Rabu, 27 September 2017

Membedah Kemampuan Korut Tembak Jet Pengebom AS


Membedah Kemampuan Korut Tembak Jet Pengebom AS 
Korut menyatakan bisa menembak jet pengebom AS B-1B yang dikerahkan ke Semenanjung Korea pekan lalu. (Reuters/Kim Hong-Ji)



Jakarta, CB -- Korea Utara menyatakan bisa menembak jet Amerika Serikat menyusul kelanjutan silih ancam antara kedua negara dan pengerahan dua pesawat pengebom B-1B Lancer ke Semenanjung Korea pekan lalu. Analis menyebut ancaman itu bisa saja direalisasikan, meski ada beberapa kendala.

Pada 1969 silam, Korut sempat menembak jatuh pesawat pengintai AS yang terbang di ruang udara internasional, menewaskan 31 orang awak yang dibawanya. Pesawat yang tidak bersenjata itu ditembak dua jet tempur Mig-21 sekitar 90 mil laut dari pesisir Korea Utara.

Walau kejadian serupa bisa saja terulang, para analis menyebut Korut tidak akan lagi menggunakan jet tempur untuk menjatuhkan lawannya dan itu pun tidak bisa begitu saja dilakukan.

"Korea Utara mempunyai salah satu sistem pertahanan udara paling padat di dunia, mulai dari peluru kendali jarak dekat dan senjata anti-pesawat hingga rudal jarak jauh," kata Lance Gatling, analis pertahanan dan Presiden Nexial Research Inc di Jepang, Selasa (26/9).

Rudal anti-pesawat paling canggih yang dimiliki Korut dalam gudang persenjataannya adalah KN-06. Senjata itu adalah pengembangan domestik dari SAM S-300 Rusia yang "mempunyai kemampuan sangat baik," kata Gatling kepada The Telegraph.

Detail kapabilitas sistem itu masih belum diketahui karena sejauh ini baru dua uji coba yang terdeteksi. Walau demikian, media pemerintah Korut menyatakan gangguan pada persenjataan itu telah dibenahi dan kini bisa dikerahkan di seluruh penjuru negeri.

"Jelas rudal-rudal ini bisa terbang hingga ke ruang udara internasional di timur pesisir, walau mesti digarisbawahi bahwa patroli di ruang udara internasional tidak melanggar hukum; menembakkan rudal ke ruang udara internasional adalah tindakan perang, dan akan diperlakukan sebagai ajakan berperang," kata Gatling.

Di sisi lain, pertahanan yang ada pada jet pengebom B-1B dirahasiakan oleh militer AS. Namun, diketahui pesawat itu, beserta para pengawalnya, dilengkapi dengan berbagai sistem yang didesain untuk mengganggu rudal.

Serangan apapun bakal terdeteksi secara instan, kata Gatling, dan jet tempur yang mengawalnya bakal siap mengeliminasi radar pemandu rudal di daratan.

Pilihan untuk mencegat jet tempur AS dengan pesawat pun terbatas. "Ada banyak masalah dengan Angkatan Udara Korea Utara," kata Gatling, merujuk pada teknologi terbaru Korut yang berasal dari era 1980-an seperti Mig-29.

"Mereka mempunyai banyak pesawat canggih, tapi pilot mereka hanya terbang untuk beberapa jam setiap tahunnya karena kelangkaan bahan bakar dan mereka tidak bisa menguji coba rudal karena mereka hanya punya sedikit.

"Jadi peralatan mereka kuno, awak mereka tidak terlatih dan mereka akan sangat tertinggal dalam konfrontasi apapun dengan pasukan garis depan AS."

Jet tempur AS, F-22 Raptor.
Jet tempur AS, F-22 Raptor. (REUTERS/Toby Melville)
Di luar semua itu, tidak akan ada pihak yang diuntungkan jika militer AS melakukan serangan terlebih dulu ke Korea Utara.

Dengan waktu yang sangat sempit untuk mengevakuasi, jutaan warga tak bersalah akan terjebak di antara pertempuran jika Amerika dan para sekutunya memulai serangan lebih awal. Kedua pihak pastinya bakal menderita banyak korban.

Jerry Hendrix, mantan kapten Angkatan Laut AS, mengatakan operasi militer semacam itu akan melibatkan serangan cepat yang multi-dimensional.

Meski ia tidak mendapatkan penjelasan mengenai kemungkinan serangan AS secara spesifik, ia mengatakan kepada CNN bahwa operasi ini kemungkinan besar bakal melibatkan sejumlah strategi yang bertujuan untuk menetralisir pertahanan Korea Utara dan kemampuannya melakukan serangan balasan.

Untuk mengatasi kemampuan rudal darat-ke-udara Korut yang mumpuni, Amerika kemungkinan akan menggunakan pesawat tempur siluman seperti F-22, F-35 dan pesawat pengebom B-2 untuk membantu F-15 atau F-16 Korea Selatan dan Jepang, ujarnya.

Pesawat tanpa awak pun kemungkinan bisa digunakan untuk membatasi risiko terhadap para pilot.

AS kemungkinan akan mengerahkan pesawat tambahan ke kawasan jika akan melakukan serangan, sembari mempertahankan dua pangkalan udara di Korea Selatan--Osan dengan F-16 dan A-10 serta Kunsan dengan F-16.




Credit  cnnindonesia.com