Jumat, 29 September 2017

Kelompok Bersenjata Rohingya Bantah Tudingan Pembantaian


Kelompok Bersenjata Rohingya Bantah Tudingan Pembantaian 
Ilustrasi pengungsi Rohingya. (Reuters/Mohammad Ponir Hossain)


Jakarta, CB -- Kelompok bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) membantah tudingan pemerintah Myanmar terkait pembunuhan massal di Rakhine.

Tuduhan itu muncul setelah tentara Myanmar menemukan kuburan massal yang diduga berisi sekitar 100 jasad warga Hindu di Rakhine, pekan lalu.

Dalam pernyataan resmi perdananya itu, ARSA juga membantah kelompoknya memicu krisis kemanusiaan yang diperkirakan telah menewaskan 1.000 orang sejak akhir Agustus lalu.


"ARSA secara mentah membantah bahwa anggota kami melakukan pembunuhan, kekerasan seksual, atau rekrutmen paksa di Rakhine pada 25 Agustus lalu," kata kelompok bersenjata itu melalui akun Twitter, Kamis (28/9).

Mereka meminta tentara berhenti menjadikan kelompoknya sebagai kambing hitam kekerasan dan mendesak pemerintah membuka akses penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran HAM di Rakhine.

"Rezim militer dan pemerintah Myanmar harus berhenti menyalahkan [ARSA].

"Arsa akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan mengeluarkan pernyataan rinci dari waktu ke waktu sehubungan dengan kejahatan perang dan genosida serta pembersihan etnis yang tengah dilakukan rezim militer brutal Myanmar terhadap warga Arakan [Rohingya]," kicau ARSA.

Selama ini, pemerintah Myanmar menuding ARSA sebagai dalang di balik kekerasan dan krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine sejak akhir Agustus lalu.

Serangan kelompok bersenjata terhadap sejumlah pos polisi pada 25 Agustus lalu di Rakhine dijadikan alasan militer untuk melakukan operasi pembersihan di wilayah itu.

Alih-alih menangkap pelaku penyerangan, militer diduga malah menyiksa, membunuh, hingga membakar desa-desa warga Rohingya di Rakhine.

Selain diperkirakan telah menewaskan 1.000 orang, konflik ini juga menyebabkan ratusan ribu lainnya melarikan diri keluar Myanmar.






Credit  cnnindonesia.com