Pelaku penemabakan di Utrecht pernah divonis karena kepemilikan senjata pada 2014
CB,
AMSTERDAM -- Jaksa Belanda pada Selasa (19/3) mengatakan mereka sedang
menyelidiki kemungkinan alasan teroris dalam penembakan di satu trem di
kota Utrecht. Insiden penembakan tersebut menyebabkan tiga orang
terbunuh dan lima terluka.
Seorang
pria kelahiran Turki yang berusia 37 tahun, Gokmen Tanis ditangkap
tujuh jam setelah perburuan pada Senin (18/3) oleh pasukan keamanan dan
kini masih dalam penahanan.
Jaksa mengatakan dia menjadi
tersangka dalam tiga penembakan mematikan, kemungkinan dengan tujuan
menyebar teror. Dua tersangka lain juga dalam penahanan, kata polisi,
namun peran mereka masih belum jelas.
"Sejauh ini, latar
belakang teroris sangat menjadi pertimbangan," kata jaksa dengan
mengutip cara penembakan dan sepucuk surat yang ditemukan di pintu
keluar-masuk kendaraan.
Tetapi masih belum jelas apakah
Tanis bertindak atas nama keyakinan politik atau balas dendam pribadi.
"Motif lain masih dikesampingkan", kata jaksa seperti dilansir
Reuters.
Tanis
mempunyai catatan dengan penegakkan hukum. Dia pernah divonis karena
memiliki senjata pada 2014 dan mengutil dan perampokan awal bulan ini.
Menurut
pengadilan distrik Utrecht, Tanis baru dibebaskan dari tahanan pada 1
Maret, setelah ditahan atas dakwaan melakukan pemerkosaan.
Seharusnya dia akan disidang pada Juli untuk dakwaan pemerkosaan.
Berdasarkan hukum Belanda, Tanis harus dihadapkan ke seorang hakim sampai dengan Kamis, tetapi belum dituntut.
Tiga
korban dikenali sebagai seorang perempuan berumur 19 tahun dan dua
laki-laki berusia 28 dan 49 tahun, tiga lainnya berumur antara 20 hingga
74 tahun mengalami luka parah akibat tembakan.
Jaksa
mengatakan sejauh ini belum menemukan hubungan antara para korban dengan
tersangka bersenjata. "Sangat menyedihkan peristiwa seperti ini terjadi
di dunia pada hari-hari ini," kata Rene van Nieuwenhuizen, seorang
akuntan yang tinggal di Utrecht, kota yang indah berpenghuni 430 ribu.
Saya tidak menyangka akan terjadi pada saya tetapi ini terjadi dan
orang-orang terbunuh."
Mahmut Tanis, seorang pamannya yang
tinggal di Nederland mengatakan kepada kantor berita Turki Anadolu bahwa
dia meragukan motif radikal.
"Melihat keadaan keponakan
saya, kemunginan dia melakukan serangan teror sangat rendah," katanya
dengan menambahkan bahwa dia sudah beberapa tahun tidak bertemu dan
bahwa tindakannya kemungkinan berasal dari 'urusan hati'.
Tanis
sebelumnya telah ditahan, kata jaksa yang menolak memberi keterangan
lebih terperinci. Belum ada pernyataan dari Tanis ataupun pengacara yang
mewakilinya.