Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif. (REUTERS/Lucas Jackson)
Jakarta, CB -- Alasan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengundurkan diri perlahan terkuak. Dia diduga kecewa karena tidak diberitahu tentang kunjungan mendadak Presiden Suriah, Bashar al-Assad, ke Ibu Kota Teheran pada pekan lalu.
Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Iran, ISNA, mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi.
Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Iran, ISNA, mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi.
"Kemlu Iran tidak memiliki informasi di level manapun (terkait lawatan Assad) dan keterbatasan informasi ini terus dijaga hingga akhir kunjungan (Assad)," ucap Qassemi seperti dikutip ISNA pada Senin (4/3).
"Salah satu alasan Menlu Zarif mengundurkan diri adalah minimnya koordinasi (pemerintah) dengan Kemlu Iran," ujar Qassemi.
Qassemi juga menegaskan Zarif mengundurkan diri bukan karena masalah pribadi dan perorangan, tapi sebagai upaya untuk mengembalikan posisi dan tugas Kemlu Iran dalam posisi diplomatik yang seharusnya.
Zarif mengumumkan pengunduran dirinya secara mendadak melalui akun Instagram pada 25 Februari lalu.
Pengumuman Zarif tersebut muncul beberapa jam setelah Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, mengunjungi Teheran.
Kantor berita ISNA melaporkan Zarif sudah tidak mendampingi Rouhani dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamanei, saat bertemu Assad.
Pengunduran diri ini disebut bukan yang pertama kali diajukan Zarif yang telah menjabat sebagai diplomat tertinggi Iran sejak 2013 lalu.
Zarif merupakan juru runding Iran dalam perjanjian nuklir dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lima negara lainnya pada 2015 lalu.
Kantor berita ISNA melaporkan Zarif sudah tidak mendampingi Rouhani dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamanei, saat bertemu Assad.
Pengunduran diri ini disebut bukan yang pertama kali diajukan Zarif yang telah menjabat sebagai diplomat tertinggi Iran sejak 2013 lalu.
Zarif merupakan juru runding Iran dalam perjanjian nuklir dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lima negara lainnya pada 2015 lalu.
Dia kerap menghadapi tekanan dari kelompok konservatif karena kebijakan detente Rouhani dengan negara Barat, terutama AS.
Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani menolak pengunduran diri Zarif meski tak menjelaskan alasannya.
Credit cnnindonesia.com