Jumat, 29 September 2017

ROSATOM Rusia Bidik Asia Tenggara untuk Kerja Sama Nuklir




ROSATOM Rusia  Bidik Asia Tenggara untuk Kerja Sama Nuklir
Rosatom. rosatom.ru

CB, Jakarta - Rusia melalui ROSATOM, BUMN Nuklir asal Rusia,  menjajaki peluang kerja sama di bidang energi nuklir di negara-negara kawasan Asia Tenggara. Rusia menilai, Asia Tenggara merupakan kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat, sehingga perlu kestabilan pasokan energi yang besar dan berkelanjutan.
ROSATOM menyatakan hal itu dalam pernyataan persnya yang diterima TEMPO, hari ini, 29 September 2017. Menurut ROSATOM, nuklir merupakan sumber energi alternatif yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.

Pekan ini, Rusia menandatangani roadmap kerja sama penggunaan energi atom untuk tujuan damai dengan Laos. Penandatanganan dilakukan antara Kementerian Energi dan Pertambangan Republik Laos yang diwakili oleh Sinava Souphanouvong selaku Wakil Menteri Energi dan Pertambangan Laos dan ROSATOM yang diwakili oleh Nikolay Spassky selaku Wakil CEO ROSATOM.
Roadmap ini menjelaskan, Laos dan Rusia sepakat untuk mengembangkan potensi pengembangan proyek tenaga nuklir di Laos. Pengembangan yang ditawarkan Rusia itu mencakup pengembangan infrastruktur nuklir, pelatihan personil, pasokan produk dan layanan siklus bahan bakar nuklir.
Selain itu, roadmap ini juga mencakup kerja sama di masa depan dalam penggunaan teknologi radiasi di sektor industri, kedokteran, pertanian, serta lingkungan.
Sebelum Laos, Rusia juga telah menyepakati kerja sama pengembangan penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai bersama dengan Kamboja. Penandatanganan antara ROSATOM dan Dewan Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan Kerajaan Kamboja ini dilakukan pada Konferensi Umum Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency/ IAEA ke 61 di Wina, Austria, pertengahan September lalu.

Kesepakatan tersebut menjadi dasar hukum untuk mengembangkan lebih lanjut kerja sama bilateral antara Rusia dan Kamboja dalam pendidikan dan pelatihan nuklir, penelitian dasar dan terapan, dan penggunaan teknologi iradiasi di bidang manufaktur, kedokteran, pertanian, dan perlindungan lingkungan.
Bagi Kamboja, dokumen tersebut membuka prospek proyek strategis skala besar dalam tenaga nuklir. Kedua belah pihak sepakat untuk membentuk sebuah dewan koordinasi untuk menindaklanjuti pelaksanaan kesepakatan tersebut.
Selain Kamboja dan Laos, beberapa negara berkembang juga telah lebih dulu mengembangkan dan bahkan menggunakan energi nuklir untuk mendukung berbagai sektor pembanguanan di negara mereka, seperti Mesir, India dan Brasil. Para ahli berpendapat, energi nuklir menjadi salah satu sumber energi di masa depan Karena dinilai lebih ramah terhadap lingkungan.
ROSATOM State Atomic Energy Corporation adalah perusahaan nuklir nasional Federasi Rusia yang menyatukan sekitar 350 perusahaan industri nuklir dan lembaga penelitian dan pengembangan. "Dengan pengalaman selama 70 tahun di bidang nuklir, kami bekerja dalam skala global untuk menyediakan layanan nuklir komprehensif yang berkisar dari pengayaan uranium hingga konstruksi PLTN," ujar ROSATOM dalam pernyataannya.
ROSATOM telah menjalankan proyek untuk membangun 8 reaktor di Rusia dan 34 di luar negeri dan mengoperasikan 27,9 GW kapasitas nuklir di 35 reaktor di Rusia. ROSATOM juga memegang 36 persen pangsa pasar pengayaan uranium global dan 17 persen pangsa pasar bahan bakar nuklir global.



Credit  tempo.co