Jumat, 29 September 2017

Parlemen Korsel: AS Ajak Presiden Moon Ambil Opsi Militer


Parlemen Korsel: AS Ajak Presiden Moon Ambil Opsi Militer 
Seorang anggota parlemen menyebut AS mengajak Presiden Moon Jae-in mengambil opsi militer melawan Korut. (Reuters/Jung Yeon-Je)


Jakarta, CB -- Anggota parlemen dari partai berkuasa di Korea Selatan menyebut Amerika Serikat menawarkan Presiden Moon Jae-in opsi militer untuk menghadapi ancaman Korea Utara.

"Presiden mengatakan AS berbicara mengenai opsi militer dan juga diplomatik. Tapi Korsel tidak bisa berperang lagi," ucap Park Wan-ju yang juga menjabat sebagai juru bicara Partai Demokrat, Kamis (28/9).

Park menghadiri rapat bersama Presiden Moon dan Penasihat Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong. Dalam pertemuan itu, tutur Park, Chung mengatakan Seoul dan Washington telah sepakat mengerahkan sejumlah aset militer strategis AS ke Negeri Ginseng, secepatnya akhir tahun ini.


Chung tidak menjelaskan aset militer apa yang dimaksud. Dia hanya mengatakan langkah ini diambil menyusul kekhawatiran Seoul atas kemungkinan provokasi baru Pyongyang, menyambut perayaan Kongres Partai Komunis yang diselenggarakan lima tahun sekali.

Menurut Park, Chung memperkirakan Korut akan kembali melakukan aksi provokasi sekitar 10 hingga 18 Oktober mendatang. "Laporan Chung juga memaparkan adanya kekhawatiran akan konflik militer yang dipicu oleh insiden tak disengaja," kata Park seperti dikutip Reuters.

Selama ini, AS dan Korsel secara teknis masih berperang dengan Korut lantaran Perang Korea pada 1950-1953 lalu hanya berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Sejak awal tahun ini, Korut terus meluncurkan uji coba rudal dan nuklir meski masyarakat internasional telah menjatuhkan serangkaian sanksi yang sebagian besar bertujuan untuk mengisolasi ekonomi negara itu.

Dalam sebulan terakhir, tensi antara AS dan Korut memanas menyusul uji coba nuklir yang dilakukan Pyongyang untuk keenam kalinya pada 3 September lalu. Sejak itu, silih ancam dan penghinaan antara Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un terus terjadi.

Pyongyang baru-baru ini bahkan mengklaim AS telah mendeklarasikan perang melalui pernyataan Trump yang mengancam akan menghancurkan Korut dan menganggap rezim Kim Jong-un tidak akan bertahan lama lagi.

Meski begitu, sejumlah pihak seperti Rusia, China, bahkan Korsel sendiri masih menginginkan jalan damai dan dialog untuk menyelesaikan konflik tersebut.






Credit  cnnindonesia.com