Rabu, 27 September 2017

Membandingkan Korea Utara dan Korea Selatan yang pernah seimbang


Korea Utara, Pyongyang
Berdasarkan jumlah penduduk, Korea Utara berada di peringkat ke-52 namun memiliki kekuatan militer keempat terbesar di dunia.


Di tengah retorika saling ancam antara Korea Utara dan Amerika Serikat, tidak jelas bagaimana pendapat warga Korea Utara atas perang kata-kata itu karena rezim Kim Jong-un mencengkeram kehidupan warga, antara lain dengan menutup akses untuk informasi dari luar.
Negara itu terisolasi dan sekaligus tertinggal di Abad ke-21 ini. Tak mudah mendapatkan data-data dari Korea Utara dan sering kali hanya berupa perkiraan untuk mencerminkan kehidupan di sana.
BBC menurunkan sembilan informasi grafis untuk membandingkan kondisi di Korea Utara dan Selatan.


Korea Utara, Korea Selatan


Kim Il-sung mendirikan Korea Utara pada tahun 1948 dan dinasti keluarganya kemudian memerintah dengan peralihan kekuasaan dari ayah ke anak laki-laki.
Dalam periode yang sama, Korea Selatan sudah menjalani revolusi, beberapa kudeta, maupun pemilihan umum. Total 12 presiden sudah memimpin Korea Selatan dalam 19 periode pemerintahan.


Korea Utara, Korea Selatan



Tiga juta telepon genggam mungkin banyak namun di sebuah negara dengan 25 juta jiwa, artinya hanya sekitar satu telepon genggam untuk setiap 10 orang di Korea Utara. Sebagian pemilik telepon genggam kemungkinan berada di ibu kota Pyongyang.
Sementara di Korea Selatan dengan penduduk 51 juta jiwa, malah lebih banyak pelanggan telepon genggam daripada jumlah total penduduk.
Pasar perusahaan jasa telepon genggam Koryolink berkembang di Korea Utara walau amat terbatas. Perusahaan itu didirikan berdasarkan kemitraan dengan perusahaan telekomunikasi asal Mesir, Orascom.
Koryolink sempat menjadi satu-satunya operator, namun belakangan Korea Utara mendirikan satu perusahaan lain, Byol.
Selain terbatasnya telepon genggam, sebagian besar warga Korea Utara hanya boleh menggunakan layanan internet negara, yang diawasi dengan ketat.


Korea Utara, Korea Selatan



Mungkin terdengar sebagai mitos, namun beberapa penelitian memperlihatkan bahwa secara rata-rata pria Korea Utara lebih pendek dibandingkan pria Korea Selatan.
Profesor Daniel Schwekendiek dari Universitas Sungkyunkwan di Seoul meneliti tinggi para pengungsi Korea Utara yang menerobos ke Korea Selatan dan menemukan perbedaan sekitar 3cm hingga 8cm.
Schwekendiek menyatakan bahwa perbedaan tinggi itu tidak bisa dikaitkan dengan faktor genetika karena kedua warga berasal dari 'keluarga yang sama'.
Dia juga menolak pandangan bahwa para pengungsi kecenderungannya lebih miskin sehingga lebih pendek.
Diperkirakan kekurangan pangan menjadi penyebab utama kenapa orang di Korea Utara lebih pendek dibanding orang Korea Selatan.


Korea Utara, Korea Selatan



Gambar-gambar dari ibu kota Korea Utara, Pyongyang, sering kali menghadirkan jalan yang lebar, licin, dan lenggang namun di luar ibu kota situasinya berbeda.
Korea Utara memiliki jalan sepanjang 25.554km berdasarkan data pada tahun 2006 namun hanya sekitar 3% yang beraspal atau hanya 724km.
Diperkirakan hanya 11 dari 1.000 orang Korea Utara yang memiliki mobil, yang artinya adalah antrean panjang di halte bus bagi orang yang ingin bepergian.


Korea Utara, Korea Selatan



Korea Utara mengandalkan batubara untuk menopang perekonomiannya namun sulit menghitung nilainya secara akurat karena data berasal dari negara-negara penerima batubara tersebut.
Sebagian besar batubara asal Korea Utara diekspor ke Cina, yang sudah memperlakukan larangan impor mulai Februari 2017. Namun beberapa pengamat meragukan pelaksanaan larangan impor itu di lapangan.
"Ada beberapa orang yang menelusuri jalur kapal dan melihat kapal-kapal Korea Utara merapat di beberapa pelabuhan batubara di Cina setelah larangan diterapkan. Saya yakin Cina mengurangi impor batubara namun tidak menghentikan sama sekali," kata Kent Boydston, peneliti di Peterson Institute for International Economics.

Hingga tahun 1973, Korea Utara dan Selatan amat seimbang jika dilihat dari perekonomian.
Namun setelah itu, Korea Selatan meroket menjadi salah satu negara produsen penting di dunia, dengan perusahaan seperti Samsung dan Hyundai menjadi merek global.
Sementara Korut tampaknya mandek pada tahun 1980-an dengan sistem perekonomian terpusat yang kaku.


Korea Utara, Korea Selatan




Walau merupakan negara yang berada di peringkat ke-52 dari jumlah penduduk, Korea utara memiliki kekuatan militer keempat terbesar di dunia.
Anggaran militer diperkirakan mencapai 25% dari GDP dan hampir setiap warga Korea Utara mengikuti latihan milter dalam berbagai bentuk.

Serangkaian bencana kelaparan pada akhir 1990-an menyebabkan turunnya tingkat harapan hidup di Korea Utara, namun sebenarnya tanpa bencana itupun, usia rata-rata warga Korea Utara lebih singkat hampir 12 tahun.
Kekurangan pangan yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor yang membuat tingkat harapan hidup di Korea Utara lebih rendah.

Tahun 2017, tingkat kelahiran di Korea Seatan mencapai yang terendah walau selama satu dekade berupaya untuk mendongkrak tingkat kelahiran.

Pemerintah Seoul sudah menyalurkan anggaran sebesar US$70 miliar atau sekitar Rp936 triliun untuk bonus bagi kelahiran bayi, perpanjangan cuti kelahiran, dan layanan kesehatan bagi kesuburan.






Credit  bbc.com