Rusia mengatakam ada pembahasan tentang pengadaan berbagai macam alat militer.
REPUBLIKA.CO.ID,
DOHA -- Qatar mengatakan masih mempelajari pembelian sistem pertahanan
udara S-400 buatan Rusia, Senin (4/3). Qatar juga menambahkan potensi
adanya kesepakatan bukan urusan Arab Saudi.
Menteri
Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman ath-Thani, juga
mengungkapkan tidak ada tanda-tanda meredanya pertikaian Teluk mengenai
tuduhan Arab Saudi. Sejumlah negara Arab mengatakan Qatar mendukung
terorisme. Tuduhan yang dibantah oleh Qatar.
"Ada
pembahasan tentang pengadaan berbagai macam peralatan buatan Rusia,
namun belum ada pemahaman tentang peralatan khusus ini (S-400)," kata
Sheikh Mohammed saat konferensi pers gabungan bersama Menteri Luar
Negeri Rusia Sergei Lavrov.
"Sehubungan dengan Arab Saudi atau negara-negara lain, ini bukan urusan kalian. Ini mutlak keputusan Qatar," kata dia.
Ia
menambahkan komite urusan teknik sedang mempelajari pilihan yang
terbaik bagi militer negara kecil namun kaya tersebut. Menlu Qatar
menanggapi pertanyaan soal laporan Juni lalu oleh harian Prancis
La Monde
bahwa Raja Arab Saudi Salman telah mengirim surat kepada presiden
Prancis. Melalui surat tersebut Raja Salman menyampaikan keprihatinan
atas pembicaraan antara Doha dan Moskow tentang sistem S-400.
Sheikh
Mohammed mengatakan pembahasan dengan Larvov, yang berada di Doha pada
kunjungan pertama tur negara Teluk, juga mencakup isu tentang Suriah dan
Libya. Dia kembali menegaskan Doha belum siap memulihkan hubungan
dengan Suriah, dengan mengatakan negara yang hancur akibat perang itu
harus memiliki penyelesaian politik dan pemimpin yang dipilih oleh
rakyatnya. Dia juga menyerukan terciptanya persatuan di Libya.