Tim penyelamat kesulitan mencari dan mengevakuasi warga Mozambik.
CB,
MAPUTO -- Presiden Mozambik Filipe Nyusi mendeklarasikan hari berkabung
nasional selama tiga hari. Hari berkabung ini untuk mengingat para
korban bencana alam Badai Idai dan banjir yang menewaskan lebih dari 200
orang dan menghancurkan seluruh infrastruktur di penjuru selatan
Afrika.
Badai Idai yang menghantam kota pelabuhan Mozambik, Beira pada Kamis
(14/3) lalu bergerak ke arah pedalaman. Membawa angin dengan kecepatan
170 kilometer perj jam. Meratakan berbagai bangunan dan mengancam nyawa
jutaan orang.
Di
stasiun televisi Nyusi mengatakan Badai Idai telah menewaskan 200
orang. Tapi sampai saat ini masih banyak jenazah yang baru ditemukan.
Pemerintah
Zimbabwe yang bertetangga dengan Mozambik mengatakan jumlah resmi
korban tewas akibat Badai Idai mencapai 98 orang. Tapi ratusan orang
lainnya masih dinyatakan hilang.
Lebih dari 2,6 juta orang
di seluruh selatan Afrika terdampak bencana alam ini. Badai Idai serta
banjir yang mengikutinya menjadi bencana terburuk yang pernah terjadi di
selatan benua Afrika.
"Ini krisis kemanusiaan terburuk
dalam sejarah Mozambik saat ini," kata Jamie LeSueur dari Federasi
Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) yang
memimpin upaya penyelamatan di Beira, seperti dilansir di
Aljazirah, Rabu (20/3).
Tim
penyelamat kesulitan mencapai korban. Sementara kelompok kemanusian
mengatakan masih banyak korban selamat yang terperangkap di
daerah-daerah terpencil, di kelilingi jalanan yang hancur dan desa yang
tenggelam.
"Tantangannya masih dalam tahap pencarian dan penyelamatan ribuan orang, termasuk anak-anak," kata UNICEF.
Diperkirakan
ada 260 ribu anak-anak Mozambik yang masih berisiko. Palang Merah
mengatakan setidaknya 400 ribu orang di pusat Mozambik kehilangan rumah
mereka.
Dataran rendah Beira dengan populasi 500 ribu
jiwa adalah pelabuhan terbesar nomor dua di Mozambik. Kota itu juga
pintu masuk negara-negara lainnya di kawasan. PBB mengatakan Badai Idai
dapat menjadi salah satu bencana alam paling buruk yang pernah
menghantam belahan bumi selatan.
"Kami ada dititik di mana
mengakut orang yang teredam air sampai kepala mereka dan membawa mereka
dengan helikopter atau perahu ke tempat air hanya setinggi pergelangan
kaki mereka, kami masih dalam tahap menyelamatkan nyawa, kami belum
berada di titik melakukan asesmen medis karena kesehatan menjadi hal
terpenting nomor dua," kata Koordinator World Food Programme, Pedro
Matos.
Media-media setempat melaporkan di pusat Mozambik
persedian makanan dan bahan bakar kian menipis karena jalan menuju Beira
terputus. Di sebelah selatan Zimbabwe, keluarga korban bencana alam ini
buru-buru menguburkan sanak keluarga mereka. Sebab Badai Idai memutus
jaringan listrik dan kamar mayat tidak bisa digunakan.
"Di
sebelah sana ada rumah, terkubur dan pemiliknya juga mungkin ikut
terkubur, mereka menghilang," kata Zacharia Chinyai, warga kota
Chimanimani, Zimbabwe yang bersebelahan dengan Mozambik.
Chinyai
yang kehilangan 12 anggota keluarganya karena bencana alam ini
mengatakan badai datang tiba-tiba. Melalui radio Chinyai mendengar kabar
tentang banjir besar yang melanda Mozambik. "Tapi kami tidak pernah
mengira kami juga bisa menjadi korban, tidak ada yang mengatakan akan
begitu menghancurkan seperti ini," tambah Chinyai.
Asosiasi
Penggiling Biji-Bijian Zimbabwe mengatakan 100 truk gandum yang
diperuntukan untuk Zimbabwe terjebak di Beira. Uni Eropa mengumumkan
memberikan bantuan dana darurat sebesar 3,97 juta dolar AS untuk
Mozambik, Malawi dan Zimbabwe. Dana tersebut digunakan untuk membangun
pemukiman, kamar mandi dan pusat kesehatan sementara.