,” ujar Suga yang tak menjelaskan mengapa sistem rudal PAC-3 tak menembak jatuh rudal Pyongyang. ”Tidak ada laporan tentang puing rudal yang jatuh di wilayah kami,” lanjut dia.
Sementara itu, Komando Pasifik Amerika Serikat (AS) menyatakan rudal yang diluncurkan rezim Kim Jong-un pagi ini merupakan rudal balistik. ”Komando Pasifik AS mendeteksi dan melacak apa yang kami nilai adalah peluncuran rudal balistik tunggal Korut,” kata Dave Benham, Direktur Operasional Media di Komando Pasifik AS (USPACOM), dalam sebuah rilis.
“Penilaian awal mengindikasikan itu peluncuran rudal balistik jarak menengah,” ujarnya.
Warga Jepang di beberapa prefektur telah diberi peringatan atau alarm untuk menemukan tempat berlindung menyusul laporan sebuah rudal yang mengudara di atas Hokkaido. Namun, sebagian warga Hokkaido masih bingung karena tidak tahu harus mengevakuasi diri ke mana.
Sebelumnya, pada 29 Agustus 2017 lalu, rudal Pyongyang juga yang menerobos wilayah udara yang sama.
”Provokasi berulang kali dari pihak Korea Utara ini tidak bisa diterima dan kami melakukan demonstrasi dengan kata-kata terkuat,” kata Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
Publik Jepang melaporkan sistem rudal pencegat Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) sejatinya sudah disiagakan sejak wilayah udara Hokkaido diterobos senjata Pyongyang untuk pertama kali. Tapi, sistem antirudal itu tidak diaktifkan untuk menembak jatuh senjata Korut yang bisa membahayakan warga Hokkaido.
”Pada saat ini, kami tidak memiliki informasi tentang kerusakan pada kapal laut atau pesawat terbang,” ujar Suga yang tak menjelaskan mengapa sistem rudal PAC-3 tak menembak jatuh rudal Pyongyang. ”Tidak ada laporan tentang puing rudal yang jatuh di wilayah kami,” lanjut dia.
Sementara itu, Komando Pasifik Amerika Serikat (AS) menyatakan rudal yang diluncurkan rezim Kim Jong-un pagi ini merupakan rudal balistik. ”Komando Pasifik AS mendeteksi dan melacak apa yang kami nilai adalah peluncuran rudal balistik tunggal Korut,” kata Dave Benham, Direktur Operasional Media di Komando Pasifik AS (USPACOM), dalam sebuah rilis.
“Penilaian awal mengindikasikan itu peluncuran rudal balistik jarak menengah,” ujarnya.
Warga Jepang di beberapa prefektur telah diberi peringatan atau alarm untuk menemukan tempat berlindung menyusul laporan sebuah rudal yang mengudara di atas Hokkaido. Namun, sebagian warga Hokkaido masih bingung karena tidak tahu harus mengevakuasi diri ke mana.
Credit sindonews.com