YERUSALEM
- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah secara resmi menutup Konsulat
mereka di Yerusalem, yang merupakan saluran diplomatiknya ke Palestina,
dan menggabungkanya dengan Kedutaan Besar mereka di Israel.
Para pejabat AS mengatakan, bendera AS diturunkan dan dihadiahkan kepada konsul Karen Sasahara sebagai hadiah perpisahan, sesuai dengan kebiasaan dinas luar negeri. Setelah itu bendera AS lainnya akan dikibarkan sebagai tanda peresmian pembukaan kedutaan.
Sasahara, dalam sebuah pernyataan menuturkan, penutupan konsulat ini didorong oleh efisiensi operasional dan tidak menandakan perubahan kebijakan AS di kawasan. "Pekerjaan kami dan tim kami akan terus berupaya mencapai perdamaian di negeri ini," kata Sasahara, seperti dilansir Reuters pada Selasa (5/3).
Para pejabat AS mengatakan, bendera AS diturunkan dan dihadiahkan kepada konsul Karen Sasahara sebagai hadiah perpisahan, sesuai dengan kebiasaan dinas luar negeri. Setelah itu bendera AS lainnya akan dikibarkan sebagai tanda peresmian pembukaan kedutaan.
Sasahara, dalam sebuah pernyataan menuturkan, penutupan konsulat ini didorong oleh efisiensi operasional dan tidak menandakan perubahan kebijakan AS di kawasan. "Pekerjaan kami dan tim kami akan terus berupaya mencapai perdamaian di negeri ini," kata Sasahara, seperti dilansir Reuters pada Selasa (5/3).
Sementara
sebelumnya, konsulat melaporkan masalah Palestina langsung ke
Washington, stafnya kini telah dipindahkan ke kedutaan sebagai "Unit
Urusan Palestina" di bawah Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman.
Keputusan AS untuk menggabungkan Konsulat dan Kedutaan Besar ini mendapat kecaman keras dari pihak Palestina. "Ini (penggabungan) adalah paku terakhir dalam peti mati dari penciptaan perdamaian," kata Sekertaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat.
Konsulat AS di Yerusalem sendiri telah ada sejak 175 tahun yang lalu, ketika kota yang dianggap suci oleh orang Yahudi, Kristen, dan Muslim itu masih berada di bawah kekuasaan Ottoman.
Keputusan AS untuk menggabungkan Konsulat dan Kedutaan Besar ini mendapat kecaman keras dari pihak Palestina. "Ini (penggabungan) adalah paku terakhir dalam peti mati dari penciptaan perdamaian," kata Sekertaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat.
Konsulat AS di Yerusalem sendiri telah ada sejak 175 tahun yang lalu, ketika kota yang dianggap suci oleh orang Yahudi, Kristen, dan Muslim itu masih berada di bawah kekuasaan Ottoman.
Credit sindonews.com