Sebelum pembunuhan Jamal Khashoggi, Pangeran
Mohammed bin Salman (MbS), disebut pernah memerintahkan sebuah kelompok
untuk membungkam pembangkang dan oposisi. (Tolga AKMEN/AFP)
Jakarta, CB -- Lebih dari setahun sebelum pembunuhan Jamal Khashoggi terjadi, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), disebut pernah memerintahkan sebuah kelompok untuk membungkam para pembangkang dan oposisi.
Hal itu terungkap dari laporan New York Times mengutip seorang pejabat Amerika Serikat yang membacakan laporan intelijen terkait hal tersebut.
Pejabat AS itu menyebut kelompok tersebut sebagai Kelompok Intervensi Cepat Saudi. Pembungkaman yang dilakukan kelompok itu termasuk melakukan pengawasan secara ketat, penculikan, penahanan, hingga penyiksaan terhadap sejumlah warga Saudi yang dianggap melawan kerajaan.
Laporan itu memaparkan pembunuhan Khashoggi pada 2 Oktober lalu di gedung konsulat Saudi di Istanbul merupakan bagian dari misi kelompok tersebut untuk memberangus pembangkang secara lebih luas.
Hal itu terungkap dari laporan New York Times mengutip seorang pejabat Amerika Serikat yang membacakan laporan intelijen terkait hal tersebut.
Pejabat AS itu menyebut kelompok tersebut sebagai Kelompok Intervensi Cepat Saudi. Pembungkaman yang dilakukan kelompok itu termasuk melakukan pengawasan secara ketat, penculikan, penahanan, hingga penyiksaan terhadap sejumlah warga Saudi yang dianggap melawan kerajaan.
Laporan itu memaparkan pembunuhan Khashoggi pada 2 Oktober lalu di gedung konsulat Saudi di Istanbul merupakan bagian dari misi kelompok tersebut untuk memberangus pembangkang secara lebih luas.
Hal tersebut dikutip intelijen dari sejumlah pejabat AS dan rekan beberapa warga Saudi yang menjadi korban misi tersebut.
Selain pembunuhan Khashoggi, kelompok tersebut juga diduga terlibat dalam penahanan sejumlah aktivis perempuan di Saudi pada tahun lalu.
Dikutip AFP, New York Times melaporkan pada Juni lalu ketua kelompok tersebut bahkan pernah meminta salah satu penasihat MbS untuk memberikan bonus tambahan. Bonus itu diminta menyusul misi "pembungkaman" yang banyak dilakukan timnya selama ini.
Selain pembunuhan Khashoggi, kelompok tersebut juga diduga terlibat dalam penahanan sejumlah aktivis perempuan di Saudi pada tahun lalu.
Dikutip AFP, New York Times melaporkan pada Juni lalu ketua kelompok tersebut bahkan pernah meminta salah satu penasihat MbS untuk memberikan bonus tambahan. Bonus itu diminta menyusul misi "pembungkaman" yang banyak dilakukan timnya selama ini.
MbS dikabarkan memberi kewenangan Kelompok Intervensi Cepat Saudi untuk
beroperasi. Kelompok itu diawasi oleh Saud al-Qahtani, seorang anggota
keluarga kerajaan yang berkuasa di ranah pengadilan Saudi.
Laporan intelijen AS tersebut tak merinci seberapa dalam keterlibatan MbS dengan aktivitas kelompok tersebut. Namun, dokumen itu memaparkan bahwa anggota kelompok itu melihat Qahtani sebagai "perpanjangan tangan" MbS dalam memerintahkan misi untuk organisasi itu.
Qahtani sendiri telah dipecat Saudi karena diduga terlibat pembunuhan Khashoggi. Sejauh ini, sebanyak 11 pejabat Saudi telah didakwa atas kematian wartawan pengkritik MbS tersebut.
Laporan intelijen AS tersebut tak merinci seberapa dalam keterlibatan MbS dengan aktivitas kelompok tersebut. Namun, dokumen itu memaparkan bahwa anggota kelompok itu melihat Qahtani sebagai "perpanjangan tangan" MbS dalam memerintahkan misi untuk organisasi itu.
Qahtani sendiri telah dipecat Saudi karena diduga terlibat pembunuhan Khashoggi. Sejauh ini, sebanyak 11 pejabat Saudi telah didakwa atas kematian wartawan pengkritik MbS tersebut.
Lima
di antara para terdakwa itu terancam hukuman mati. Saudi tak
menjelaskan apakah Qahtani termasuk dari 11 orang yang didakwa tersebut.
Sementara itu, pejabat Saudi menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal keberadaan tim tersebut. Kedutaan Saudi di Washington juga tak segera menanggapi laporan surat kabar tersebut.
Sementara itu, pejabat Saudi menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal keberadaan tim tersebut. Kedutaan Saudi di Washington juga tak segera menanggapi laporan surat kabar tersebut.
Credit cnnindonesia.com